Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

DI SUSUN
OLEH KELOMPOK 1 :

1. ALFRIATY BEMBE (2022082024001)


2. HILAN Y SASEWA (2022082024007)
3. MESWAN LINGGA (2022082024028)
4. QOTIIN JANUATI (2022082024039)
5. FERONIKA PONGOH (2022082024033)
6. ANA BAGAU (2022082024022)
7. JANETH RUMAROPEN (2022082024046)
8. AGUSTINUS E KOYARI (2022082024013)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023

1
A. DEFINISI

1. Health education

Health education adalah suatu usahaa atau kegiatan untuk membantu

individu,kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik tingkat

pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat optimal.

Pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan, mampu mempersiapkan masyarakat untuk

mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi. menurut Wafid (2009), proses

perubahan perilaku yang dinamis dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi ataupun teori maupun seperangkat perosedur dari seseorang ke orang lain tetapi

perubahan yang terjadi karena adanya kesadaran dalam diri individual,kelompok, maupun

masyarakat itu sendiri (Prasetyawati,2012)

2. bencana

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun

pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

2
B. METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT

1. Rolle playing dalam kegiatan ekstrakulikuler disekolah

Role playing adalah teknologi untuk mengintensifkan dan mempercepat

pembelajaran. Tujuan utama latihan bermain peran adalah untuk membuat siswa

melihat materi yang mereka pelajari dengan cara baru. Menurut Richards (1985)

merekomendasikan prosedur 6 langkah bermain peran : aktivitas pendahuluan, dialog

model,belajar melakukan pemmainan peran dengan bantuan (kartu peran,

mendengarkan rekaman penutur asli yang melakukan permainan peran dengan kartu

peran), tindak lanjut dan ulangi urutannya.

2. Sosialisasi kebencanaan

Pola pikir manusia harus diubah untuk dapat mewujudkan budaya keselamatan,

melalui kebiasaan ,kesiapsiagaan pada pencegahan kebencanaan. Melalui reformasi

pendidikan kebencanaan akan dapat mengubah pola pikir manusia untuk selalu sadar

serta peduli pada bencana. Selalu mendahulukan keselamatan dari bencana cara

sosialisasi kesiap siagaan bencana. Strategi komunikasi yang dilakukan BNPB yaitu,

melakukakn edukasi kebencanaan dengan pemberian materi berupa pengertian dari

bencana dampak yang ditimbulkan dari terjadinya suatu bencana hingga upaya untuk

mitigasi bencana.

3. Demontrasi dimayarakat

Salah satu cara untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir

adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi. Menurut

Sagala (2012), keunggulan metode demonstrasi yaitu lebih mudah memahami sesuatu,

lebih menarik, peserta dirangsang untuk mengamati, dan dapat me;akukan sendiri

(redemonstrasi)

3
Menurut (Hapsari at all.,2018) kelebihan metode demonstrasi , yang pertama

memperkecil kemungkinan salah tafsir di bandingkan dengan peserta yang hanya

membaca dan mendengar informasiuntuk dihafalkan, yang kedua dapat melibatkan

peserta dengan menirukan peragaan yang diberikan sehaingga mereka cakap teerampil

dan percaya diri, yang ketiga dapat memusatkan perhatian peserta terhadap hal penting

selama proses pembelajaran , yang keempat memungkinkan peserta didik untuk

menanyakan aspek yang diperagakan.

C. JENIS PENYIAPAN MASYARAKAT PADA BENCANA

1. Pengetahuan dan Kesiapan masyarakat terhadap bencana banjir di Kota Bekasi

 Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda akan terjadinya bencana banjir jika

hujan lebat di wilayah hulu ungai lebih dari 2 jam, ada inrmasi tinggi muka air di

hulu melebihi ambang batas normal, air sungai berwarna keruh dan banyak material

yang hanyut terbawa aliran air sungai, tanggul sungai mulai bocor atau jebol dan

pompa tidak berfungsi.

 Tindakan yang dilakukan sebelum banir:

1) : menyiapkan tas siaga bencana yang berisis dokumen penting/surat berharga

2) Menyiapkan logistik (bahan Makanan) untuk kebutuhan darurat

3) Menyiapkan peralatan untuk evakuasi

4) Merenovasi rumah dengan meninggikan pondasi atau membangun rumah

menjadi dua lanyai

5) Merencanakan/menempatkan barang-barang berharga di tempat yang relatif

aman.

 Tindakan yang dilakukan saat banjir

1) Menjaga keselamatan barang-barang


4
2) Mencari informasi terkait banir melalui tetangga, Handy talky, handphone,

televisi, radio

3) Memastikan semua anggota keluarga dalam keadaan aman

4) Memastikan persediaan makanan/logistik cukup

5) Mengungsi ke tempat yang aman

6) Memastikan kendaraan berada di tempat yang aman

 Setelah banjir

1) Membersihkan rumah dan barang-barang dari air/lumpur, sampah banjir

2) Menyediakan kebutuhan air bersih dan fasilitas MCK untuk kebutuhan keluarga

3) Memastikan kondisi kesehatan keluarga dari dampak banjir

4) Melakukan gotong-royong untuk membersihkan lingkungan dari berbagai

sampah /lumpur banjir

5) Memastikan panel-panel listrik di rumah dalam kondisi aman

2. Kesiapsiagaan terhadap Bencana Tsunami di kecamatan puring kabupaten kebumen

1) Upaya yang dilakukan individu : mengikuti sosialisasi tsunami dan simulasi

bencana tsunami

2) Upaya yang dilakukan komunita sekolah: menerapkan pengetahuan tentang

kesiapsiagaan bencana tsunami dalam meteri pembelajaran, melakukan

koordinasi dengan pihak terkait, dan menyusun rencana tanggap darurat untuk

mengantisipasi bencana tsunami

3) Upaya yang dilakukan pemerintah : melakukan sosialisasi, pembentukan

organisasi pengelola bencana, pembuatan jalur evacuasi, pembangunan

infrastruktur dan pelaksanaan simulasi tsunami bekerjasama dengan BPBD

5
kabupaten kebumen

3. Model Kesiapan Masyarakat dalam pengurangan resiko bencana tanah longsor di

Desa Tugumukti, kecamatan cisarua kabupaten Bandung Barat

1) Masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kesadaran akan resiko bencana yang

dihadapi

2) Terbentuknya kelompok penanggulangan bencana yang yang dinamakan Kelompok

Masyarakat penanggulangan Bencana (KMPB)

3) Adanya dukungan yang kuat dari para tokoh masyarakat, agama dan pemerintah desa

terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana

4) Aktifnya kembali perelek yang dihasilkannya akan diuangkan dan digunakan sebagai

dana cadangan dalam situasi tanggap darurat jika suatu waktu terjadi bencana.

5) Adanya rekening kelompok KMPB sebagai tempat penyimpanan dana yang dikelola

bersama dari hasil penarikan beras perelek ataupun jika terdapat sumbangan dari

pihak-pihak lain baik pemerintah maupun pihak swasta (dunia usaha)

6) Telah tersedianya posko bencana KMBP, jalur evakuasi sebagai petunjuk arah ke

lokasi aman dan telah disepakatinya lokasi evakuasi

7) Terbangunnya sisten jaringan bagi KMPB dengan instansi terkait diantaranya seperti

BPBD, FKDM, pihak PMI KBB, kelompok pecinta alam jana buana.

D. Metode Sosialisasi pada Masyarakat

1. Mitigasi strukrural : berupa pembuatan infrastruktur sebagai pendorong minimalisasi

dampak dan pendekatan teknologi contoh : penyusun database daerah potensi bahaya

longsor dan pembuatan early warning system

2. Mitigasi Non Struktural: lebih menekatkan pada kapasitas masyarakat upaya

dilakukan melalui penyebaran informasi pada masyarakat yang bermukim daerah


6
rawan bencana (memberikan poster dan leaflet) tentang tatacara mnegenali,

mencegah dan penangganan bencana. Dengan Cara :

 Pemberian informasi yaitu : poster, pemberian tanda daerah rawan longsor

 Sosialisasi dilakukan dibeberapa lokasi tertentu diantaranya adalah di wilayah

rawan bencana serta di sekolah-sekolah. Hal ini bermaksud untuk dapat

memebrikan kesadaran secara dini kepada masyrakat tentang pentingnya

mitigasi bencana. Materi sosialisasi diantaranya adalah pengenalan mengenai

bencana, upaya mitigasi bencana, dan apa yang dilakukan masyarakat sebelum

terjadi bencana, saat terjadi bencana, maupun pasca benacana. Kegiatan

sosialisasi dilakukan secara aktif setiap bulan di lakoasi yang berbeda-beda baik

wilayah rawan bencana maupun wilayah rawan bencana.

 Pelatihan dan simulasi bencana, hal ini diperlukan agar masyarakat memgerti

dan memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencan. Pelatihan tidak

hanya melibatkan masyarakat namun juga SKPD serta relawan. Kegiatan utama

dari pelatihan adalah gladi evakuasi atau simulasi benacana.

E. Penggunaan Kearifan Lokal dalam emporement masyarakat

1. peran kearifan lokal dalam mitigasi bencana: bencana longsor di desa bojong koneng

kabupaten bongor:

a) Dimensi pengetahuan lokal : masyarakat memiliki pengetahuan bahwa adanya

pamali mengenai perusakan lingkungan dimana ketika ada masyarakat yang

menebang pohon di hutan, maka akan di ganggu oleh jurigan. Masyarakat

mengetahui adanya cerita rakyat mengenai prediksi perubahan alam dimasa yang

akan datang

b) Dimensi nilai lokal : masyarakat memiliki nilai-nilai masyarakat terhadap longsor.

7
 Pamali dalam mengrusakan hutan

 Adanya prediksi kejadian bencana longsor di masa yang akan datang

c) Dimensi ketrampilan lokal: masyarakat memiliki ketrapilan membuat penahan

longsoran tanah dengan menggunakan bambu,bambu dipotong dengan ukuran 1.5

meter lalu ditacaplan ke dalam tanah yang mengalami pergeseran

d) Dimensi sumber daya lokal : memiliki sumber daya alam yang melimpah berupa

bambu kemudaian bambu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat penahan

longsor tradisional. Selain itu juga terdapat dua gyunung batu yaitu gunung kidul dan

gunung perahu yang dipercayai masyarakat sebagai paku bumi penyangga tanah di

desa dan dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat rumah panggung.

e) Dimensi mekanisme penagmbilan keputusan lokal. Pemerintah telah memberikan

anjuran untuk menghentikan penambangan batu untuk mengurangi resiko bencana

longsor. Selain itu adanya himbauan dari ketua rt dan rw kepada masyarakat untuk

selalu berwaspada ketika terjadi hujan dimalam hari

f) Dimensi solidaritas lokal : masyarakat masih memiliki semangat gotong-royong yang

kuat dalam hal membuat fasilitas umum seperti jalan, tanggul dan rumah panggung.

Selain itu juga ada sistem ronda malam yang melibatkan pastisipasi warga untuk

berjaga dimalam hari ketika hujan.

8
Daftar Pustaka

Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana.

Nurjannah Tamil. “ Edukasi Kesiapsiagaan Bencana Alam pada Siswa melalaui Metode

Role Playing dalam Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah.” Jurnal Amanah

Pendidikan dan Pengajaran No 1: 10-19 (2020)

Lativa Qurrotaini. “Edukasi Tanggap Bencana melalui Sosialisasi Kebencanaan sebagai

Pengetahuan Anak terhadap Mitigasi Bencana Banjir.” Jurnal Pengabdian

Masyarakat AN-NAS Vol 2 (1), pp:35-42

Ichwan Muis, “Model Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana

Tanah Longsor di Desa Tugumukti, Kecamatan cisaruaKabupaten Bandung Barat.”

Asian Social Work Jurnal (ASWJ) Vo. 3 Issue 4,19-30 2018

Randy Raharja. “Peran Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana: Study Masyarakat dalam

Menghadapi Bencana Longsor di desa bojongkodeng Kabupaten Bogor.” Jurnal

Dialog Penaggulangan Bencana Vol 7,No 2 Hal 111-119 2016

Teupa Hasan Basri, “ Sosialisasi Mitigasi Bencana bagi Masyarakat Pesisir di Kualaleuge

Kabupaten Aceh Timur.” Global Scirence Sociaty: Jurnal Ilmiah Pengabdian

kepada Masyarakat vol 1 No 1 Hal 79-84 2019

Novian Andri Akrianto. “Kesiapan Masyarakat Terhadap Bencana Banjir di Kota Bekasi

(Studi Kasus: Perumahan Pondok Gede Permai).” Jurnal Alami Vol 2 No 1.2018

Kukuh Setio Utomo. “Kajian Kesiapsiagaan terhadap Bencana Tsunami di Kecamatan

Puring Kabupaten Kebumen.” Jurnal GeoEco Vo. 4 No.1 Hal.68-76. 2018

Anda mungkin juga menyukai