Anda di halaman 1dari 8

Manajemen Tanggap Darurat Bencana

Untuk Koordinator Lapangan

A. Pokok Bahasan :
Manajemen Penanggulangan Bencana

B. Sub Pokok Bahasan :

1. Manajemen PB
2. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana
3. Kebijakan PMI dalam Penanggulangan bencana

C. Tujuan Pembelajaran :

Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta


diharapkan mampu :

1. Memahami siklus Bencana


2. Memahami dan Menerapkan kebijakan pemerintah dalam
penanggulangan bencana.
3. Memahami dan Menerapkan kebijakan PMI dalam
penanggulangan bencana.

C. Waktu :
3 x 45 Menit

D. Media :
1. Papan
2. Flipchart,
3. Spidol,
4. Lembar Soal
5. Lembar kasus

E. Metode :
1. Ceramah informatif
2. Diskusi
3. Curah Pendapat
4. Study Kasus
F. Proses Pembelajaran :

1. Pengantar :

◙ Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan energizer.


◙ Fasilitator menjelaskan Pokok Bahasan dan tujuan pembelajaran dalam
modul.

2. Kegiatan Belajar :

o Fasilitator melakukan brainstorming tentang istilah-istilah dalam


bencana (refeshing) :
a. Apa itu bencana
b. Sebutkan jenis-jenis bencana
c. Penyelenggaraan PB
d. Tanggap Darurat Bencana
o Fasilitator menyampaikan slide materi dengan metode ceramah
informatif
o Fasilitator bertanya pada peserta mengenai muatan dalam alur.
o Curah pendapat antar peserta mengenai muatan dalam kasus
o Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok menjadi 3 kelompok
kemudian meminta kelompok untuk menjelaskan apa yang dilakukan
ketika mereka menerima pesan sebelum, saat dan sesudah Bencana.
o Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kelompok lain memberikan
tanggapan

---Kasus Slade ---


Gambar - gambar

G. Referensi :
1. Kebijakan Pemerintah dalam PB (UU PB No.24 Tahun 2007)
2. PP. 19, 20, 21 Tahun 2008. Tentang
3. Rencana Nasional PB BNPB 2015 - 2019
4. Visi Misi, Renstra, PO Pelayanan, Juklak PB
KUNCI MATERI :

Jenis – jenis bencana


 Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau
gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan
(vulnerability) masyarakat. Hubungan keduanya dapat digambarkan, bila
gangguan atau ancaman tersebut muncul kepermukaan tetapi masyarakat tidak
rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang
mengganggu tersebut, sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak
terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana. Bencana
dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
 Bencana non - alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
 Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
 Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA 2015-2019


(DOKUMEN RENCANA NASIONAL PB BNPB)

DASAR HUKUM
1. UU No. 24/2007 Tentang PB,
2. Peraturan Presiden No. 08 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana,
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penanggulangan
Bencana
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah
A. Visi
Sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung-jawab
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan
penghidupan termasuk perlindungan atas bencana. Amanat di atas, telah
dijabarkan oleh UU No. 24/2007. Dengan demikian, maka visi yang ingin
dicapai dalam upaya penanggulangan bencana adalah :

“Menjadikan Bangsa yang Tangguh Menghadapi Bencana”

Suatu bangsa yang tangguh bencana adalah bangsa yang memiliki kemampuan
mengenali, mengantisipasi, mencegah, dan mengurangi risiko bencana serta
mampu mengatasi secara efektif jika terjadi bencana, kemudian mampu
bangkit kembali setelah bencana untuk melanjutkan kehidupannya. Bangsa
yang tangguh ditandai pula oleh terbangunnya budaya sadar bencana, dimana
pengurangan risiko bencana telah terintegrasi pada semua kebijakan,
perencanaan,pelaksanaan dan perilaku yang mendukung terbangunnya bangsa
dan masyarakat yang tangguh bencana.

Dengan demikian, bangsa yang tangguh bencana adalah bangsa yang


mempunyai kemampuan/kapasitas:
1. menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui
perlawanan atau adaptasi,
2. mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-struktur dasar
tertentu, selama kejadian-kejadian yang mendatangkan malapetaka,
3. memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu kejadian bencana dan
membangun kembali kehidupan dengan cara yang lebih baik.

B. Misi
Sesuai dengan kondisi umum dan tantangan yang dihadapi serta disesuaikan
dengan kemampuan yang ada, maka untuk mewujudkan “bangsa yang tangguh
bencana” tersebut, dirumuskan misi sebagai berikut :
1. Membangun efektivitas dalam upaya pengurangan risiko bencana pada
kawasan yang memiliki risiko bencana, terutama pada pusat-pusat
pertumbuhan pembangunan,
2. Meningkatkan efektivitas penanganan tanggap darurat,
3. Melakukan optimalisasi dan percepatan pemulihan wilayah pasca bencana,
dan masyarakat yang terkena bencana untuk lebih mandiri.
4. Meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas dalam tata kelola
penanggulangan bencana.

C. Tujuan
Tujuan penanggulangan bencana seperti yang ditegaskan dalam Pasal 4 UU No.
24/2007 adalah
1. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana,
2. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada,
3. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkordinasi dan menyeluruh,
4. menghargai budaya lokal,
5. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta,
6. mendorong semangat gotongroyong, kesetiakawanan, dan kedermawanan,
7. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

D. Sasaran
Mengacu pada sasaran pembangunan nasional di bidang penanggulangan
bencana dan prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-
2019, maka sasaran strategis Renas PB 2015-2019 mengarahkan untuk:
1. Tersedianya perangkat hukum yang mendorong penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang efektif dan mandiri di tingkat pusat hingga
daerah secara proporsional.
2. Terintegrasinya penanggulangan bencana pada kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah dan non pemerintah.
3. Meningkatnya efektivitas mekanisme penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
4. Diterapkannya strategi yang menjamin terlaksananya pemberdayaan
masyarakat secara sinergi yang beroritentasi kepada penurunan risiko
bencana dengan kearifan lokal dan kemandirian daerah.
5. Meningkatnya kemitraan multi-pihak (pemerintah, lembaga usaha dan
masyarakat sipil) dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
6. Meningkatnya upaya pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi potensi
korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan lingkungan akibat bencana.
7. Meningkatnya kesiapsiagaan dan penanganan darurat untuk menghadapi
bencana secara mandiri dan proaktif.
8. Tersedianya mekanisme pendukung dalam menjamin terselenggaranya
pemulihan dampak bencana secara mandiri, efektif dan bermartabat.
9. Terselenggaranya pemulihan dampak bencana secara lintas sektor sesuai
dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.
10. Meningkatnya kapasitas SDM serta kelembagaan pemerintah dan non
pemerintah terkait penanggulangan bencana.

KEBIJAKAN PMI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA :


DASAR HUKUM
1. AD ART PMI Hasil Munas 2014
2. Peraturan Organisasi No. 003 tentang Pelayanan
3. Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Bencana
4. Petunjuk Teknis Tanggap Darurat Bencana

VISI
“PMI berkarakter, profesional, mandiri dan dicintai masyarakat”

MISI ke 1 :
“Menjadi organisasi kemanusiaan terdepan yang memberikan layanan berkualitas
kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah”
TUJUAN STRATEGIS ke 3
Meningkatkan kualitas operasi penanganan bencana dan krisis kesehatan di seluruh
wilayah Indonesia, baik dari segi kecepatan, cakupan, dan efektivitas pelayanan.

PO PELAYANAN DAN JUKLAK PB

SIKLUS PMI

KEGIATAN PMI

A. Tahap Pra Bencana (Sebelum Terjadi Bencana)

1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana


meliputi:
a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan
b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

2. Kegiatan PMI dalam situasi tidak terjadi bencana, meliputi:


a. penilaian tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas;
b. analisis risiko, ancaman dan kerentanan bencana;
c. perencanaan penanggulangan bencana (rencana kontinjensi);
d. pemetaaan daerah rawan bencana;
e. advokasi dan sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana;
f. pendidikan dan pelatihan pengurus, staf dan relawan;
g. upaya-upaya nyata pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan
iklim;
h. promosi perilaku siaga bencana;
i. pengembangan sekolah siaga bencana dan kampus siaga bencana;
j. pengembangan masyarakat siaga bencana;dan
k. gladi dan simulasi penanggulangan bencana.
l. Melakukan mitigasi dampak bencana :
Mitigasi dilakukan untuk mendorong masyarakat lokal agar memiliki
kapasitas dan kemandirian untuk mengurangi risiko bencana. Mitigasi
yang dilakukan lebih fokus pada mitigasi berskala kecil dengan
memanfaatkan sumber daya setempat. Namun bila diperlukan dan
adanya dukungan dari pihak donor maupun pemerintah, PMI dapat
melakukan mitigasi berskala besar.

3. Kegiatan PMI dalam situasi terdapat potensi bencana:


a. menyiapkan rencana operasi bencana;
b. melaksanakan sistem peringatan dini berbasis masyarakat;dan
c. melakukan mitigasi, khususnya mitigasi non struktural.
d. melaksanakan upaya kesiapsiagaan tanggap darurat bencana;

Upaya kesiapsiagaan PMI ini dilakukan untuk memastikan upaya yang


cepat, tepat dan terkoordinasi dalam menghadapi kejadian bencana,
antara lain melalui:
1) penyusunan dan simulasi tanggap darurat bencana melibatkan
semua stakeholder;
2) pengembangan SIB (Sistem Informasi Bencana) serta menfungsikan
DMIS (Disaster Management Information System) dengan baik.
3) Pengembangan sistem peringatan dini di Markas PMI maupun Sistem
Peringatan Dini berbasis masyarakat.
4) penyediaan dan penyiapan barang bantuan untuk pasokan
pemenuhan kebutuhan dasar;
5) pengorganisasian promosi perilaku siaga bencana, mencakup
penyuluhan, pelatihan, simulasi dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat;
6) membantu masyarakat dalam penentuan jalur-jalur evakuasi
maupun lokasi evakuasi yang paling aman, termasuk dalam
pembuatan rambu-rambu peringatan dini dan evakuasi;
7) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur
tetap tanggap darurat bencana; dan
8) penyediaan dan penyiapan perlengkapan standart maupun sarana
tanggap darurat bencana yang digunakan oleh Tim SATGANA dan
SIBAT.

B. Tahap Saat Bencana (Saat Terjadi Bencana)

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat yang


dilakukan PMI dengan memperhatikan kapasitas masing-masing serta situasi
dan dukungan stakeholder lainnyam, antara lain adalah :
1. Melakukan kegiatan assessment untuk mengkaji secara cepat dan tepat
terhadap tingkat kerugian dan kerusakan lokasi dan sumber daya.
2. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, mencakup
kegiatan;
a. pencarian dan penyelamatan korban;
b. pertolongan pertama; dan/atau
c. evakuasi korban.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain:
a. pelayanan air bersih dan sanitasi (watsan);
b. pangan;
c. sandang;
d. pelayanan kesehatan;
e. pelayanan dukungan sosial psikososial; dan
f. penampungan dan tempat hunian.
4. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
5. Mendorong masyarakat agar mampu melakukan upaya pemulihan secara
mandiri.

C. Tahap Paska Bencana (Setelah Bencana)

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana hanya


lebih fokus pada tahap pemulihan awal. PMI akan terlibat dalam kegiatan
recovery dan rekonstruksi fisik, bila ada dukungan dana dan dukungan teknis
yang memadai.
Kegiatan pemulihan yang dilaksanakan oleh PMI lebih banyak diarahkan untuk
mendorong agar masyarakat memiliki kapasitas untuk melakukan upaya
pemulihan secara mandiri, dengan cakupan kegiatan sebagai berikut :
1. Dukungan pemulihan dan penyedian air;
2. Kebersihan lingkungan wilayah yang dilanda bencana;
3. Promosi kesehatan paska bencana;
4. Dukungan sosial psikologis;
5. Pelayanan kesehatan dasar;
6. pelayanan pemulihan hubungan keluarga; dan
7. pemulihan awal dan rekonstruksi.

Anda mungkin juga menyukai