MULTIDISIPLIN ILMU Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Disaster Dosen : Sumbara, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun oleh :
Robi Muhammad F AK118155
Kelas 4C
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2022 A. Kerjasama Multidisiplin dalam Keperawatan Bencana 1.1 Definisi Multidisiplin Menurut Wywialowski (2004), multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana sejumlah orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki masing- masing individu memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan upaya yang dilakukan. Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau pekerja medis yang terdiri dari anggota-anggota dengan latar belakang ilmu profesi yang berbeda.
1.2 Ciri-Ciri Multidisiplin
1. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan pengelolaan bersama. 2. Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya. 3. Konseptual dan operasional : terpisah-pisah. 4. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya mengintegrasikan pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun setiap disiplin membatasi diri secara ‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah ilmu lain.
1.3 Perencanaan Pengelolaan Bencana dari Setiap Multidisiplin Ilmu
a. Dokter 1) Peran dokter dalam keadaan bencana. Dokter merupakan salah satu praktis kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana peran dokter tersebu diantaranya: a) Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun non trauma seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS. b) Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana. c) Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban triase. d) Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan mencegah terjadinya kecatatan pada pasien. e) Memberikan pelayanan pengobatan darurat f) Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana. g) Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan penanganan lebih lanjut h) Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitatif 2) Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan, diantarnya dokter, yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis yang meliput tim gerak cepat, tim penilaian cepat kesehatan (Tim RHA), dab tim bantuan kesehatan berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk masing-masing tim tersebut: a) Tim gerak cepat Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya kejasin bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari dokter umum/BSB 1 orang, dokter spesialis bedah 1 orang, dan dokter spesialis anastesis 1 orang. b) Tim RHA Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim gerak cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter umum minimal 1 orang dikirikan. c) Tim bencana kesehatan Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah tim gerak cepat dan tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka dilapangan. b. Perawat Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut fase dan keadaan berlaku saat terjadi bencana seperti dibawah ini : 1) Fase pra bencana a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya. b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat. c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal - hal berikut: i. Usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).. ii. Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain. 2) Fase bencana a) Bertindak cepat b) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan takut memberikan harapan yang besar pada para korban selamat. c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan. 3) Fase pasca bencana a) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban. b) Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang merupkan sindron dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa - peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalahm dan gangguan memori. c) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsure lintas sector manangani masalah kesehatan masyarakat pasca bencana. c. Ahli Gizi Kegiatan penaganan dan tugas ahli gizi pada situasi bencana perlu efesien dan efektif antara lain, sebagai berikut: a) Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam. b) Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari perisapan samppai perindistribusian. c) Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan minuman. d) Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil. e) Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban bencana alam. f) Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil). d. Fisioterapi a) Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan instansi yang diakui secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam kerangka manajemen bencana. b) Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk mengurangi dampak bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen harus menjadi praktek manajemen fisioterapi. c) Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat mendapat perawatan di rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara dilokasi dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana local secaara organisasi bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk membangun kembali kehidupan mereka adalah keentingan utama bagi para korban. e. Pekerja sosial Profesi pekerja sosial memiliki peran penting dalam penggulangan bencana baik pada saat pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana pada saat pra bencana, kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya pengurangan risiko bencana, antara lain melalui kegiatan , peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan mitigasi dala menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, pemetaan kapasitas masyarakat, dan melalukan advokasi ke berbagai pihak terkait kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, pekerja sosial membantu pemulihan kondisi fisik dan penanganan psikososial dasar bagi korban bencana. Pada saat pasca bencana, pekerja sosial melakukan upaya pemulihan kondisi psikologis korban bencana, khususnya mengatasi trauma dan pemulihan kondisi sosial, serta pengembangan kemandirian korban bencana. f. POLRI Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan bencana melalui: a) Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan community policing sehingga masyarakat diharapkan mampu mencegah dan menghindari terjadinya tindakan kejahatan yang akan menimpa dirinya mampu kelompoknya. b) Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana melalui pelatihan penyelamat saat terjadinya bencana serta terbentuknya sistem deteksi dini adanya bencana yang dapat dimengerti oleh masyarakat. c) Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum pada saat terjadinya bencana penyuluhan dan pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum. d) Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan jaminan rasa aman kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan hukum yang professional dengan menjunjung tinggi HAM. e) Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional organisasi polri melalui peningkatan kuantitas dan kualitas personil medasari paradigma baru polri, meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat, menciptakan sistem dan metode serta anggaran yang mampu mendukung operasional polri dalam penggulangan bencana. g. Tim SAR (Search And Rescue) Dalam hal kejadian bencana alam, peranan SAR adalah yang paling mengemuka karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam yang terjadi, sehingga SAR menjadi titik pandang bagi masyarakat yang tertimpa musibah.