Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kerja Sama Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana


1. Pengertian
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan
berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya
konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik.
Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu
dalam tugas, namun dalam pemecahan suatu masalah saling
bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling berkaitan.
Interdisiplin merupakan interaksi intensif antar satu atau lebih
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak,
melalui program-program penenlitian dengan tujuan melakukan
integrasi konsep, metode, dan analisis.

2. Ciri-Ciri Interdisiplin
a. Peran dan tanggung jawab tidak kaku, dapat beralih sesuai
dengan perkembangan.
b. Menyadari adanya tumpang tindi kompetensi dan menerapkan
dalam praktek sehari-hari.
c. Menemui dan mengenali keunikan peran berbagai disiplin yang
tidak bias diabaikan dan merupakan modal bersama.
d. Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan
diterapkan merupakan yang paling komprehensif, terdapat
keinginan untuk memikul beban berat bersama, hasrat untuk
saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.
e. Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan
permasalahan seputar disiplin tersebut.
3. Anggota Tim Interdisiplin
a. Peran dan fungsi dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika )
BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
diatas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di
bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
4) Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan
pengolahan data dan informasi di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
5) Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
6) Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait
serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;
7) Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi
dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan
bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
8) Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
9) Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di
bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10) Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi,
kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
11) Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
12) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan
manajemen pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
13) Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
14) Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
15) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi
di lingkungan BMKG;
16) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab BMKG;
17) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18) Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG
dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di
bidang perhubungan.

B. Kerja Sama Multidisiplin Dalam Keperawatan Bencana


1. Pengertian
Menurut Wywialowski (2004), multidisiplin atau multidisipliner
mengacu pada tim dimana sejumlah orang atau individu dari
berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek namun masing-
masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim
multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda
namun saling melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki
masing-masing individu memberikan kontribusi yang besar bagi
keseluruhan upaya yang dilakukan.
Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan
atau pekerja medis yang terdiri dari anggota – anggota dengan latar
belakang ilmu profesi yang berbeda dan masing – masing anggota
tim memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

2. Ciri-Ciri Multidisiplin
a. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan
perencanaan pengelolaan bersama.
b. Setiap bagian beraktivitas berdasarkan batasan ilmunya.
c. Konseptual dan operasional : terpisah-pisah.
d. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya
mengintegrasikan pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun
setiap disiplin membatasi diri secara ‘tegas’ untuk tidak
memasukan ranah ilmu lain.

3. Anggota Tim Multidisiplin


a. Dokter
1) Peran dokter dalam keadaan bencana. Dokter merupakan
salah satu praktis kesehatan yang sangat diperlukan dalam
keadaan bencana peran dokter tersebu diantaranya:
a) Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma
maupun non trauma seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)
b) Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban
bencana.
c) Mendiangnosa keadaan korban bencana dan ikut
menentukan status korban triase.
d) Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat
daruratan dan mencegah terjadinya kecatatan pada
pasien.
e) Memberikan pelayanan pengobatan darurat
f) Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko
tanggap bencana.
g) Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila
memerlukan penanganan lebih lanjut
h) Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative
2) Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis
Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM
kesehatan, diantarnya dokter, yang tergabung dalam suatu
tim penanggulangan kritis yang meliput tim gerak cepat, tim
penilaian cepat kesehatan (Tim RHA), dab tim bantuan
kesehatan berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk
masing-masing tim tersebut:
a) Tim gerak cepat
Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam
setelah adanya kejasin bencana. Tenaga dokter yang
dibutuhkan terdiri dari dokter umum/BSB 1 orang, dokter
spesialis bedah 1 orang, dan dokter spesialis anastesis 1
orang.
b) Tim RHA
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama
dengan tim gerak cepat atau menyusul dalam waktu
kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter umum
minimal 1 orang dikirikan.
c) Tim bencana kesehatan
Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan
kebutuhan setelah tim gerak cepat dan tim RHA kembali
dengan laporan hasil kegiatan mereka dilapangan.
b. Perawat
Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat
dijabarkan menurut fase dan keadaan berlaku saat terjadi
bencana seperti dibawah ini :
1) Fase pra bencana
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman
bencana untuk setiap fasenya.
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas
pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah
nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat.
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan
untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana yang meliputi hal – hal berikut.
(1) Usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat
tersebut)..
(2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga
seperti menolong anggota keluarga yang lain.
2) Fase bencana
a) Bertindak cepat
b) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti, dengan takut memberikan harapan
yang besar pada para korban selamat.
c) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.
3) Fase pasca bencana
a) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi
keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
b) Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang
hingga terjadi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
yang merupkan sindron dengan tiga kriteria utama.
Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya
melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa –
peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan
menunjukkan gangguan fisik. Selain itu individu
dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalahm dan gangguan
memori.
c) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain
yang terkait bekerja sama dengan unsure lintas sector
manangani masalah kesehatan masyarakat pasca
bencana.
c. Ahli gizi
Kegiatan penaganan dan tugas ahli gizi pada situasi
bencana perlu efesien dan efektif antara lain, sebagai
berikut:
1) Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban
bencana alam.
2) Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari
perisapan samppai perindistribusian.
3) Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan
minuman.
4) Memantau keadaan gizi pengungsian khusus balita dan
ibu hamil.
5) Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk
masyarakat korban bencana alam.
6) Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A,
untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil).
d. Fisioterapi
1) Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara
intense dengan instansi yang diakui secara internasional
/ LSM untuk memastikan bahwa layanan professional
dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari
program rancangan pembangunan nasional yang
berkelajutan dalam kerangka manajemen bencana.
2) Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk
mengurangi dampak bencana dan mitigasi dan
kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen harus
menjadi praktek manajemen fisioterapi.
3) Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase
awal dapat mendapat perawatan di rumah sakit terdekat,
atau pada langkah sementara dilokasi dengan bantuan
medis oleh tim bantuan bencana local secaara organisasi
bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka
untuk membangun kembali kehidupan mereka adalah
keentingan utama bagi para korban.
e. Pekerja sosial
Profesi pekerja sosial memiliki peran penting dalam
penggulangan bencana baik pada saat pra bencana,
tanggap darurat maupun pasca bencana pada saat pra
bencana, kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya
pengurangan risiko bencana, antara lain melalui kegiatan ,
peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan mitigasi dala
menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, pemetaan
kapasitas masyarakat, dan melalukan advokasi ke berbagai
pihak terkait kebijakan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat, pekerja sosial membantu pemulihan kondisi
fisik dan penanganan psikososial dasar bagi korban
bencana. Pada saat pasca bencana, pekerja sosial
melakukan upaya pemulihan kondisi psikologis korban
bencana, khususnya mengatasi trauma dan pemulihan
kondisi sosial, serta pengembangan kemandirian korban
bencana.
f. POLRI
Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan
bencana melalui:
1) Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan
community policing sehingga masyarakat diharapkan
mampu mencegah dan menghindari terjadinya tindakan
kejahatan yang akan menimpa dirinya mampu
kelompoknya.
2) Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana
melalui pelatihan penyelamat saat terjadinya bencana
serta terbentuknya sistem deteksi dini adanya bencana
yang dapat dimengerti oleh masyarakat.
3) Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar
tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum pada
saat terjadinya bencana penyuluhan dan
pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum.
4) Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan
jaminan rasa aman kepada masyarakat baik jiwa maupun
harta melalui kegiatan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan masyarakat serta penegakan hukum yang
professional dengan menjunjung tinggi HAM.
5) Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional
organisasi polri melalui peningkatan kuantitas dan
kualitas personil medasari paradigma baru polri,
meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan
masyarakat, menciptakan sistem dan metode serta
anggaran yang mampu mendukung operasional polri
dalam penggulangan bencana.
g. Tim SAR (Search And Rescue)
Dalam hal kejadian bencana alam, peranan SAR adalah
yang paling mengemuka karena harus bertindak paling awal
pada setiap bencana alam yang terjadi, sehingga SAR
menjadi titik pandang bagi masyarakat yang tertimpa
musibah.

4. Komunikasi Multidisiplin Dalam Keperawatan


a. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik
Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah
penting dalam upaya penanganan dan perawatan pasien. Hasil
studi menunjukkan bahwa komunikasi dan hubungan baik antara
pasien dan anggota tim memberikan dampak positif pada
kepuasan pasien, pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan
terhadap program pengobatan, dan hasil kesehatan yang
terukur.
b. Bertukar informasi
Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak
mungkin informasi dari pasien agar dapat mendiagnosa dengan
tepat jenis penyakit yang diderita pasien dan merumuskan
rencana penanganan dan perawatan. Bagi pasien, pasien perlu
mengetahui, memahami, merasa dikenal, dan dipahami oleh
anggota tim. Untuk itu, kedua belah pihak sangat perlu
melakukan komunikasi dua arah sebagai upaya untuk saling
bertukar informasi.
c. Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian
Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah
salah satu penyebab keberhasilan dalam komunikasi. Perawat
sebagai anggota tim bertanggung jawab dalam memberikan
perhatian dan memobilisasi semua indera untuk mempersespi
semua pesan verbal maupun pesan nonverbal yang diberikan
oleh pasien.
Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian,
perawat dapat menilai situasi dan masalah yang dialami pasien.
Selain itu perawat juga dapat meningkatkan harga diri pasien
dan mengintergrasikan diagnosa keperawatan dan proses
perawatan.
d. Penggunaan bahasa yang tepat
Informasi yang diberikan selama proses konsultasi,
penanganan, dan perawatan pasien perlu dilakukan dengan
menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien dan
anggota pasien. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses
konsultasi, penanganan, dan perawatan pasien hendaknya tidak
menggunakan jargon dan istilah teknis kesehatan kecuali
dijelaskan secara komprehensif. Yang harus dihindari juga
adalah penggunaan eufemisme karena dapat mengarah pada
ambigu.
e. Bahasa tubuh dan penampilan
Bahasa tubuh dalam komunikasi dan penampilan juga
hendaknya menjadi bahan pertimbangan dan perlu diperhatikan
dengan baik. Berbagai komunikasi nonverbal yang ditampilkan
seperti postur tubuh, gaya, dan perilaku dapat berdampak pada
kemajuan dan hasil konsultasi antara pasien dan anggoa tim.
Untuk itu, bahasa tubuh yang ditampilkan selama proses
konsultasi harus ditampilkan secara lengkap dan fokus pada
pasien.
f. Bersikap jujur
Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam
komunikasi keperawatan. Anggota tim seperti perawat harus
bersikap jujur agar diskusi atau konsultasi yang dilakukan tidak
menimbulkan kecurigaan, keraguan, dan kesalahpahaman. Jika
ada kebutuhan untuk diskusi yang terpisah dengan anggota
keluarga pasien maka harus dilakukan dengan menggunakan
teknik komunikasi terapeutik seperti hati – hati memperhatikan
tempat diskusi, dan waktu yang tepat.
g. Memperhatikan kebutuhan pasien
Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang
menjadi kebutuhan komunikasi pasien. Beberapa orang pasien
hanya ingin didengar tanpa banyak penjelasan dan beberapa
pasien lainnya ingin mengetahui penjelasan yang lengkap
tentang penyakit yang diderita. Perawat harus dapat mendeteksi
setiap apa yang diinginkan pasien.
h. Mengembangkan sikap empati
Empati merupakan salah satu karakteristik komunikasi
terapeutik. Yang dimaksud dengan empati adalah perawat dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. Dalam artian,
perawat hendaknya dapat memposisikan dirinya pada posisi
pasien.

Anda mungkin juga menyukai