Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

Dosen Pembimbing : Lilis Lesatari, M. Kep

DISUSUN OLEH:

Juliat

PRODI NON REGULER S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
PEMBAHASAN
A. Manajemen pada Kasus Kritis Berbagai Sistem
Pertolongan pertama merupakan pertolongan yang di lakukan secara cepat dan bersifat
sementara waktu yang diberikan pada seorang yang menderita luka atau terserang penyakit
mendadak dimana untuk menyelamatkan pasien yang sedang memerlukan bantuan medis.
Tujuan dari pertolongan pertama adalah memberikan perawatan dan pelayanan kesehatan
yang akan menguntungkan pada orang-orang tersebut sebagai persiapan terhadap penanganan
lebih lanjut lagi nantinya bila memang diperlukan. Rumah sakit di ruang Gawat Darurat kasus
semacam tadi disebut di atas biasanya menggunakan kode warna merah dan keadaan seperti
ini mengharuskan penanganan segera pada ruang .
Manajemen keperawatan suatu proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga, masyarakat
Prinsip Manajemen Gawat Darurat
prinsip pelayanan gawat dan darurat diantaranya yaitu :
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
2. Sadar dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa
(henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh.
Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi
yang membahayakan.
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan
terdapat alat transportasi yang memadai.
B. Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier dan Pada Kasus Kegawat
Daruratan

a. Pencegahan primer
intervensi biologi, sosial, atau psikologis yang bertujuan meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan atau menurunkan insiden penyakit di masyarakat dengan mengubah
faktor-faktor penyebab sebelum membahayakan seperti penyuluhan kesehatan,
pengubahan lingkungan, dukungan system social.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
1. Penyuluhan kesehataan
Merupakan salah satu bagian dari pencegahan primer yang mampu dilakukan.
Penyuluhan kesehatan mencakup memperkuat individu dan kelompok melalui
pembentukan kompetensi.
Penyuluhan kesehatan mencakup empat tingkat intervensi berikut ini.
 Meningkatkan kesadaran individu atau kelompok tentang masalah dan
peristiwa yang berhubungan dengan sehat dan sakit, seperti tugas
perkembangan normal.
 Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang
potensial, kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptif), dan respon
koping alternative.
 Meningkatkan pengetahuan seseorang tentang dimana dan bagaimana
memperoleh sumber yang diperlukan.
 Meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu atau kelompok,
keterampilan interpersonal, toleransi terhadap stres dan frustasi, motifasi,
harapan, dan harga diri.
2. Perubahan lingkungan
Intervensi preventif mungkin dilakukan untuk memodifikasi lingkungan
terdekat individu atau kelompok atau system social yang lebih besar. Intervensi
ini terutama bermanfaat apabila lingkungan menempatkan tuntutan baru
kepada pasien, tidak tanggap terhadap kebutuhan perkembangan, dan hanya
memberikan sedikit dukungan. Pengubahan lingkungan meliputi jenis berikut
ini.
 Ekonomi
 Pekerjaan
 Perumahaan
 Politik
 Keluarga
3. Dukungan sistem sosial
Penguatan dukungan social adalah cara mengurangi atau memperkecil
pengaruh dari peristiwa yang berpotensi menimbulkan sters. Empat jenis
intervensi preventif yang mungkin adalah:
 Mengkaji lingkungan masyarakat untuk mengidentifikasi area masalah dan

kelompok resiko tinggi.

 Meningkatkan hubungan antara system dukungan masyarakat dan

pelayanan kesehatan jiwa formal.

 Menguatkan jaringan pemberian pelayanan yang ada, meliputi kelompok

gereja, organisasi masyarakat, kelompok wanita, dukungan tempat kerja,

dan lingkungan, dan self-help group.

 Membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan,

mempertahankan, memperluas, dan menggunakan jaringan social yang

tersedia.

b. Pencegahan Sekunder

Tujuan dari pencegahan skunder kegawat daruratan yaitu Pendeteksian dini

Multi Trauma serta penanganan segera sehingga komplikasi dapat dicegah.

Sasaran pencegahan skunder yaitu pasien multi trauma yang baru terdiagnosa

dan Kelompok penduduk resiko tinggi ( supir, tukang ojek, Balita, Pekerja

bangunan, pemanjat tebing ). Pencegahan skunder termaksud menurunkan

prevalensi ganguan. aktifitas pencegahan skunder meliputi penemuan kasus

dini, skrining dan pengobatan efektif yang cepat. intervensi krisis adalah suatu

modalitas terapi pencegahan sekunder yang penting.


1. Krisis

Krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa

yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang.

Mekanisme koping yang biasa digunakan seseorang. Mekanisme koping

yang biasa digunakan seseorang menjadi tidak efektif untuk mengatasi

ancaman, dan orang tersebut mengalami suatu ketidakseimbangan serta

peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pencetus biasanya dapat

diidentifikasi. Tujuan intervensi krisis adalah individu pada tingkat fungsi

sebelum krisis. Krisis memiliki keterbatasan waktu, dan konflik berat yang

ditimbulkan dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Apa yang

dilakukan seseorang terhadap krisis menentukan pertumbuhan atau

disorganisasi bagi orang tersebut.

2. Faktor Pengimbang

Dalam menguraikan resolusi krisis, beberapa factor pengimbang

yang penting perlu dipertimbangkan. Keberhasilan resolusi krisis

kemungkinan besar terjadi jika persepsi individu terhadap peristiwa adalah

realististis bukan menyimpang, jika tersedia dukungan situasional sehingga

orang lain dapat membatu menyelesaikan masalah, dan jika tersedia

mekanisme koping untuk membantu mengurangi ansietas.

3. Jenis-jenis krisis

 Krisis maturasi merupakan masa transisi atau perkembangan dalam

kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu,

seperti pada masa remaja, menjadi orang tua, pernikahan, atau pensiun.

Krisis maturasi menuntut perubahan peran. Sifat dan besarnya krisis


maturasi dapat dipengaruhi oleh model peran, sumber interpersonal

yang memadai, dan kesiapan orang lain dalam menerima peran baru.

 Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu mengganggu

keseimbangan psikologis individu atau keseimbangan kelompok.

Contohnya yaitu kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian, masalah

sekolah, penyakit dan bencana.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan, angka

survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam mengatasi penyakit.

Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya gangguan

dan disabilitas yang berkaitan. Rehabilitasi adalah proses yang memungkinkan

individu untuk kembali ke tingkat fungsi setinggi mungkin.

d. Contoh Pencegahan primer skunder dann tersier berdasaran letak trauma

1. Trauma Kepala dan Wajah :

a. Pencegahan primer

Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi

penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya

masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan

ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak –

anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan

Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada

pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada

kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat

menaiki bangunan yang tinggi.

b. Pencegahan Sekunder
Penanganan segera secara cepat dan tepat pada penderita Multi Trauma:

Pada cedera Otak

 Pertahankan kepala harus berada dalam posisi gais tengah

 Untuk jaringan yang terkoyak dari wajah, semua jaringan dan organ

yang lepas dikembalikan ke tempat semula.

 Berikan sedatif untuk mengatasi agitasi, ventilasi mekanis

 Berikan obat untuk menghentikan kejang : Benzodiazepin.

 Tindakan untuk menurunkan TIK

Pencegahan komplikasi akut dan kronis :

 Cegah perdarahan yang hebat

c. Pencegahan Tersier

Pada cedera kepala ringan :

 Klien harus didampingi oleh seseorang selama waktu 24 jam

sesudah cedera.

 Jangan meminum minuman beralkohol selama 24 jam.beristirahat

selama 24 jam berikutnya

 Jangan mengemudikan kendaraan, mengoperasikan mesin, atau

mengamibil keputusan yang penting.

C. Peran Dan Fungsi Perawat, Fungsi Advokasi Pada Kasus Kritis Terkait Berbagai

Sistem.

a. Peran Perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang. sesuai kedudukan dalam suatu sistem(Kusnanto, 2013). Dalam

melakukan peran,  seseorang diharapkan memiliki  pemahaman dasar yang

diperlukan mengenai prinsip,  dalam menjalankan tanggung jawab secara cara


efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu ( Bastable,2002). peran perawat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi

keperawatan dan bersifat konstan (Doheny,1992) mengidentifikasi beberapa

elemen peran perawat profesional, meliputi :

1. Care Giver

Sebagai Pemberi asuhan keperawatan : sebagai pelaku atau pemberi asuhan

keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak

langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi  arti: melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan

informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil

analisa data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi

masalah yang muncul dan membuat langkah /  cara pemecahan masalah,

melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan

melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilakukan.

2. Client  Advocate

Sebagai pembela untuk melindungi klien. sebagai advokat klien,  perawat

berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya

pemenuhan kebutuhan  klien, membela kepentingan klien dan membantu klien

memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim

kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional.

3. Counsellor

Sebagai pemberi bimbingan/  konseling klien: berfungsi untuk memberikan

konseling kepada klien,  keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

sesuai prioritas
4. Educator

Sebagai pendidik klien, membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui

pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik

yang diterima sehingga klien / keluarga dapat menerima tanggung jawab

terhadap hal-hal yang diketahuinya.

5. Coordinator

Sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi

klien  perawat berfungsi untuk mengkoordinasi, mengatur, mengembangkan,

an memberikan informasi untuk perkembangan pelayanan kesehatan.

6. Change Agen

Sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-

perubahan:  sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara

berpikir, bersikap bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/

keluarga agar menjadi sehat ( Kustanto, 2003)

7. Consultan

Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah.

b. Fungsi Perawat

1. Fungsi Independen

Tindakan keperawatan bersifat Mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.

oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari

tindakan yang diambil.

2. Fungsi Dependen

Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan

khusus yang menjadi wewenang dokter dan harusnya dilakukan dokter,  seperti

pemasangan infus, pemberian obat dan melakukan suntikan.


3. Fungsi Interdependen

Tindakan perawat berdasar ada kerja yang sama dengan tim perawatan atau tim

kesehatan. perawat berkolaborasi mengupayakan kan kesembuhan pasien

bersama tenaga kesehatan lainnya. perawat bertanggung jawab lain terhadap

kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya ( P0tter

dan Perry, 2005)

c. Peran Perawat Sebagai Advokator

Advokasi (Pembelaan) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses

bertindak untuk, atau atas nama orang lain yang tidak mampu bertindak untuk diri

mereka sendiri (Basford & Slevin, 2006) Murphy dan Hunter ( dalam Basport & 

Slevin, 2006) mengatakan bahwa peran perawat dalam am mengeksplorasi konsep

pembelaan terangkum dalam pernyataan, “ Tujuan perawat bukan untuk

mendapatkan kepuasan dari profesional kesehatan lain tetapi lebih untuk

membantu pasien mendapatkan asuhan yang terbaik, bahkan jika itu berarti pasien

masuk ke rumah sakit dan mencari profesional asuhan kesehatan lain”. oleh karena

itu, Fokus utama dari peran advokasi perawat bagi Pasien adalah menghargai

keputusan pasien dan meningkatkan otonomi pasien ( Blais,2002)

d. Tugas perawat dalam advokasi pasien

Nelson (dalam Blais, 2002)menjelaskan tujuan utama dari advokat Pasien adalah

melindungi hak-hak pasien. peran advokat pasien memiliki tiga komponen  utama,

yaitu sebagai pelindung, mediator, dan dan pelaku tindakan atas nama pasien. Dari

ketiga komponen utama  peran perawat sebagai advokat,  maka dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) sebagai pelindung
Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama yaitu untuk membantu

pasien dalam membuat keputusan.  peran perawat dalam hal ini ditekankan

untuk menyerahkan Segala keputusan tentang perawatan yang akan dijalankan

oleh pasien kepada ada pasien itu sendiri,  sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

pasien tindakan perawat yang termaksud di dalamnya yaitu perawat

memberikan alternatif pilihan kepada pasien saat akan mengambil keputusan

tentang terapi yang akan diambil,  menyediakan format persetujuan tindakan

penjelasan atas pemulangan dini pasien dari perawatan, serta memutuskan

dokter yang akan merawatnya.

2) Sebagai mediator

Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan untuk menjembatani

komunikasi antara pasien dengan tim kesehatan selain di rumah sakit. tindakan

perawat yang termaksud di dalamnya yaitu perawat menemani pasien saat

kunjungan dokter,  menentukan menu diet dengan ahli gizi dan juga

memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pengobatan yang diterima.

3) Sebagai pelaksana tindakan

Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama untuk melaksanakan

asuhan keperawatan sesuai dengan yang dibutuhkan pasien. tindakan perawat

yang termaksud di dalamnya yaitu dengan memberikan lingkungan yang sesuai

dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan

pasien dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.

e. Pentingnya Peran Perawat Sebagai Advocator

Perannya sebagai advokat,  perawat diharapkan mampu untuk bertanggung jawab

dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi dari berbagai

pemberi pelayanan yang diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepadanya serta mempertahankan dan melindungi


hak-hak pasien. hal ini harus dilakukan,  karena pasien yang sakit dan dirawat di

rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.

Faktor-faktir yang mempengaruhi pelaksanaan advokasi, faktor yang

mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari 2  faktor yaitu;

a) Faktor penghambat

 Kepemimpinan dokter

 Terbatasnya jumlah tenaga perawat

b) Faktor pendukung

 Kondisi pasien

 Dukungan instansi rumah sakit (Etty&Madya,2013)

f. Hal-hal yang bisa  oleh perawat ada beberapa poin yaitu :


a. anticipatory guidance ( panduan antisipatif)
 primary prevention (pencegahan  primer)
 membantu klien kemungkinan mengalami kesulitan
 mengantisipasi keluarga dalam menangani masalah-masalah keterbatasan
dan penyakit kronik
b. Role modeling
Perawat menjadi role mode dengan an berperilaku yang benar :  berbicara,
senyum, penanganan pasien secara professional.
c. Educational informasi
1. Pembelajaran dan pemberian informasi
2. Membantu memilih dan menentukan pilihan terhadap informasi yang
diberikan
3. Membantu klien mengumpulkan informasi si dan belajar terhadap perilaku
promosi kesehatan
d. Ongoing Support
1. Memberikan bantuan kepada klien dalam membuat keputusan beralasan
2. Perawat sebagai partner dalam menyelesaikan masalah kebutuhan kesehatan
e. Collaboration and referral ( kolaborasi dan referal)
1. Masalah kesehatan bersifat multidimensi melibatkan multidisiplin
2. Perawat memberikan penjelasan terhadap masalah yang melibatkan tenaga
kesehatan lain
3. Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan
Daftar Pustaka
Armstrong, E Alan.2007.Nursing Ethics. Macmillan: Palagrave

Asmadi. 2008. Konsep dsar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Blais, Jonice. 2007. Praktik Keperawatan Profesional. Widya Medika. Jakarta

Dewi.A.I.2008.Etika Dalam Hukum Kesehatan. Yogyakarta:Pustaka Salemba Medika


Hastuti Dwi. 2017.Hubungan Pengetahuan Tentang Antisipasi Cedera Dengan Praktik
Pencegahan Cedera pada Anak Wilayah Puskesmas Jelengkong Kabupaten Bandung.
Vol.3, No.1 (52-62).

Jasa KZ, Fachrul, dkk. 2014. Lauran Pasien Cedera Kepala Berat yang Dilakukan operasi
Kraniotomi Evakuasi Hematoma atau Kraniektomi Dekompresi di RSU Dr. Zaenoel
Abidin Banda Aceh. Vol.3, No.1 (8-14).

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta.

Oman K. S. 2008 . Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.

Purba.2009.Dilema Etika Dan pengambilan Keputusan Etis.Jakarta

Takatelid, Lucky, dkk. 2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. DR. R.
D.Kandou Manado. Vol.5, No.1.

Anda mungkin juga menyukai