Anda di halaman 1dari 72

COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN 4

PILAR PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS


TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

JULIAT
NIM : SNR19214076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
TAHUN 2021
COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN 4
PILAR PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Syarat menempuh Ujian Strata Satu (SI)
pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

JULIAT
NIM : SNR19214076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
TAHUN 2021

i
PERSETUJUAN

PROPOSAL/HASIL PENELITIAN

COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN 4 PILAR


PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 KLINIK
KITAMURA PONTIANAK

Yang dipersipakan dan disusun oleh :

JULIAT

NIM : SNR19214076

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Tutur Kardiatun, M.Kep Ns. Uji Kawuryan, M.Kep

NIDN 1103088202 NIDN 1128078701

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ners

Ns. Gusti Jhoni Putra MPd.,M.Kep

NIDN 1116108503

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena


berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN 4 PILAR PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK.
Peneliti menyadari bahwa dalam rangkaian penelitian ini tidak akan berjalan
sesuai rencana apabila tidak didukung oleh semua pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa peneliti ingin menyampaikan penghormatan serta
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Ns. Haryanto MSN.,Ph.D selaku Ketua STIK Muhammadiyah
Pontianak
2. Bapak Ns. Gusti Jhoni Putra, MPd,.M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIK Muhammadiyah Pontianak
3. Ibu Ns. Tutur Kardiatun, M.Kep selaku pembimbing I yang dalam
kesibukannya telah memberikan banyak masukan dan bimbingan kepada
peneliti dalam menyusun skripsi ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan
dengan baik.
4. Ibu Ns. Uji Kawuryan, M.Kep selaku pembimbing II yang dalam
kesibukannya telah memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada
peneliti.
5. Dosen dan seluruh staf akademik STIK Muhammadiyah Pontianak yang telah
banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal lain yang
membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
6. Kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Rusli Alot, dan Ibu Apin yang
telah banyak membantu baik dukungan secara material maupun moril, serta

iii
seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan kepada peneliti
dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
7. Kepada semua sahabat, serta seluruh teman-teman Prodi Non Reguler
Angkatan 2019 STIK Muhammadiyah Pontianak yang namanya tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan
bantuan dalam proses menyelesaikan proposal penelitian ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,
dukungan, semangat, perhatian, dorongan, doa, kerjasama, dan masukan yang
telah diberikan kepada peneliti.
Demikianlah proposal penelitian ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan sebagai dasar penelitian di waktu yang akan datang.
wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pontianak, April 2021

Juliat

NIM : SNR19214076

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERSETUJUAN....................................................................................................ii
PENGESAHAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1. Tujuan Umum.......................................................................................5
2. Tujuan Khusus......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1. Penderita DM Tipe 2.............................................................................5
2. Institusi Pendidikan Keperawatan.........................................................5
3. Tempat Penelitian..................................................................................6
4. Perawat..................................................................................................6
5. Peneliti Lain..........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
A. Tinjauan Teori............................................................................................7
1. Coaching...............................................................................................7
2. Diabetes Melitus Tipe 2......................................................................13
3. Kepatuhan Penderita...........................................................................19
B. Keaslian Penelitian..................................................................................26
C. Kerangka Teoritis....................................................................................28
D. Hipotesis..................................................................................................29
BAB III..................................................................................................................30
KERANGKA KONSEP.......................................................................................30
A. Kerangka Konsep.....................................................................................30
B. Desain Penelitian.....................................................................................31

v
C. Populasi dan Sample Penelitian...............................................................31
D. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................33
E. Definisi Operasional................................................................................33
F. Instrumen/ Alat Pengumpulan Data.........................................................35
G. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................37
H. Uji Validitas dan Reabilitas.....................................................................38
I. Rencana Analisa Data..............................................................................39
J. Etika Penelitian........................................................................................41
K. Jadwal Penelitian.....................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
ditandai dengan manifestasi tingginya kadar gula darah dan biasanya
masyarakat awam menyebutnya dengan nama penyakit kencing manis. Jenis
penyakit DM salah satunya DM tipe 2, yang penyebabnya adalah karena
adanya gangguan hormon insulin yang tidak bekerja dengan maksimal atau
bisa juga disebabkan karena retensi insulin atau dari kedua-duanya
(Musripah & Mulyono, 2020).
Penyakit DM ini merupakan penyebab kematian terbesar nomor tiga di
Indonesia setelah Stroke (21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9%)
dengan presentase sebesar 6,7% (Kementerian Kesehatan, 2014). Prevalensi
Diabetes Melitus menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2018,
menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus tertinggi terdapat di
Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 2,6% dan prevalensi terendah terdapat di
Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 0,9%. Prevalensi Diabetes
Melitus di Kalimantan Barat yaitu sebesar 1,6%, sedangkan di Kota
Pontianak menduduki posisi kedua tertinggi untuk angka diabetes mellitus
sebesar 2,01% dengan jumlah 3.611 kasus. (Rikesdas, 2018).
Gejala DM terbagi menjadi dua, yang pertama yaitu gejala akut dengan
keluhan yang dirasakan pasien biasanya terdiri dari poliphagia (banyak
makan), polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak kencing atau sering
kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun
dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala yang
kedua yaitu gejala kronik dengan keluhan yaitu kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyang dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg. (Fatimah, 2015).

1
2

DM jika tidak ditangani dengan baik dan benar akan mengakibatkan


timbulnya komplikasi jangka lama dan panjang salah satu komplikasi yang
biasanya terjadi yaitu penyakit kardiovaskular, kegagalan kronis ginjal,
kerusakan retina, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi
dan ganggren dengan risiko amputasi (Hasdianah, 2012). Komplikasi-
komplikasi ini biasanya disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah,
kerusakan saraf, dan ketidak sanggupan tubuh melawan infeksi (Fauzi, 2014).
Komplikasi jangka panjang diabetes akan mengakibatkan beban sosial dan
ekonomi keluarga. Penanganan yang tepat bagi penderita non komplikasi
sangat diperlukan, salah satunya dengan menerapkan kepatuhan pada trias
diabetik.
Kepatuhan penderita DM terhadap pengelolaan penyakitnya menjadi
salah satu indikator keberhasilan suatu pengobatan. Kepatuhan pengobatan
pada penderita DM tipe 2 juga harus diikuti dengan perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya. Kesadaran dari
penderita DM tipe 2 itu sendiri yang mampu menghasilkan kepatuhan yang
optimal dalam mengelola penyakit yang diderita sehingga dapat mencegah
kegagalan terapi. Dampak kegagalan terapi tersebut dapat menimbulkan
komplikasi yang sangat fatal (Kim, et al, 2012). Keberhasilan
penatalaksanaan DM tipe 2 perlu ditingkatkan dengan melaksanakan promosi
kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan dan sistem pendukungnya dari
penderita DM tipe 2. Kesehatan yang optimal merupakan penunjang
kehidupan penderita DM tipe 2 menjadi produktif.
Salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan adalah dengan
memberikan coaching support melalui pelatihan melekat (coaching) melalui
tuntunan beberapa langkah bagi sasaran individu untuk mengadopsi dengan
mempraktekkan suatu tehnik yang diberikan. Cara ini dapat meningkatkan
pemahaman individu tentang materi yang telah dipelajari sehingga dapat
meningkatkan aktivitas perawatan diri. Pada pasien yang dapat melakukan
dengan benar dapat meningkatkan rasa percaya diri dan konsep diri yng
positif dan juga terhindar dari rasa kecemasan (ansietas). Pasien yang
3

memiliki pengetahuan yang baik akan dapat melakukan perawatan diri


sehingga terhindar dari komplikasi. Salah satu metode dari beberapa metode
penyampaan informasi adalah dengan coaching support. (Susi, 2016).
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan merupakan faktor yang
mempunyai peran penting dalam mengubah perilaku pasien sehingga terjadi
kondisi keseimbangan dan kemandirian. Salah satu model yang dapat
digunakan oleh seorang perawat untuk mengubah perilaku penderita adalah
dengan coaching support yang merupakan metode untuk membantu individu
mengelola penyakit yang diderita terutama yang bersifat kronis (Navicharern,
2012).
Pasien yang memiliki pengetahuan yang baik akan dapat melakukan
perawatan diri sehingga terhindar dari komplikasi. Salah satu metode dari
beberapa metode penyampaan informasi yang efektif adalah dengan coaching
support. Coaching support merupakan penyedia layanan kesehatan yang
dapat membantu penderita DM tipe 2 untuk mengidentifikasi isu-isu,
kepercayaan, dan kepedulian yang dapat menghalangi atau dukungan
mengubah gaya hidupnya atau tanggung jawab atas kesehatannya (Liddy, et
al., 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih (2016) hubungan antara
pendampingan keluarga (coaching support) dalam diet dengan kepatuhan diet
klien DM dengan derajat korelasi sedang, pada kelompok klien dengan DM
yang memiliki hubungan sosial yang erat dengan keluarganya. Hasil
penelitian yang dilakukan Bistara (2015), menunjukkan bahwa seluruh
responden dengan DM tipe 2 mengalami peningkatan kepatuhan setelah
diberikan coaching support selama 2 minggu (kelompok perlakuan). Hasil
paired t-Test menunjukkan bahwa baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok perlakuan sama-sama mengalami perubahan dengan nilai p=0,00.
Peningkatan kepatuhan pada kelompok perlakuan sebesar 13,33 sedangkan
pada kelompok kontrol hanya sebesar 5,58 artinya coaching support
berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan penatalaksanaan DM tipe 2.
4

Kedekatan dengan keluarga dapat menjadi bentuk dukungan sosial


(social support) yang sangat bermanfaat bagi klien dengan DM untuk
menjalani hidup sehat dengan diabetes. Keberadaan orang terdekat dapat
membantu Klien dengan DM beradaptasi terhadap perubahan. Penurunan
fungsi tubuh semakin meningkat, sehingga kepatuhan klien dengan DM juga
akan semakin tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan (Musripah & Mulyono,
2020), menunjukan bahwa setelah dilakukan Family Support Group ada
peningkatan kepatuhan diet dari responden yaitu 59,38% yang artinya
terdapat peningkatan kepatuhan yang bermakna.
Coaching support yaitu berupa edukasi pada penderita DM dengan
menunjukkan intervensi langsung dan menawarkan intervensi secara tidak
langsung dengan melibatkan peran serta keluarga. Tujuan dari coaching
support berfokus pada peningkatan kepatuhan penderita DM tipe 2 dengan
melibatkan peran serta keluarga. Pemberian coaching support diawali dengan
kontrak dengan keluarga untuk menetapkan kesepakatan untuk berkomitmen
mengubah sudut pandang yang positif mengenai pengelolaan penyakit DM
yang diderita melalui peningkatan kepatuhan empat pilar penatalaksanaan
DM. Pemberian coaching support ini salah satunya adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan secara bertahap dan berkelanjutan dengan
memperhatikan masalah-masalah yang dialami oleh penderita DM tipe 2
sehingga tercapai kesadaran akan penyakitnya dan hasil akhirnya adalah
perbaikan perilaku penderita (Wolever et al, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mencoba membuktikan
aplikasi metode coaching support sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kepatuhan penderita DM tipe 2 yang memunculkan perbaikan
perilaku penderita dalam mengelola empat pilar DM dengan pendekatan
Health Promotion Model. Coaching support sangat penting pada pasien DM
agar terhindar dari komplikasi yang akan membuat kondisi penderita
bertambah buruk, untuk itu peneliti tertarik meneliti dengan judul “Coaching
Support terhadap tingkat kepatuhan 4 pilar penatalaksanaan pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Klinik Kitamura Pontianak”.
5

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh
Coaching Support terhadap tingkat kepatuhan 4 pilar penatalaksanaan pasien
diabetes melitus tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
coaching support terhadap tingkat kepatuhan 4 pilar penatalaksanaan
pasien diabetes melitus tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengetahui karakteristik(usia, jenis kelamin,pendidikan, lama
menderita DM tipe 2) pasien diabetes mellitus tipe 2 di Klinik Kitamura
Pontianak.
b. Mengetahui tingkat kepatuhan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
Klinik Kitamura Pontianak sebelum dan setelah diberikan coaching
support.
c. Menganalisis pengaruh coaching support terhadap tingkat kepatuhan
pasien diabetes melitus tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
1. Penderita DM Tipe 2
Hasil penelitian ini dapat digunakan penderita DM tipe 2 sebagai sumber
pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kepatuhan.
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil peneilitan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
menambah referensi perpustakaan STIK Muhammadiyah Pontianak
tentang Coaching Support terhadap tingkat kepatuahan pasien diabetes
melitus tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak, sehingga dapat memotivasi
pendidik keperawatan untuk menciptakan lulusan perawat yang siap
menghadapi dunia kerja, siap menghadapi tuntutan tugas dan peran
sebagai perawat profesional.
6

3. Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi profesi
kesehatan, khususnya perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan
pada penderita DM tipe 2 khsusunya di Klinik Kitamura Pontianak.
4. Perawat
Hasil penelitian sebagai acuan atau bahan kajian dalam merumuskan
perencanaan asuhan keperawatan sehingga dapat dilakukan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan prioritas masalah dan kebutuhan.
5. Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi oleh
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan karakteristik
yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Coaching
a. Definisi Coaching Support
Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan dalam konteks
pembinaan untuk meningkatkan kesejahteraan penderita DM, dan untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan kesehatan. Pendidikan kesehatan
dilakukan secara kontinu sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
penderita sehingga penderita DM menjadi mandiri. Pembinaan
kesehatan ini dapat dilakukan oleh profesional kesehatan seperti dokter,
dan perawat. (Becker et al, 2013).
Coaching support dikenal sebagai cara baru untuk membantu
penderita DM tipe 2 mengelola penyakit dan kondisi mereka, terutama
yang bersifat kronis. Coaching support yaitu berupa edukasi pada
penderita DM dengan menunjukkan intervensi langsung dan
menawarkan intervensi secara tidak langsung dengan melibatkan peran
serta keluarga.(Thom et al, 2013).
Tujuan dari coaching support berfokus pada peningkatan
kepatuhan penderita DM tipe 2 dengan melibatkan peran serta keluarga.
Pemberian coaching support diawali dengan kontrak dengan keluarga
untuk menetapkan kesepakatan untuk berkomitmen mengubah sudut
pandang yang positif mengenai pengelolaan penyakit DM yang diderita
melalui peningkatan kepatuhan empat pilar penatalaksanaan DM.
( (Vugt et al, 2013).
Health coaching support merupakan penyedia layanan kesehatan
yang dapat membantu penderita DM tipe 2 untuk mengidentifikasi isu-
isu, kepercayaan dan kepedulian yang dapat menghalangi atau
dukungan mengubah gaya hidupnya atau tanggung jawab atas
kesehatan yang terletak di depan bagi penderita itu sendiri.( (Adams et
al, 2013).

7
8

b. Pendekatan Coaching Support

Pendekatan tradisional untuk mengajar penderita DM tipe 2 dan


pendidikan adalah salah satu yang mengarahkan informasi kepada
penderita. Tujuannya adalah memotivasi penderita DM tipe 2
melakukan hal-hal yang ditentukan untuk mereka lakukan. Profesional
kesehatan memiliki pengetahuan tentang proses penyakit, panduan
latihan, diet khusus, dan obat yang harus disampaikan kepada penderita
DM tipe 2 dan perawat dalam berbagai bentuk: booklet, pamflet, audio
CD, dan sejenisnya. Bahan-bahan ini disediakan dengan harapan bahwa
penderita DM tipe 2 akan melakukan hal-hal yang disarankan. (Stacey
et al, 2013).

Pendekatan coaching support lebih menekankan pada panduan


penderita DM tipe 2 untuk berbicara tentang apa yang paling
mengganggu tentang kondisi yang mereka alami, apa yang paling ingin
mereka ubah, dukungan yang mereka dapat untuk terjadi perubahan,
hambatan atau kesulitan yang harus diminimalkan untuk memajukan
perilaku sehat (Liddy et al, 2014). Peran utama dari pelatih kesehatan
(health coach) bukan untuk mengajar, memberi saran atau nasihat
penderita tetapi pembinaan kesehatan berfokus pada isu-isu khusus dan
masalah yang unik untuk setiap penderita DM tipe 2 sesuai dengan
konteks kehidupan penderita (Vugt et al, 2013).

c. Perawat sebagai coach

Perawat sebagai coach melakukan hal-hal berikut ini (Palmer et al,


dalam Bistara, D. N. 2015) :

1) Menerapkan perspektif kesehatan holistik dan integratif dalam


kemitraan berkelanjutan yang dirancang untuk membantu orang
membuat perubahan yang sehat yang berdampak pada mereka
secara pribadi dan kolektif.
9

2) Melihat orang-orang secara keseluruhan dan mendukung mereka


saat mengakses kemampuan alami mereka untuk menyembuhkan.
3) Menilai seluruh pribadi dan mengerti bagaimana kesehatan dan
kesejahteraan yang diciptakan melalui pikiran dan perilaku sehari-
hari.
4) Mengetahui bagaimana menggunakan pelatihan berbasis psikologis
untuk membimbing dan mendukung orang lain dalam perjalananan
penyembuhan mereka.
5) Memberikan pelatihan kesehatan untuk membantu pengelolaan
penyakit dan mengurangi faktor resiko yang dapat dimodifikasi
serta mematuhi perawatan diri yang efektif.
d. Intervensi dalam Coaching Support
Intervensi keperawatan dalam melaksanakan coaching support pada
penderita DM tipe 2 meliputi (Stacey et al, 2013) :
1) Pengkajian
Menemukan permasalahan yang dialami penderita DM tipe 2
mengenai diagnosis, pengobatan dan pola hidup selama
menghadapi suatu penyakit
2) Tujuan
Definisi tujuan dalam coaching support berfokus pada
permasalahan perubahan fisik berupa ketidakstabilan kadar gula
dalam darah, dan perubahan psikologis yang dialami penderita DM
tipe 2 berupa ketidakpatuhan dalam penatalaksanaan DM.
3) Analisa
Menganalisa situasi yang terjadi saat ini guna pencapaian tujuan
coaching. Analisa yang dilakukan yaitu pengalaman penderita DM
tipe 2 dalam mengobati penyakitnya.
4) Explore
Menetapkan berbagai pilihan untuk mencapai tujuan dalam
coaching support. Berbagai alternatif pilihan dalam mengobati
penyakit DM tipe 2 yang diderita, yaitu meningkatkan kepatuhan
10

penderita DM tipe 2 dalam empat pilar penatalaksaan DM. Adapun


yang termasuk dalam empat pilar penatalaksanaan DM diantaranya
meliputi penyuluhan, pengaturan diet, latihan fisik, dan kontrol
rutin.
5) Action plan
Mencapai perubahan dengan mengidentifikasi dan menentukan
komitmen dalam melaksanakan tindakan. Tahapan ini tercapai saat
penderita DM tipe 2 memahami manfaat dari kepatuhan
pengelolaan penyakit DM tipe 2.
6) Learning/Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada penderita DM tipe 2 untuk
pengelolaan penyakit DM yang diderita melalui pendidikan
kesehatan selama 2 minggu. Pendidikan kesehatan yang diberikan
terbagi dalam empat pertemuan, yang meliputi: pemberian materi
dan leaflet tentang empat pilar penatalksanaan DM. Pertemuan
kedua evaluasi pemahaman materi pertama dan dilanjutkan
demonstrasi pengaturan diet dan latihan jasmani. Pertemuan ketiga
evaluasi pertemuan kedua dan dilanjutkan demonstrasi pengelolaan
obat, Pertemuan keempat evaluasi materi pertama sampai materi
terakhir.
7) Feed back
Pelatih dan yang dilatih yaitu penderita DM tipe 2 mengadakan
diskusi mengenai hal-hal yang telah dipelajari selama empat kali
pertemuan dan berbagai kesulitan yang dialami untuk merubah
perilaku guna meningkatkan kepatuhan penderita DM tipe 2 dalam
empat pilar penatalaksanaan DM.
e. Teknik-teknik dalam Coaching Support

Teknik yang dapat digunakan oleh perawat dalam memberikan


dukungan pembinaan (coaching support) kepada penderita DM tipe 2
ada beberapa teknik yang meliputi (Vugt et al, 2013):
11

1) Kontrak dengan keluarga. Pertemuan dengan penderita DM tipe 2


diawali terlebih dahulu kontrak dengan keluarga untuk menetapkan
kesepakatan, guna mencapai tujuan pelaksanaan coaching support.
2) Pelacakan keluarga. Dilakukan pada tahap pengkajian dan analisa
permasalahan yang dialami penderita DM tipe 2 dan anggota
keluarga yang lain yang berkaitan dengan penyakit DM.
3) Peningkatan kognitif. Tahap ini mengeksplor pemahaman penderita
DM tipe 2 tentang empat pilar penatalaksanaan DM guna
meningkatkan kepatuhan penderita DM dalam mengelola
penyakitnya.
4) Kesadaran. Tahap ini mencapai perubahan dengan mengidentifikasi
dan menentukan komitmen dalam melaksanakan tindakan
5) Reframing. Tahap ini penderita DM tipe 2 diharapkan sudah
memiliki perubahan sudut pandang yang positif mengenai
pengelolaan penyakit DM yang diderita melalui peningkatan
kepatuhan empat pilar penatalaksanaan DM.
6) Menyelaraskan atau mempertahankan hubungan netral kepada
anggota keluarga, kemudian menjelajahi dan mempengaruhi, serta
restruktursasi melalui intervensi secara langsung berupa pendidikan
kesehatan.
f. Metode Coaching Support pada Penderita DM Tipe 2

Coaching dilaksanakan dengan model individu atau grup dan


penekanannya menggunakan pendekatan coaching:

1) Peer coaching sebagai salah satu cara untuk mengembangkan


kesempatan profesional dalam sistem pendidikan. Peer coaching
didefinisikan sebagai pengulangan atau suatu cara colegial process
dengan dua grup bekerja sama untuk meningkatkan kemandirian.
Enam cara yang direkomendasikan dalam peer coaching (Thom et
al, 2013):
12

a) Penentuan tujuan: sangat penting menentukan tujuan bersama


antara grup yang dilatih dengan pelatih.
b) Sukarelawan: partisipan diambil secara sukarela.
c) Kepercayaan: segala sesuatu yang dilaksanakan dalam
pembinaan bersifat rahasia.
d) Pengkajian: pengalaman pengkajian akan sangat menentukan
keefektifan proses pembinaan.
e) Evaluasi formatif: sebaiknya menggunakan evaluasi formatif
segera setelah pembinaan.
f) Dukungan institusi: perlunya dukungan dari institusi untuk
terlaksananya coaching.
Peer coaching memiliki keuntungan dan kerugian dalam
pelaksanaannya. Keuntungannya adalah sebagai berikut:
mendorong peserta yang malu-malu, menciptakan suasana yang
menyenangkan, memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan,
menghemat waktu, memupuk kepemimpinan, memungkinkan
pengumpulan pendapat sebanyak mungkin dari peserta, dapat
dipakai bersama metode lain, dan memberi variasi pada proses
belajar. (Amstrong et al, 2013).
Kerugian metode ini adalah sebagai berikut: terbentuk
kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa,
mungkin terdapat pemimpin yang lemah, perlu belajar sebelumnya
bila ingin mencapai hasil yang baik, dan memerlukan banyak
waktu untuk persiapan.( Wolever et al, 2013)
2) Individu coaching

Individual coaching atau disebut juga dengan personal


coaching merupakan proses menyusun interaksi antara pasien
dengan pelatih (coach) yang didasarkan pada perhatian, penentuan
tujuan dan pencapaiannya. Individual coaching akan membantu
13

pasien dalam pemecahan masalah yang pada akhirnya mencapai


kemandirian. (Houston & Weaver, dalam Bistara, D. N. 2015).

Individual coaching memiliki keuntungan dan juga kerugian


dalam pelaksanaannya. Adapun yang menjadi keuntungan dari
metode ini adalah sebagai berikut: membangkitkan pendapat baru,
peserta memahami suatu masalah, pengaruh emosi dapat membantu
dalam penyajian masalah, mampu memecahkan masalah-masalah
pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksplorasi diri
peserta, dan dapat memimpin diri sendiri dalam perubahan sikap
dan perilaku yang diharapkan. (Amstrong et al, 2013).

Kerugian metode ini adalah peserta mudah lepas kontrol, harus


dilanjutkan dengan evaluasi jika diharapkan efektif, mungkin sulit
membantu peserta mengerti bahwa segala pendapat dapat diterima,
dan peserta cenderung mengadakan evaluasi segera setelah
diajukan satu pendapat.(Maulana dalam Bistara, D. N. 2015).
2. Diabetes Melitus Tipe 2

a. Definisi

Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang


ditandai dengan manifestasi tingginya kadar gula darah dan biasanya
masyarakat awam menyebutnya dengan nama penyakit kencing manis,
Penyebab dari diabetes mellitus tipe 2 adalah karena adanya gangguan
hormon insulin yang tidak bekerja dengan maksimal atau bisa juga
disebabkan karena retensi insulin atau dari kedua-duanya (Musripah, &
Mulyono, 2020).

b. Patofisiologi
Pada diabetes melitus tipe 2, yang ditandai adanya gangguan
sekresi insulin ataupun gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada
organ target terutama hati dan otot. Awalnya resistensi insulin masih
belum menyebabkan diabetes secara klinis karena sel β pankreas masih
14

mengkompensasi keadaan ini dan terjadi hiperinsulinemia sehingga


glukosa dalam darah masih dalam batas normal atau mengalami
peningkatan sedikit. Setelah lama-kelamaan, maka terjadi
ketidaksanggupan sel β pankreas sehingga terjadi diabetes secara klinis
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Otot
sebagai pengguna glukosa terbesar tidak bisa mengambil glukosa dalam
darah akibat resistensi insulin. Hiperglikemia awalnya terjadi pada fase
setelah makan saat otot gagal dalam melakukan ambilan glukosa. Pada
fase berikutnya dimana produksi insulin 15 semakin turun, produksi
glukosa hati berlebihan menyebabkan glukosa darah meningkat saat
puasa. Hiperglikemia memperberat gangguan sekresi insulin yang
sudah ada dan disebut dengan fenomena glukotoksisitas. (Pratama et al,
2013).
c. Etiologi

DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan


baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi
fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang.
Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM type II ini dengan obesitas
atau kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
(Pratama et al, 2013).

Beberapa faktor risiko DM tipe 2 adalah sebagai berikut Smeltzer


& Bare, dalam Pratama et al, 2013) :

1) Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik.
2) Usia
15

Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi


yang secara drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun
ke atas dan pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga
tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
3) Gaya hidup
Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang
manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak.
Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk
meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagi mereka
yang beresiko mengidap penyakit DM tipe II.

4) Pola makan yang salah


Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang
dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin).
Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak,
tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,
sehingga 9 cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh
sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka
yang tergolong gemuk.
d. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik


defisiensi insulin. Beberapa gejala yang dikeluhkan penderita DM
(Delianty, 2015) antara lain :

a. Poliuria
Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah
makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini
16

akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan


pengeluaran urin.
b. Polidipsia
Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan
klien merasa haus dan banyak minum (polidipsia).
c. Polifagia
Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai akibat
kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
e. Komplikasi DM Tipe2

Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan


komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut
disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa
plasma. Komplikasi akut yang sering terjadi pada DM tipe 2 adalah
hiperglikemia hiperosmolar koma non-ketotik (HHNK), dan
hipoglikemia. Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan
pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh darah sedang dan
besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM
yang menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik),
glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf perifer (neuropati
diabetik), dan otot serta kulit. (Price & Wilso dalam Delianty, 2015).

f. Penatalaksanaan DM Tipe 2
Tujuan pengelolaan DM yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
darah sebagai tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah
mencegah komplikasi, mikroangiopati dan makroangiopati dengan
tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas. Prinsip pengelolaan DM,
meliputi:

1) Penyuluhan
Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi
tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat
sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah
17

komplikasi lebih lanjut. Penyuluhan meliputi penyuluhan untuk


pencegahan primer yang ditujukan untuk kelompok risiko tinggi.
Penyuluhan untuk pencegahan sekunder, ditujukan pada diabetisi
terutama pasien yang baru. Materi yang diberikan meliputi:
pengertian, gejala, penatalaksanaan, mengenal dan mencegah
komplikasi akut dan kronik, perawatan pemeliharaan kaki, dan
lainlain. Penyuluhan untuk pencegahan tersier, ditujukan pada
diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan meliputi: cara perawatan
dan pencegahan komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dan lain-lain
(ADA, 2014).
2) Diet DM
Tujuan diet pada DM adalah mempertahankan atau mencapai
berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan
kualitas hidup. Prinsip diet DM hendaknya diikuti pedoman “3J”,
yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makanyang harus
diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan.
a) Jumlah Kalori
Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan klasifikasi gizi
penderita dengan menghitung presentasi Relative Body Weight
(RBW) atau Berat Badan Relatif (BBR) dengan rumus:
BBR = BB x 100% TB-100
Keterangan: BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (cm)

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan


Relatif (BBR).

No Klasifikasi Status Gizi BBR

1 Undernutrion <80%
2 Kurus (underweight) BBR <90%
3 Normal (ideal) 4-100
4 Gemuk(overweight) >110%
5 Obesitas, bila BBR > Obesitas Ringan BBR 120-130%
18

120 Obesitas Sedang BBR 130-140%


Obesitas Berat >140%
Obesitas Morbid > 200%
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara
lain: jenis kelamin, kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB
dan wanita sebesar 25 kal/kg BB. Faktor berikutnya umur,
diabetisi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia
40-59 tahun dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%,
dan lebih 70 tahun dikurang 20%. Aktifitas fisik, kebutuhan
kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Aktivitas ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang
ditambahkan30%, dan aktivitas berat dapat ditambahkan 50%.
Berat badan, bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung
tingkat kegemukan. Badan kurus ditambah 20-30% sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Penderita kondisi
khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat
ditambahkan 10-20%.
b) Jadwal makan
Pada dasarnya diet diabetes diberikan dengan cara tiga kali
makanan utama dan tiga kali makanan antara atau kudapan
(snack) dengan jarak atau interval tiga jam. Contoh: pukul
06.30 makan pagi, pukul 09.30 makan kecil atau buah, pukul
12.30 makan siang, pukul 15.30 makan kecil atau buah, pukul
18.30 makan malam, pukul 21.30 makan kecil atau buah.
(Tjokroprawiro 2011 ).
c) Jenis makanan
Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi seimbang yaitu yang mengandung
karbohidrat (45-60%), protein (10-15%), lemak (20-25%),
garam (≤ 3000 mg atau 6-7 gr perhari), dan serat (± 25 g/hr).
Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B,
19

misalnya papaya, kedondong, pisang, apel, salak, tomat, dan


semangka yang kurang manis. Buah-buahan yang tidak
dianjurkan golongan A, misalnya nangka, sawo, mangga,
jeruk, rambutan, anggur, dan durian. Buah golongan A ini
boleh dimakan asalkan dalam jumlah sedikit, jarang-jarang
saja dan dimakan sesudah sayur golongan B (taoge, terong).
Sayur golongan A (wortel, nangka muda) mengandung 6%
karbohidrat dan pengunaannya harus diperhitungkan kalorinya.
Sayur golongan B hanya mengandung 3% karbohidrat
sehingga dapat digunakan agak bebas. Tujuan olah raga adalah
untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan,
memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen
baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
3) Latihan fisik (olahraga)
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga
kadar gula darah tetap normal. Olah raga akan memperbanyak
jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh
dan juga meningkatkan penggunaan glukosa. Dianjurkan olah raga
teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam (Jilao, M. 2017)
4) Pengobatan
Jika diabetisi telah menerapkan pengaturan makanan dan
kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula
darah belum tercapai maka dipertimbangkan pemberian obat. Obat
meliputi: obat antidiabetic oral (OAD) atau obat hipoglikemi oral
(OHO) dan jenis-jenis obat antidiabetik oral, yaitu: insulin
secretagogeus (pemicu sekresi insulin), sulfonilurea yang
mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien yang
memiliki berat badan normal dan kurang. Namun, masih boleh
diberikan kepada pasien dengan barat badan lebih. Contoh lain
yaitu Glinid. Obat glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama
20

dengan sulfonylurea dengan penekanan pada meningkatkan sekresi


insulin fase pertama.
3. Kepatuhan Penderita

a. Definisi

Kepatuhan secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku


seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi
pelayanan kesehatan. Salah satu wujud kepatuhan pasien adalah dengan
cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli gizi. Ahli gizi
rumah sakit memberikan rekomendasi atau saran terkait dengan diet
yangdianjurkan sesuai dengan penyakit yang diderita pasien
tersebut.Instalasi gizi rumah sakit bertanggung jawab menyediakan
makanan yang dapat mendukung proses penyembuhan pasien selama
dirawat inap. (lmah & Rochmah, 2015).

Kepatuhan adalah kerelaan individu untuk melakukan sesuatu yang


diharapkan atau diminta oleh pemegang otoritas atau kekuasaan yang
ditandai dengan tunduk dengan kerelaan, mengalah, membuat suatu
keinginan konformitas dengan harapan atau kemauan orang lain
sehingga dapat menyesuaikan diri. Dalam aspek kesehatan
dimaksudkan individu rela melakukan pengobatan dengan dukungan
dari keluarga atau kerabat yang ditentukan oleh otoritas atau kebijakan
petugas kesehatan seperti dokter, ahli gizi maupun ahli medis serta
kerelaan dari individu tersebut dalam menjalani pengobatan yang
dilakukan. Kesadaran diri, pemahaman, kepribadian menjadi komponen
terpenting dalam pembentukan kepatuhan terhadap sistem pengobatan
tertentu. (Saifunurmazah, 2013).

Kepatuhan penderita DM tipe 2 terkait dengan terapi obat


merupakan kesesuaian antara riwayat dosis yang sebenarnya dengan
regimen terapi obat yang diresepkan. Berdasarkan beberapa definisi
21

tersebut maka kepatuhan penderita DM tipe 2 didefinisikan sebagai


kecenderungan perilaku penderita DM tipe 2 untuk melaksanakan
perintah yang disarankan oleh orang yang berwenang yaitu dokter,
perawat, dan petugas kesehatan yang lainnya. Kenyataan yang terjadi
disekitar kita bahwa banyaknya masalah kesehatan yang timbul akibat
rendahnya kepatuhan penderita DM tipe 2 yang menyangkut konsumsi
obat-obatan maupun kegiatan yang dianjurkan (Reach et al, 2011).

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Yulia, (2016) mengemukakan bahwa faktor demografi yang
mempengaruhi kepatuhan antara lain: usia, jenis kelamin, suku bangsa,
statu ekonomi dan pendidikan, menguraikan bahwa usia, jenis kelamin,
gangguan kognitif, dan psikopatologi merupakan faktor yang
mempengaruhi kepatuhan :

1) Faktor predisposisi (faktor pendorong)


Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain:
a) Usia
Pada kasus DM, usia berpengaruh terhadap kepatuhan
terapi non famakologis. Literatur menunjukkan bahwa usia
mempunyai hubungan terhadap kepatuhan pada penderita DM.
Penelitian membuktikan bahwa usia dewasa lebih patuh
dibandingkan lansia. Usia dewasa merupakan usia yang secara
fisik sangat sehat, kuat dan cekatan untuk dapat memahami
dan menjalankan berbagai aturan dibandingkan orang yang
sudah usia lanjut. Semakin tua umur seseorang maka proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini
tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Seorang
pasien penderita DM yang telah mempunyai usia >35 tahun
22

cenderung tidak mudah untuk menerima perkembangan atau


informasi baru yang menunjang derajat kesehatannya karena
proses berpikir yang dimiliki responden mengalami penurunan
dalam mengingat dan menerima suatu hal yang baru.
b) Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin tidak berhubungan dengan kepatuhan
diet penderita DM. Laki–laki lebih patuh dalam menjalankan
diet karena berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai
pencari nafkah sehingga dirinya menyadari harus patuh dalam
diet, beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa jenis
kelamin tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap
kepatuhan diet penderita.

c) Pengetahuan
Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang
tidak teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir
bahwa dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu
melakukan kontrol terhadap kesehatannya.
d) Lama menderita dan keparahan penyakit
waktu pasien harus memenuhi nasihat yang diberikan
selama sakit akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien
pengobatan yang dijalani. Variabel penyakit seperti tingkat
kaparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan. Di
Taiwan menunjukkan bahwa pasien dengan komplikasi kronis
lebih rendah tingkat kepatuhannya dibandingkan dengan
pasien komplikasi akut, karena pasien diabetes dengan
komplikasi akut akan selalu berupaya untuk mencegah
komplikasi yang lebih buruk melalui diet yang dilakukan.
23

e) Pendidikan
Sesorang dengan pendidikan tinggi akan mempunyai
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang dengan pendidikan
tinggi akan lebih mudah memehami dam mematuhi perilaku
dibandingkan dengan orang dengan tingkat pendidikan rendah.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdisi
sendiri. Semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki
maka akan semakin rendah pula kemampuan yang akan
dimiliki seseorang dalam menyikapi suatu permasalahan.
Seorang pasien diabetes mellitus yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang kurang cenderung tidak dapat
menerima perkembangan baru mengenai kesehatannya.

f) Pendapatan
Ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan dalam
menjalankan diet pada penderita DM. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian bahwa penderita DM tipe 2 dengan
pendapatan yang rendah cenderung memiliki kepatuhan yg
rendah pula, hal tersebut dikarenakan orang yang mempunyai
pendapatan rendah mempunyai peluang untuk membeli
makanan sesuai diet diabetes lebih sedikit dibandingkan
dengan yang pendapatannya tinggi.
g) Persepsi
Menurut konsep model kepercayaan kesehatan (Health
Believe Model), persepsi positif dari sesorang merupakan unsur
penting yang membentuk seseorang untuk mengambil tindakan
yng baik dan sesuai untuk menlakukan tindakan pencegahan
atau penyembuhan penyakit. Menunjukkan adanya hubungan
antara persepsi dengan kepatuhan diet pada penderita DM tipe
24

2. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan


di Semarang, persepsi merupakan salah satu determinan yang
berhubungan dengan kepatuhan menjalankan diet pada
penderita DM tipe 2 pada usia 45 – 70 tahun.
h) Motivasi Diri
Motivasi diri merupakan dorongan, baik dari dalam
maupun dari luar diri sesorang untuk menggerakkan dan
mendorong sikap serta perubahan perilakunya. Faktor motivasi
diri, karena keinginan (motivasi) kuat untuk sembuh dapat
menjadi stimulant bagi penderita DM untuk mengikuti anjuran
tenaga kesehatan dalam proses pengobatan.
2) Faktor reinforcing (faktor pendukung)
Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap
dan perilaku seseorang, antara lain :
a) Dukungan petugas kesehatan
Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar artinya
bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang
paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap
kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering
berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu
menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-
anjuran yang diberikan.
b) Dukungan keluarga
Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling
dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan
dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau
25

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk


penunjang pengelolaan penyakitnya.
3) Faktor enabling (faktor pemungkin)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku
dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, posyandu, tempat
pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan yang bergizi, dan
sebagainya.
c. Cara Meningkatkan kepatuhan

Menurut Smet dalam Putri, (2016). ada berbagai cara untuk


meningkatkan kepatuhan, diantaranya :

1) Instruksi berisi bahasa sederhana dan jelas pada penderita DM.


Usaha yang dapat dilakukan penderita untuk meningkatkan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan yaitu:

a) Meningkatkan kontrol diri


Penderita harus meningkatkan kontrol dirinya untuk
meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan,
karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita
akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani
pengobatan.
b) Meningkatkan efektifitas diri
Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting
dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka
sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan
lebih mudah melakukannya.
c) Mencari informasi tentang pengobatan
Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan
kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari
26

informasi mengenai penyakitnya dan terapi medisnya,


informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber
seperti media cetak, elektronik atau melalui program
pendidikan di rumah sakit.
2) Segi Tenaga Medis
Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar
penderita untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan antara lain:
a. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah
memperbaiki komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada
banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan
dasar komunikasi yang efektif dengan pasien.
b. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien.
Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang
berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia
katakan secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah atau
benar
c. Memberikan dukungan sosial.
Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan
sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan
dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga akan
meningkatkan kepatuhan, bahwa dukungan tersebut bisa
diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan
nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.
d. Pendekatan perilaku.
Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar dapat
mengelola dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku
kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan keluarga pasien
untuk mendiskusikan masalah dalam menjalani kepatuhan.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian
27

No Judul Penelitian, Nama Perbedaan Metode Hasil


dan Tahun
1 Upaya Meningkatkan Lokasi Cross sectional Berdasarkan hasil penelitian
Kepatuhan Diet Pada penelitian, menunjukkan hasil analisis
Pasien Diabetes Mellitus tempat dan uji statistik antara
(Dm) Melalui Coaching waktu pendampingan keluarga
Support (Pendampingan penelitian, (coaching support) dalam
Keluarga) Upaya jumlah dan diet dengan kepatuhan diet
Meningkatkan Kepatuhan sampel klien DM di Desa Patrang
Diet Pada Pasien Diabetes penelitian Kecamatan Patrang
Mellitus (Dm) Melalui Kabupaten Jember
Coaching Support menggunakan uji Spearman
(Pendampingan Keluarga). Test dengan nilai signifikan
Penelitian : (p-value = 0,008) < α = 0,05
Susi Wahyuning Asih, A. dengan r = 0,422, maka
(2016). Upaya dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan kepatuhan H1 diterima yang artinya
diet pada pasien diabetes ada hubungan antara
mellitus (dm) melalui pendampingan keluarga
coaching support (coaching support) dalam
(pendampingan diet dengan kepatuhan diet
keluarga). Adi Husada klien DM di Desa Patrang
Nursing Journal, 2(2), 95- Kecamatan Patrang
98. Kabupaten Jember dengan
derajat korelasi sedang.
2 Pengaruh Coaching Support Lokasi Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian
Terhadap Kepatuhan penelitian, menggunakan quasi menjelaskan bahwa analisis
Penderita Chronic Kidney tempat dan experiment dengan menunjukkan bahwa terjadi
Disease (CKD) waktu desain pretest pos test perbedaan kepatuhan yang
Penelitian : penelitian, with control group signifikan antara kelompok
Susanti, S., & Sulistyana, jumlah dan design. kontrol dan kelompok
C. S. (2020) Pengaruh sampel perlakuan dengan p-value =
Coaching Support Terhadap penelitian 0,000. Intervensi coaching
Kepatuhan Penderita support efektif terhadap
Chronic Kidney Disease kepatuhan penderita CKD.
(CKD). Jurnal Kesehatan Pelaksanaan coaching
Vokasional, 5(4), 217-223. support berlangsung dengan
baik karena responden dan
keluarga proaktif.
3 Coaching Support Terhadap Lokasi Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian
Peningkatan Kepatuhan penelitian, menggunakan quasy menunjukkan bahwa Hasil
Penatalaksanaan Diabetes tempat dan eksperiment dengan analisis menunjukkan
Mellitus Tipe 2 waktu menggunakan bahwa terjadi perbedaan
Peneliti : penelitian, metode pretest kepatuhan yang signifikan
Bistara, D. N. (2015). jumlah dan posttest with control antara kelompok kontrol
Coaching Support Terhadap sampel group design dan kelompok perlakuan
Peningkatan Kepatuhan penelitian dengan p-value = 0,000.
Penatalaksanaan Dabetes Intervensi coaching support
Mellitus Tipe 2. Retrieved adalah variabel yang paling
November, 6, 2016. berpengaruh untuk
kepatuhan penderita DM
tipe 2 dengan sig 0,000.
28
28

F. Kerangka Teoritis

Perawat sebagai Coaching support Peer Coaching / individu :


coach ( (Palmer (Becker et al, (Stacey et al, 2013)
et al, , dalam 2013) a. Penentuan Tujuan
Bistara, D. N. b. Sukarelawan
c. Kepercayaan
d. Pengkajian
e. Evaluasi Normatif
Metode Coaching support : f. Dukungan Instiusi

a. Peer coaching ( Thom et


al, 2013)
b. Individu coaching
(Houston & Weaver,
dalam Bistara, D. N. Pelaksanaan 4 pilar
2015) pasien DM Tipe 2

Skema 2.1 Kerangka Teoritis


29

G. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara coaching support dapat
meningkatkan kepatuhan pada penderita DM tipe 2 di Klinik Kitamura
Pontianak.

Ha : Ada pengaruh coaching support dapat meningkatkan kepatuhan pada


penderita DM tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep/ kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran pada
penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka.
Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan
dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian. Kerangka konsep pada
penelitian ini adalah mendeskripsikan coaching support dapat meningkatkan
kepatuhan 4 pilar penatalaksanaan pada penderita DM tipe 2 di Klinik
Kitamura Pontianak
Berdasarkan kerangka konsep yang digunakan sebagai berikut

Variabel Terikat :
Variabel Bebas :
Coaching Support Tingkat Kepatuhan 4 pilar
penatalaksanaan Pasien DM
Tipe 2
Skema 3. 1
Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel yakni variable independen
dan variabel dependen:
1. Variabel bebas (Independen Variabel)
Variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel terikat.
Variabel ini dapat merupakan faktor resiko, predictor, kausa/penyebab
(Saryono & Anggraeni, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
coaching support.
2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel yang dipengaruhi. Variabel tergantung disebut juga kejadian,
luaran, manfaat, efek atau dampak. Variabel tergantung juga disebut
penyakit/Outcome (Saryono & Anggraeni, 2013). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah tingkat kepatuhan 4 pilar penatalaksanaan pasien
DM tipe 2.

30
31

H. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pada
penelitian ini, jenis yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu
(quasi experimental) yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu
kelompok saja yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok
pembanding atau kelompok kontrol (Arikunto, dalam Susanti, R. 2013).
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test-post test
design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok
saja yang dipilih secara random dan tidak dilakukan tes kestabilan dan
kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Desain penelitian one
group pre test and post test design ini diukur dengan menggunakan pre test
yang dilakukan sebelum diberi perlakuan dan post test yang dilakukan setelah
diberi perlakuan untuk setiap seri pembelajaran.
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat. Untuk
menghilangkan bias dari hasil penelitian, maka pre test dan post test akan
dilakukan pada setiap seri pembelajaran.
One group pre test-post test design ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 3.1 one group pre test-post test design
Pre test Treatment Post Test
T1 X T2

T1 : Tes awal (Pre Test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan X :


Perlakuan (Treatment) diberikan kepada pasien DM tipe 2 dengan
menggunakan pendekatan Demonstrasi Interaktif.
T2 : Tes akhir (Post Test) dilakukan setelah diberikan perlakuan.
I. Populasi dan Sample Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting
dan menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryno dan Anggraeni,
32

2017). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang
menderita DM tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak.

2. Sampel
a. Besar Sample
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik
kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menguntungkan dibandingkan dengan penelitian menggunakan
populasi karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Maturoh & Anggita, 2018).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang menderita
DM tipe 2 di Klinik Kitamura Pontianak. Besar sampel dalam
proposal penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin yaitu sebagai
berikut:
N
n=
1+ Ne 2
Keterangan:
N = Jumlah populasi atau jumlah objek yang diamati
n = Jumlah sampel
e = Tingkat taraf kesalahan/ eror yang digunakan pada penelitian ini
5% (0,05).
90
n= 2 = 73 sampel
1+ 90(0,05 )
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik
sampling dilakukan agar sampel yang diambil dari populasinya
representatif (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup
untuk mengestimasi populasinya.(Maturoh & Anggita, 2018).
Tekhnik sampling dalam penelitian ini menggunakan non probability
sampling dengan teknik sampling purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012).
33

Kriteria sampel dalam proposal penelitian ini sebagai berikut:

Kriteria inklusi :
a. Pasien yang telah dinyatakan positif DM Tipe 2 oleh dokter
b. Tercatat sebagai pasien rawat jalan di Klinik Kitamura Pontianak.
c. Pasien yang tinggal bersama keluarga.
Kriteria eksklusi :
a. Pasien dalam keadaan hamil atau menyusui
b. Pasien yang mengalami kepikunan.
c. Pasien yang tinggal sendiri (tidak hidup bersama keluarga)
J. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dilaksanakan Klinik Kitamura Pontianak, dalam
kurung waktu bulan januari sampai dengan juni 2021

K. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu variabel secara operasional berdasarkan
karakteristk yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau sebuah
fenomena (Hidayat, 2015).
34
34

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Ukur
1 Variabel Memberikan dukungan Leaflet Individu - -
Independen : dengan tujuan Coaching(Jumlah peserta
Coaching Support mengedukasi pasien DM 30 orang individu
tipe 2. coaching)
1 Variabel Tingkat perilaku yang Kuesione Wawancara tidak Jumlah skor
Dependen: dilakukan oleh pasien r langsung meliputi : kumulatif
Kepatuhan pasien DMT2 tentang 4 pilar 1. Edukasi DMT2 : 24 jawaban
DM Tipe 2 penatalaksanaan DMT2. pertanyaan responden :
Baik = 75-100 Ordinal
Buruk = <75

2. Diit : 10 pertanyaan Sesuai = 7-10


Tidak sesuai =
<7

3. Jasmani : 3 Sesuai =2-3


pertanyaan Tidak sesuai =
<2

4. Medikasi : 8 Patuh = 7-8


pertanyaan Tidak patuh =
<7
35

L. Instrumen/ Alat Pengumpulan Data


Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data. Alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah daftar pertanyaan berupa kuesioner. Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 4
bagian, antara lain :
1. Kuesioner data demografi
Kuesioner data demografi berisi data lengkap responden yang dibuat
sendiri oleh peneliti. Kuesioner data demografi terdiri dari nama, usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM tipe 2.
2. Leaflet
Leaflet merupakan alat bantu yang digunakan untuk promosi
kesehatan yang diberikan kepada pasien DM tipe 2, yang mana edukasi
diberikan melalui media leaflet. Media leaflet berisi tentang pengertian,
klasifikasi, faktor risiko, komplikasi, pencegahan, hingga pengelolaan
DM dan 4 pilar utama penatalaksanaan DM tipe 2.
3. Pengaturan Therapi Medis Nutrisi Pasien DMT2
Bagian ketiga kuesioner berisi 10 item pertanyaan tentang kepatuhan
diet penderita DM tipe 2 yang akan diisi oleh penderita. Kuesioner ini
terdiri dari 6 pertanyaan positif (pertanyaan nomer 1,2,4,6,8,10) dan 4
pertanyaan negatif (3,5,7,9). Penilaian kuesioner ini menggunakan skala
Likert.
Skor untuk setiap pertanyaan positif, yaitu :
Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1
Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu :
Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4
Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada kolom
kuesioner tersebut.
36

4. Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale 8- items (MMAS-8).


Kuesioner dikategorikan menjadi 3 yaitu pasien dengan total skor
lebih dari dua dikatakan kepatuhan rendah, jika skor 1 atau 2 dikatakan
kepatuhan sedang dan jika skor 0 dikatakan responden memiliki
kepatuhan yang tinggi.
Responden adalah pasien yang terdiangnosis menderita diabetes
melitus, yang menggunakan obat antidiabetes oral.
5. Kuesioner Latihan Jasmani pasien DMT2
Latihan yang dilakukan pasien DMT2 berupa latihan aerobik
intensitas sedang selama 150 menit dalam satu minggu dengan durasi
setiap latihan selama 30-45 menit, frekuensi latihan 3-5 kali setiap
minggu. Beberapa latihan aerobik sedang antara lain seperti jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang (Perkeni, 2015). Latihan jasmani
pasien diukur dengan wawancara kuesioner aktivitas fisik pada pasien
DMT2 oleh Hariyanto (2013) yang telah dimodifikasi peneliti
berdasarkan latihan jasmani pasien DMT2 dalam konsensus Perkeni
(2015). Kuesioner berisi tiga pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda
“A” atau “C” dengan skor 0 dan “B” dengan skor 1. Interpretasi skoring
tingkat latihan jasmani pasien DMT2 dibagi menjadi dua yaitu “sesuai”
jika total skor 2-3 dan “tidak sesuai” jika total skor <2. Skala data latihan
jasmani merupakan skala ordinal.
6. Penyerapan Edukasi Pasien DMT2 (Kuesioner DKQ-24)
Penyerapan edukasi merupakan informasi mengenai DMT2 yang
diterima pasien setelah diagnosis ditegakkan mencakup pengetahuan
dasar tentang DM, pemantauan gula darah mandiri, obat hipoglikemi
oral, perencanaan makan, cara penggunaan fasilitas perawatan kesehatan,
kegiatan jasmani rutin, dan pengenalan gejala awal serta pananganan
awal hipoglikemi. Penyerapan edukasi pasien DMT2 diukur dengan
wawancara kuesioner DKQ-24 (Diabetes Knowledge Questionairre)
yang sudah terealibilitas dengan nilai cronbach alpha 0,78>0,6. DKQ-24
terdiri dari 24 pertanyaan dengan jawaban “ya”, “tidak”, atau “tidak
37

tahu” dengan jawaban benar mendapat skor 4,16 dan jawaban salah
mendapat skor 0 (Garcia et al., dalam Alvionia, 2019). Interpretasi
skoring tingkat penyerapan edukasi DMT2 dibagi menjadi dua yaitu
“baik” jika total skor 75-100 dan “buruk” jika total skor <75. Skala data
penyerapan edukasi merupakan skala ordinal.
M. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat diartikan sebagai teknik untuk
mendapatkan data yang kemudian dianalisis dalam suatu penelitian. Tujuan
dari pengumpulan data adalah untuk menemukan data yang dibutuhkan dalam
tahapan penelitian (Imas Maturoh & Anggita, 2018).
Teknik pengumpulan data dalam proposal penelitian ini meliputi tahap
persiapan dan pelaksanaan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengajukan judul proposal kepada dosen pembimbing dan
penguji.
b. Melakukan uji etik di bagian Puslitbang STIK Muhammadiyah
Pontianak.
c. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian di Klinik Kitamura
Pontianak
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada kepala klinik kitamura
pontianak yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk
mengumpulkan data pasien DM Tipe 2.
b. Peneliti menemui responden ketempat penelitian sesuai kriteri inklusi
penelitian ini.
c. Memberikan informasi dengan jelas kepada responden terkait
prosedur penelitian ini dan legal etik penelitian ini.
d. Pasien yang bersedia menjadi responden mendatangani lembar
informed consent penelitian.
e. Peneliti memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden untuk
melakukan pre tes.
38

f. Mengumpulkan hasil kuesioner yang sudah diisi oleh responden, dan


menganalisis data serta pembahasan hasil kuesioner tersebut.
g. Peneliti menjelaskan SOP 4 pilar penatalaksanaan DMT2
h. Peneliti memberikan coaching support DMT2 melalui media leaflet
pada responde 4x pertemuan.
i. Peneliti menyerahkan kuesioner kepada responden setelah dilakukan
coaching support selama 4x pertemuan untuk mengetahui tingkat
kepatuhan 4 pilar penatalaksanaan DMT2.
j. Mengumpulkan hasil kuisioner yang sudah diisi oleh responden, dan
menganalisa data serta pembahasan hasil penelitian
N. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Validitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting, yaitu valid dan
reliable (Arikunto, dalam Delianty, A. P. 2015). Untuk mendapatkan data
yang valid dan reliable maka kuesioner harus diuji validitas dan
reliabilitasnya. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih
dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product
Moment dan dicari reliabilitasnya dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji ini dilakukan
dengan menghitung korelasi masing-masing skor item dari tiap variabel
dengan skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product
Moment dan hasilnya nanti dikatakan valid jika tiap pertanyaan
mempunyai nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, dalam
Delianty, A. P. 2015).
Hasil uji validitas menunjukkan ada dua pernyataan yang tidak valid
pada kuesioner dukungan pasangan dan 1 pernyataan yang tidak valid
pada kuesioner kepatuhan diet. Pernyataan tersebut adalah pernyataan
39

nomor 14 dengan nilai korelasi 0,307 dan nomor 17 memiliki nilai korelasi
-0,349 pada kuesioner dukungan pasangan dan pernyataan nomor 10
dengan nilai korelasi 0,277 untuk pernyataan pada kuesioner kepatuhan
diet. Pernyataan yang tidak valid ini kemudian peneliti modifikasi. Setelah
peneliti modifikasi, dilakukanlah uji validitas isi terhadap kuesioner ini
dengan mengajukan kuesioner ini kepada orang yang ahli dalam bidang
ini. Hasil dari validitas isi ini adalah 1 dari 3 pertanyaan yang tidak valid
dalam kuesioner ini dihilangkan, yaitu pertanyaan nomor 17 pada
kuesioner dukungan pasangan. Jadi, peneliti menggunakan 19 pernyaatan
dalam kuesioner dukungan pasangan dan 10 pernyataan dalam kuesioner
kepatuhan diet ini untuk dijadikan instrumen penelitian.
Penelitian melakukan uji validitas kuesioner pengaturan therapi medis
nutrisi pasien DMT2, kuesioner morisky medication adherence scale 8-
items (MMAS-8), kuesioner Latihan Jasmani pasien DMT2, penyerapan
Edukasi Pasien DMT2 (Kuesioner DKQ-24), di puskesmas pal 3 dengan
jumlah 30 sampel.
2. Reabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat
kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, dalam Delianty, A. P. 2015).
Hal ini berarti sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas
menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >
0,60 (Hidayat, dalam Delianty, A. P. 2015).
O. Rencana Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Swarjana (2016) terdapat pengelolaan data yang dapat
dilakukan oleh penelitian yaitu :
40

a. Editing
Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data hasil
jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden.
Kemudian dilakukan pengkoreksian apakah kuesioner telah
terjawab dengan lengkap atau belum.
b. Coding
Coding data yaitu memberi kode angka pada kuisioner kepada
jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya. Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan kode pada setiap pertanyaan yaitu 1 untuk jawaban
benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Kuesioner yang sudah
diberi kode kemudian dimasukan ke dalam program komputer.
c. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau database computer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau biasa juga
dengan membuat.
d. Cleaning data
Data responden yang telah selesai dimasukkan dilakukan
pengecekkan kembali untuk melihat kemungkinan ada kesalahan
pada saat pengkodean, ketidak lengkapan dan sebagainya.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan uji analisis
deskriptif. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi dan presentasi masing-masing variabel yang
diteliti (Notoatmodjo, dalam Alvionia, A. Z 2019). Variabel tersebut
antara lain adalah penyerapan edukasi, pengaturan diet, latihan
jasmani, kepatuhan terapi farmakologis. Analisis univariat juga
dilakukan pada beberapa data subjek penelitian yang didapatkan dari
kuesioner identitas diri, antara lain yaitu jenis kelamin, usia, lama
41

menderita DMT2, lama menderita hipertensi, riwayat keluarga yang


menderita DMT2, dan riwayat keluarga yang menderita hipertensi
serta dari kuesioner informasi klinis pasien yang meliputi diagnosis
DMT2, lama menderita DMT2.
b. Analisa Bivariat
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Analisis yang digunakan adalah uji
korelasi Gamma karena variabel independen dan dependen dalam
penelitian ini merupakan variabel kategorik berskala data ordinal.
Peneliti memilih uji korelatif karena keluaran yang diharapkan adalah
koefisien korelasi (Dahlan, 2014). Selain uji korelasi Gamma, analisis
bivariat juga menggunakan uji komparatif dengan Chi Square untuk
menganalisis riwayat pengobatan antihipertensi dengan kendali
tekanan darah. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini
dianalisis dengan komputer dan dibantu oleh perangkat lunak berupa
program pengolah statistik Statistical Package for Social Science
(SPSS).

P. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah prosedur perlindungan terhadap responden
dengan menjamin kerahasiaan responden, mencegah responden dari cidera
akibat prosedur penelitian dan mempertahankan kenyamanan responden
selama penelitian. Adapun etika penelitian yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut (Dharma, 2011).
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan yang telah dipersiapkan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, bersedia menjadi responden dalam penelitia, menjelaskan
prosedur penelitian, mengetahui dampak penelitian, menjelaskan
42

keuntungan serta jaminan dan persetujuan responden dalam memberikan


informasi yang jujur. Jika subjek bersedia maka harus menandatangani
lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden itu.
2. Tanpa Nama (anonymity)
Masalah etika selanjutnya adalah memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan dataatau hasil penelitian
yang disajikan untuk menjaga privasi dari subjek.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian.
43

Q. Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Rencana Penelitian

Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No Kegiatan
Tahun 2020 Tahun 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1 Judul                                              
Bimbingan
penyusunan  
2 proposal                                                      
3 Ujian Proposal                                                        
Revisi
4 Proposal                                                        
Pengumpulan
5 Data                                                        
Pengolahan
6 data                                                        
Sidang Hasil
7 Penelitian                                                        
Revisi dan
Pengumpulan  
8 Skripsi                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Ajmi, S. (2018). Gambaran Perawatan Luka Dan Aktivitas Fisik Pada Penderita


Diabetes Mellitus (Dm) Tipe Ii Yang Mengalami Infeksi Luka (Studi Kasus
Di Klinik Kitamura Pontianak) (Doctoral dissertation).

Alvionia, A. Z. Hubungan (2019). 4 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe


2 (DMT2) dengan Kendali Tekanan Darah pada Pasien DMT2 dengan
Hipertensi (Studi di RS Bina Sehat dan RSU Kaliwates Jember).

Delianty, A. P. (2015). Hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan


diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas
munjul.

Dharma, K.K. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media,


2011.

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

Ginting, D. S. (2020) Peran Perawat Sebagai Edukator Dalam


Pengimplementasian Discharge Planning Untuk Proses Asuhan
Keperawatan.

Hariyanto, F. 2013. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Puasa
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon Tahun 2013. Skirpsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Ilmah, F., & Rochmah, T. N. (2015). Kepatuhan pasien rawat inap diet diabetes
mellitus berdasarkan teori kepatuhan niven. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 3(1), 60-69.

Jilao, M. (2017). Tingkat kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral pada


pasien diabetes melitus di Puskesmas Koh-Libong Thailand (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Kusnadi, G., Murbawani, E. A., & Fitranti, D. Y. (2017). Faktor risiko diabetes


melitus pada petani dan buruh (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).
Liddy, C., Johnston, S., Nash, K., Ward, N., & Irving, H. (2014). Health coaching
in primary care: a feasibility model for diabetes care. BMC family
practice, 15(1), 1-8.

Musripah, N. S., & Mulyono, S. (2020). Pengaruh Family Support Group


Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Tangerang. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik, 17-27.

Navicharern, R. (2012). Diabetes self-management, fasting blood sugar and


quality of life among type 2 diabetic patients with foot ulcers. Journal of the
Medical Association of Thailand= Chotmaihet thangphaet,  95(2), 156-162.]

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Tahun 2015. Jakarta: PB
PERKENI.

Pratama, A. A. Y., Chasani, S., & Santoso, S. (2013). Korelasi Lama Diabetes


Melitus Terhadap Kejadian Nefropati Diabetik: Studi Kasus di Rumah Sakit
Dokter Kariadi Semarang (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Putri, F. D. (2016). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Kepatuhan


Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Rangkah
Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Riset Kesehatan Dasar ( Riskesda, 2018 ), Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI.

Saifunurmazah, D. (2013). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus dalam


Menjalani Terapi Olahraga dan Diet (Studi Kasus pada Penderita DM Tipe
2 di RSUD Dr. Soeselo Slawi) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Semarang).

Susanti, R. (2013). Penerapan Pendekatan Demonstrasi Interaktif Untuk


Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Sma (Doctoral
dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Susanti, S., & Sulistyana, C. S. (2020) Pengaruh Coaching Support Terhadap


Kepatuhan Penderita Chronic Kidney Disease (CKD). Jurnal Kesehatan
Vokasional, 5(4), 217-223.

Susi Wahyuning Asih, A. (2016). Upaya Meningkatkan Kepatuhan Diet Pada


Pasien Diabetes Mellitus (Dm) Melalui Coaching Support (Pendampingan
Keluarga). Adi Husada Nursing Journal, 2(2), 95-98
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya Juliat, mahasiswa Program Studi S1 Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Pontianak bermaksud melakukan penelitian yang berjudul
“COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK”.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk melihat apakah ada pengaruh
COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK.
Segala informasi yang diberikan melalui kuesioner yang telah disusun oleh
peneliti dijamin kerahasiaannya dan peneliti bersedia bertanggung jawab apabila
informasi yang diberikan akan merugikan. Saudara berhak untuk bersedia ataupun
menolak menjadi responden apabila ada pernyataan yang tidak berkenan.
Sehubungan dengan itu, saya memohon kesediaan saudara untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden penelitian dengan mengisi
kuisioner yang akan peneliti berikan. Saudara tidak perlu khawatir akan benar
atau salah jawaban yang saudara berikan. Oleh karena itu, berikanlah jawaban
yang jujur sesuai dengan apa yang saudara ketahui dan rasakan. Atas perhatian
dan kesediaan saudara, saya mengucapkan terima kasih.
Pontianak, April 2021,

Peneliti,

Juliat

NIM : SNR19214076
INFORMED CONSENT

PENELITIAN

“COACHING SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK”

Peneliti:

Juliat

NIM : SNR19214076

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2021
LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian


Bapak/Ibu dapat mengikuti dalam penelitian ini tampa ada paksaan. Bila
Bapak/Ibu sudah memutuskan memberikan izin untuk ikut serta dalam
penelitian ini, maka Bapak/Ibu diharapkan dapat mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan. Bapak/Ibu juga dapat mengundurkan
diri dalam penelitian ini jika berubah pikiran atau tidak berkenan untuk
dilakukan penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Bapak/Ibu telah memberikan izin untuk berpatisipasi dalam
penelitian ini, maka akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
sebanyak rangkap dua, satu untuk Bapak/Ibu simpan, dan satu untuk peneliti.
Prosedur selanjutnya adalah :
Bapak/Ibu akan diminta mengisi kuesioner dengan 30 soal dimana 15
berkaitan dengan pola makan dan 15 berkaitan dengan pola aktivitas dengan
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas,
Bapak/Ibu dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti
D. Risiko dan Efek samping dan penanganannya
Penelitian ini tidak mempunyai risiko klinis terhadap responden
E. Manfaat
Keuntungan yang didapatkan adalah apakah ada pengaruh COACHING
SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK. Selain itu penenliti
akan memberikan pengetahuan terkait dengan 4 pilar penatalaksanaan
Diabetes Melitus Tipe 2 agar responden dapat mengetahui dan
mengaplikasikan ke 4 pilar tersebut.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan indentitas Bapak/Ibu sebagai
responden akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa indentitas Bapak/Ibu.
G. Kompensansi
Peneliti tidak memberikan kompensasi.
H. Pembiyaan
Semua biaya yang terkait dengan penelitian akan ditanggung oleh
peneliti tanpa meminta sedikitpun biaya pada responden.
I. Infomasi Tambahaan
Bapak/Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti atas nama Juliat pada no
Hp atau Whatsaap 089694049014 atau melalui email
juliatsutomo@yahoo.com.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN UNTUK
KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh Juliat,


dari Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak tentang “COACHING
SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 KLINIK KITAMURA PONTIANAK” telah disampaikan
kepada saya dan semua pertanyaan telah dijawab oleh peneliti. Saya
mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan, saya dapat menanyakan
kepada Juliat pada no Hp atau Whatsaap 089694049014 atau melalui email
juliatsutomo@yahoo.com.

Saya sebagai Responden : (Kode diisi oleh peneliti)

Setuju

Untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

Tanggal :

Tanda tangan responden :

Nama responden :

Tanda tangan saksi :

Nama saksi :
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah dijelaskan maksud dan tujuan penelitian ini, maka say


menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara :

Nama : Juliat

NIM : SNR19214076

Alamat : Jl. Gusti Hamzah Gg. Nur 2 no 27

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak


Program Studi SI Keperawatan dengan judul “COACHING SUPPORT
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
KLINIK KITAMURA PONTIANAK”.

Dengan persetujuan ini, saya tanda tangani dengan sukarela menjadi


responden tanpa paksaan dari pihak manapun.

No Responden : (Diisi oleh peneliti)

Pontianak, April 2021

Responden

(……………….)
KUESINOER KEPATUHAN MENGANDUNG 4 PILAR
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TIPEE 2 (DMT2)

Tanggal :

Petunjuk pengisian kuesioner:

1. Pertanyaan pada kuesioner ditujukan langsung pada subjek


penelitian.

2. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya sesuai petunjuk.

3. Selamat mengisi dan terimakasih.

A. Data Demografi
1. Usia : Tahun
2. Jenis Kelamin :
Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan :
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan :
PNS/TNI/POLRI Swasta Petani
Pedagang Lain-lain
5. Lama menderita DM
< 5 Tahun > 5 Tahun
B. Penyerapan Edukasi Pasien DMT2 (Kuesioner DKQ-24)
Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini dan pilihlah salah satu
dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang tersedia.

No Pertanyaan Ya Tidak Tidak


Tahu

1 Terlalu banyak mengkonsumsi gula dan makanan


manis lainnya merupakan penyebab diabetes.

2 Salah satu penyebab diabetes adalah kurangnya


insulin yang efektif dalam tubuh.

3 Diabetes disebabkan oleh kegagalan ginjal untuk


menahan gula keluar melalui urin.

4 Ginjal menghasilkan insulin.

5 Pada diabetes yang tidak diobati, kadar gula


dalam darah biasanya meningkat.

6 Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya


memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena
diabetes.

7 Diabetes bisa disembuhkan.

8 Kadar gula darah puasa 210 mg/dl terlalu tinggi.

9 Cara terbaik untuk memeriksa diabetes adalah


dengan menguji urin saya.

10 Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan


insulin atau pengobatan diabetes lainnya.

11 Ada dua jenis diabetes yang paling penting: Tipe


1 (insulin dependent) tergantung insulin Dan Tipe
2 (noninsulin tergantung) tidak tergantung
insulin.

12 Reaksi insulin disebabkan oleh karena terlalu


banyak makanan.

13 Obat lebih penting daripada diet dan olahraga


untuk mengendalikan diabetes saya.

14 Diabetes sering menyebabkansirkulasi yang


buruk.

15 Luka dan lecet pada penderita diabetes sembuh


lebih lambat.

16 Penderita diabetes harus lebih berhati-hati saat


memotong kuku kaki mereka.

17 Penderita diabetes harus membersihkan luka


dengan yodium (Betadin) dan alkohol.

18 Cara saya menyiapkan makanan sama pentingnya


dengan jenis makanan yang saya makan.

19 Diabetes bisa merusak ginjal saya.

20 Diabetes dapat menyebabkan hilangnya rasa di


jari-jari telapak tangan dan kaki saya.

21 Gemetar dan berkeringat adalah tanda gula darah


tinggi.

22 Sering buang air kecil dan haus adalah tanda gula


darah rendah.

23 Stoking atau kaus kaki yang ketat dan elastis


tidak buruk bagi penderita diabetes.

24 Diet untuk penderita diabetes sebagian besar


terdiri dari makanan khusus.

Skoring Subjek Penelitian


Benar = X 4,16 =
Salah = X0 =
Kosong atau Tidak tahu = X0 =----------+
Total Skor =
Interpertasi =
Interpretasi Skoring Tingkat Penyerapan Edukasi DMT2

Tingkat Penyerapan Edukasi Total Nilai

Baik 75-100

Buruk <75

C. Pengaturan Therapi Medis Nutrisi Pasien DMT2


Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini dan pilihlah salah satu
dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang tersedia.

No Pertanyaan Y Tidak
a
1 Saya rutin mengontrol kadar gula darah
kepuskesmas/pelayanan kesehatan yang lain untuk
menentukan kebutuhan diet saya.
2 Saya makan tepat waktu sesuai jadwal yang dianjurkan
oleh dokter atau petugas kesehatan yang lain.
3 Saya makan makanan sesuai anjuran dokter atau petugas
kesehatan yang lain.
4 Setiap hari saya membatasi mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak seperti makanan siap saji, gorengan,
usus dan hati.
5 Setiap hari saya membatasi mengkonsumsi makanan dan
minuman manis/banyak mengandung gula.
6 Setiap hari saya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, seperti telur, daging dan kacang-
kacangan.
7 Saya setiap hari selalu makan sayur dan buah-buahan
sesuai anjuran dokter.
8 Saya membatasi makanan makanan yang asin-asin.
9 Saya memakai gula pengganti seperti jagung pada saat
ingin mengkonsumsi minuman makanan yang manis.
10 Saya selalu melakukan variasi makanan pada jadwal diet
YA = X 1 =
TIDAK = X 0 = +
Total Skor =
Interpretasi =
Interpertasi Skoring Tingkat Kesesuaian Pengaturan TNM Pasien DMT2

Tingkat Kesesuaian Total Nilai


Sesuai 7-10
Tidak Sesuai <7
A. Latihan jasmani pasien DMT2
Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan
tanda silang (X) pada salah satu opsi jawaban
1. Apakah Anda melakukan olahraga seperti berjalan cepat, bersepeda
santai,jogging,naik turun tangga atau berenang?
a. Tidak
b. Ya ( Lanjut ke nomor berikutnya)
2. Seberapa sering Anda berolahraga dalam satu minggu?
a. Kurang dari 3 kali
b. Tiga sampai 5 kali
c. Lebih dari 5 kali
3. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk berolahraga?
a. Kurang dari 30 menit
b. 30-45 menit
c. Lebih dari 45 menit

Skoring Subjek Penelitian


A= X 0 =

B= X 1 =

C= X 0 =

Total Skor = +

Interpretasi =

Interpretasi Skorsing Latihan Jasmani DMT2

Latihan Jasmani Total Nilai


Sesuai 2-3
Tidak Sesuai <2

B. Kuesioner Tingkat Kepatuhan The 8-Item Morisky Medication


Adherence Scale :
Petunjuk : Berilah tanda checklist(√ ) pada kolom jawaban yang telah
tersedia.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakan Bapak/Ibu/Saudara/ terkadang lupa
minum obat diabetes?
2 Selama dua minggu terakhir, adakah Bapak/Ibu
pada suatu hari tidak meminum obat diabetes ?
3 Apakah Bapak/Ibu pernah menguragi atau
menghentikan penggunaan obat tanpa memberi
tahu ke dokter karena merasakan kondisi lebih
buruk/tidak nyaman saat menggunakan obat
diabetes?
4 Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan
rumah, apakah Bapak/Ibu terkadang lupa untuk
membawa serta obat diabetes?
5 Apakah Bapak /Ibu kemarin meminum
semua obat diabetes?
6 Saat merasa keadaan membaik, apakah
Bapak/Ibu terkadang memilih untuk berhenti
meminum obat diabets?
7 Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus
meminum obat diabetes setiap hari, apakah
Bapak/Ibu pernah merasa terganggu karena
keadaan seperti itu.?
8 Berapa kali Bapak/Ibu lupa minum obat
diabetes?
a. Tidak pernah
b. Sekali-sekali
c. Terkadang
d. Biasanya
e. Setiap sangat

Skorsing Subjek Penelitian


No. 1-7 (Skala Dikotomi)
YA = X 0 =
TIDAK = X 1 =
No 8 (Skala Likert) = = +
Total Skor =
Interpretasi =

Interpretasi Skoring Tingkat Kepatuhan Terapi Farmakologis DMT2

Tingkat Kepatuhan Nilai


Patuh 7-8
Tidak Patuh <7

Anda mungkin juga menyukai