Anda di halaman 1dari 11

Nama : NOVI APRIANI

Nim : 1914201125

Matkul : Kep.bencana

1. Jelaskan peran perawat sebagai pencegahan primer posko

pengungsian dan posko bencana

Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana

1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek

kesehatan sehari-hari

2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan

harian

3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang

memerlukan penanganan kesehatan di RS

4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian

5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,

makanan khusus bayi, peralatan kesehatan


6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan

penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga

membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi

dengan perawat jiwa

7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada

korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan

seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi

psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue,

mual muntah, dan kelemahan otot)

8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak,

dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal

dengan terapi bermain.

9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh

para psikolog dan psikiater

10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai


pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang

tidak mengungsi

2. Jelaskan peran perawat pada fase prabencana, intra/saat

bencana dan post atau pasca bencana

Fase Pra-bencana:

A. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga

kesehatan dalam

penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

B. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,

organisasi lingkungan,

palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan

simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana

kepada masyarakat.
C. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk

meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi

bencana yang meliputi hal-hal berikut:

 Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat

tersebut).

 Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti

menolong anggota keluarga yang lain.

 Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan

dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air

yang aman.

 Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan

nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah

sakit, dan ambulans.

 Memberikan informasi tempat-tempat alternatif

penampungan dan posko-posko


bencana.

 Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat

dibawa seperti pakaian

seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan

lainnya.

Fase Bencana:

A. Bertindak cepat

B. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan

apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan

harapan yang besar pada para korban selamat.

C. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.

D. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.

E. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait

dapat mendiskusikan dan merancang master plan of

revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan


pertama.

Fase Pasca bencana:

A. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan

fisik, sosial, dan psikologis korban.

B. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang

hingga terjadi posttraumatic stress disorder (PTSD) yang

merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama.

Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali.

Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang

traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun

peristiwaperistiwa yang memacunya.

Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain

itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan

konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.


C. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain

yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor

menangani masalah kesehatan masyarakat pascagawat

darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju

keadaan sehat dan aman.

3. Peran perawat dalam bencana menurut undang-undang

 pada pasal 29 ayat (1) menyebutkan dalam

menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat

bertugas sebagai :a. Pemberi asuhan keperawatan; b.

Penyuluh dan konselor bagi klien; c. Pengelola Pelayanan

Keperawatan; d. Peneliti Keperawatan; e. Pelaksana tugas

berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau f.

Pelaksana tugas dalam keadaan terbatas tertentu.

 Pasal 30 ayat (1) menyebutkan dalam menjalankan tugas


sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya

kesehatan perorangan, Perawat berwenang:

a. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik

b. Menetapkan diagnosis keperawatan

c. Merencanakan tindakan keperawatan

d. Melaksanakan tindakan keperawatan

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

f. Melakukan rujukan

g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat

sesuai dengan kompetensi

h. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi

dengan dokter

i. Melakukan peyuluhan kesehatan dan konseling

j. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada

klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat

bebas dan obat bebas terbatas.


 Pasal 33 ayat (1) menyebutkan pelaksanaan tugas dalam

keadan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (f) merupakan penugasan

Pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya

tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu

wilayah tempat Perawat bertugas; ayat (3) Pelaksanaan

tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan

memperhatikan kompetensi Perawat. Ayat (4) dalam

melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat

berwenang: a. Melakukan pengobatan untuk penyakit

umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis; b. Merujuk

pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

c. Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas


dalam hal tidak terdapat tenaga kefarmasian.

 Pasal 35, ayat (1) dalam keadaan darurat untuk

memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat

melakukan tindakan medis dan pengobatan terbatas,

darurat dan keadaan keterbatasan tertentu sesuai dengan

kompetensinya. (2) Pertolongan pertama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan

nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut. (3)

Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau

kecacatan Klien. (4) Keadaan darurat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai

dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya. (5)

Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan


Peraturan Mentri

Anda mungkin juga menyukai