Anda di halaman 1dari 5

KEPERAWATAN BENCANA

TUGAS INDIVIDU 7 “Peran Perawat Dalam Situasi Bencana”

DOSEN FASILITATOR :

MERINA WIDYASTUTI,S.KEP.,NS.,M.KEP

OLEH :

TEDI NOVAN MAULANA

1810102

S1-4B

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021/2022


Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat ini, antara lain :
1. Mengenali instruksi ancaman bahaya
2. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air,
obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
3. Melatih penanganan pertama korban bencana.
4. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
1. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar.
3. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana

B. Peran Perawat Pada Pase pra Bencana


Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan
Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :
1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut :
 Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
 Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
 Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
 Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
 Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan
posko-posko bencana.
 Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya,
dan lainnya.
C. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )
TRIASE
1. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada,
perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar
derajat I-II
2. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan
efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II
3. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup,
luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
4. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat
dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

D. Peran Perawat Di Dalam Posko Pengungsian Dan Posko Bencana


1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
hari
2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri)
maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual
muntah, dan kelemahan otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater
10. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
E. Peran Perawat Pada Pase Intra/Saat Bencana
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap darurat
dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana :
1. Bertindak cepat
2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
3. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
5. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk
jangka waktu 30 bulan pertama.

F. Peran Perawat Dalam Fase Postimpact


Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi dan
rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :
1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
2. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu
tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketga, individu akan
menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan
memori.
3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan
sehat dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap
Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tanggap
_bencana.docx. Diakses tanggal 15 November 2012
Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan Bencana. .
http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 15 November 2012
Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses tanggal 15
November 2012

Anda mungkin juga menyukai