Anda di halaman 1dari 4

Mental Health Care Saat Bencana

I. Pengertian Bencana
Bencana terjadi setiap hari di seluruh dunia, menimbulkan dampak yang luar biasa
berupa kematian, cedera fisik maupun psikologis, kerusakan fasilitas, dan mempengaruhi
sistem kesehatan, perawatan kesehatan, fungsi sosial serta ekonomi secara keseluruhan
(International Council of Nurses and Word Health Organization, 2009).
Suatu rangkaian peristiwa yang dapat disebabkan oleh faktor alam, nonalam ataupun
manusia yang mengancam dan mengganggu kehidupan manusia yang berdampak pada
psikologis, timbulnya korban jiwa serta kerugian harta benda (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2007).
Kebijakan WHO mensyaratkan dukungan psikososial sebaiknya berbasis komunitas,
peka budaya dan diberikan oleh tenaga kesehatan terlatih yang memahami kebutuhan
dari korban bencana.

II. Kategori Bencana

a) Bencana Alam (Biologis, Geofisika, Klimatologis, Hidrologi dan Meteorologi)


b) Bencana Teknologi (Kecelakaan Industri, Kecelakaan Transportasi, dan lain lain)

III. Dampak Bencana


a) 5,8 % hingga 54% orang dewasa dan 7,4% hingga 44,8% anak-anak mengalami
depresi setelah bencana alam.
b) Gejala PTSD ditemukan satu hingga dua bulan setelah gempa bumi pada penyintas
bencana alam di Wenchuan Cina sebesar 84,8%
c) Di Indonesia, ditemukan PTSD 56,62 % di kelurahan Air Tawar setelah gempa di
Sumatera Barat tahun 2009 (Erwina et al., 2010), terdapat 27 pengungsi dirujuk ke
Rumah Sakit Jiwa Magelang dan 19 ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten karena
mengalami gangguan jiwa berat akibat trauma bencana (Martono et al., 2014).
IV.Kelompok Risiko
a) Lansia
b) Ibu Hamil
c) Anak-anak
d) Remaja
e) Individu dengan cacat/kondisi kronis
V. Penanggulangan Bencana di Indonesia

 Indonesia merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng


tektonik (Eurasia, Indonesia-Australia, Pasifik dan laut Filipina) sehingga menjadikan
Indonesia dikenal dengan “Ring of Fire” yaitu kawasan yang sering mengalami
gempa bumi serta letusan gunung api (BNPB, 2018).
 Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Dinas Sosial dan Pekerjaan
Umum mulai memberikan dukungan psikososial kepada para penyintas bencana
 Program kesehatan mental untuk Aceh diluncurkan
 Komponen utama dari program ini adalah pengembangan kapasitas layanan
kesehatan mental di tingkat pelayanan primer dan dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten, sementara pada saat yang sama memperkuat kapasitas di rumah sakit
jiwa.
 Kurikulum dan silabus untuk kursus Keperawatan Kesehatan Mental Masyarakat
(CMHN) dikembangkan
 Praktisi Umum (GP) di pusat perawatan kesehatan primer (puskesmas) juga dilatih
kembali di pelayanan primer
 Banyak pusat kesehatan masyarakat mengalokasikan hari tertentu untuk merawat
pasien dengan masalah kesehatan mental
 Pengalaman menangani Tsunami menyoroti perlunya mengembangkan rencana
kesiapsiagaan bencana nasional yang akan mencakup aspek kesehatan mental dan
psikososial.

VI.Tahapan Intervensi Bencanac


 The rescue phase  bencana-dua minggu pasca bencana
 The relief phase  dua sampai 6 bulan setelah bencana
 The rehabilitation phase  1-2 tahun atau lebih
 The rebuilding phase  bertahun-tahun

VII. Peran Perawat


a) Emergency Planning
1. Setiap perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai
untuk mengenal potensi bencana
2. mengidentifikasi kapan peristiwa semacam itu terjadi,
3. tahu bagaimana melindungi diri sendiri,
4. tahu cara menyediakan perawatan segera untuk individu yang terlibat,
5. mengenali peran dan keterbatasan mereka sendiri, dan
6. Tahu di mana mencari informasi dan sumber daya tambahan
b) Membantu Pemulihan Psikososial selama Fase Akut
1. Koneksi (kehidupan familiar, anggota keluarga, informasi, serta bantuan yang
diberikan)
2. Proteksi (Bahaya lebih jauh dan paparan terhadap stimulus yang menyebabkan
distress)
3. Direction (jauh dari bahaya, lokasi, mayat)
4. Triage  jika menemukan gejala ekstrim panik/berduka seperti agitasi, gemetar,
perilaku tidak menentu, bicara kacau  (membina hubungan terapeutik,
memastikan keselamatan penyintas, mengakui dan memvalidasi pengalaman
penyintas dan menawarkan empati)

c) Identifikasi Masalah Psikososial yang Lebih Serius


1. Reaksi kesedihan dan depresi
2. Tekanan umum (termasuk peningkatan tingkat stres dan gangguan tidur);
3. Masalah fisik (termasuk memburuknya kondisi yang ada seperti asma);
4. Muncul atau memperburuk masalah kronis termasuk 'stres sekunder' (misalnya
konflik hubungan, masalah keuangan, gangguan atau hambatan untuk pemulihan
bahaya);
5. Hilangnya sumber daya psikososial - keterampilan koping normal dan dukungan
sosial; dan
6. Masalah-masalah khusus untuk masa kanak-kanak dan remaja

d) Pemulihan Psikososial Anak-anak dan Remaja


1. Tumbuh kembang
2. Menghubungkan kembali mereka dengan anggota keluarga, teman dan tetangga.
3. Kehidupan sehari-hari harus dinormalisasi sejauh mungkin dengan penekanan
pada membina hubungan dan interaksi sosial
4. Izinkan untuk mengungkapkan kesedihan hanya di lingkungan tepercaya ketika
anak atau remaja siap dan ketika tindak lanjut dijamin

Tugas

Carilah artikel tentang salah satu bencana yang pernah terjadi di dunia. Buatlah
resume mengenai bencana tersebut dilihat dari aspek kesehatan jiwa (masalah
psikososial yang dialami korban bencana serta penanganan yang dilakukan.
Upayakan topik yang dipilih bervariasi dilihat dari kategori bencananya (1 kasus
per 1 mahasiswa). Resume diketik tidak lebih dari dua halaman A4, sertakan
referensi. Kirim ke email safra_nezz@yahoo.com dengan batas waktu maksimal 3
hari setelah perkuliahan dengan mengconvert file Word ke PDF. Subjek email
“Bencana”.

Anda mungkin juga menyukai