2. Dapat menjelaskan tentang Perawatan Psikososial dan the disaster that is different from Acute Phase.
B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes) Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana
Kondisi geografis dan geologis Indonesia menjadikannya area yang rawan berbagai macam bencana
alam mulai dari letusan gunung, gempa, hingga banjir. Wilayah Indonesia berada di jalur cincin api Pasifik
yang merupakan rangkaian gunung api aktif di dunia dan hampir semua gempa bumi dunia terjadi di jalur
tersebut. Indonesia juga tempat pertemuan tiga lempeng tektonik besar: Indo-Australia, Eurasia, dan Lempeng
Pasifik, sehingga punya potensi besar untuk terjadinya bencana gempa bumi termasuk likuifaksi dan tsunami.
Menurut data dari BNPB, sejak awal tahun 2017 saja hingga pertengahan 2019, Indonesia telah
mengalami 5.594 kejadian bencana. Bencana alam yang terjadi menimbulkan berbagai dampak, mulai dari
kerusakan fisik hingga korban jiwa.
Total korban meninggal dan hilang sebanyak 4249 jiwa, 27 ribu lebih korban yang mengalami lukaluka,
lebih dari 21 juta jiwa yang menderita dan mengungsi. Selain itu, lebih dari 166 ribu rumah rusak berat, 105
ribu rumah yang mengalami kerusakan sedang, dan 302 ribu rumah mengalami kerusakan ringan.
Psikososial
Aktor kemanusiaan termasuk semua pekerja untuk badan-badan kemanusiaan, baik direkrut secara
internasional maupun nasional, atau secara formal maupun informal dipekerjakan di dalam komunitas untuk
melaksanakan kegiatankegiatan dari badan tersebut.
Korban Bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana
Anak adalah orang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk janin yang masih di dalam kandungan. menurut
Konvensi PBB mengenai Hak-hak Anak. Orang di bawah umur dianggap tidak mampu untuk memberi
penilaian dan memahami konsekuensi dari pilihan mereka dan memberi persetujuan sendiri, terutama
mengenai tindakan-tindakan seksual.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
Komunitas adalah istilah yang digunakan dalam panduan ini mengacu kepada populasi yang mengalami
keadaan darurat. Dalam konteks individu, “komunitas” dapat diartikan sebagai pengungsi, orang-orang yang
meninggalkan rumah mereka, korban bencana alam, atau istilah lain.
Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial adalah segala bentuk dukungan dari lokal maupun pihak luar
yang bertujuan untuk menjaga atau mempromosikan kesejahteraan psikososial dan/atau mencegah atau
mengatasi gangguan jiwa.
Merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam durasi singkat kepada seseorang yang baru saja
mengalami bencana ataupun krisis untuk membantu keadaan pada saat itu serta mencegah timbulnya dampak
psikologis yang lebih mendalam.
PFA sebenarnya bukan sesuatu yang asing dan pada dasarnya kita semua sudah pernah
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan PFA (Psychological First Aid): Untuk memenuhi kebutuhan mendesak dasar, mengurangi
tingkat stres yang dialami, dan memperkuat daya adaptasi alami.
Rasa percaya
Kerahasiaan
Ikut menentukan dalam pengambilan keputusan
Definisi Psikososial adalah “Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana
masingmasing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan.”
Dampak psikologis
Dampak sosial
Dampak yang mempengaruhi hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat), kegiatan
masyarakat (misalnya sekolah), dan lingkungan.
• Tidak semua individu mengalami gangguan psikologis, banyak pula individu yang mampu resilien.
• Mungkin beberapa kelompok rentan bermasalah pada suatu masalah dan kuat pada masalah yang
lain.
• Konteks bencana. Masing-masing kelompok masyarakat memperlihatkan masalah sosial dan
psikologis yang berbeda-beda.
• Informasi adalah kebutuhan, namun perlu dipikirkan kapan saat yang tepat memberikannya.
Program Dukungan Psikososial (Psychosocial Support Prgramme/PSP) adalah kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun masyarakat agar tetap berfungsi optimal pada
saat mengalami krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP diberikan kepada Kelompok
masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-anak, remaja, dewasa dan lansia,
penyandang cacat, pekerja kemanusiaan.
Psikososial merupakan suatu istilah yang merujuk pada perkembangan psikologis manusia dan
interaksinya terhadap lingkungan sosial. Psikososial adalah Suatu kondidi yang terjadi pada individu yang
mencakup aspek psikis sosialatau sebaliknya secara intergritas. Aspek kejiwaan berasal dari dalam diri kita,
sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan kedua aspek ini sangat saling berpengaruh kala mengalami
masa pertumbuhan dan perkembangan. Aspek Psikososial merupakan aspek hubungan dinamis antara
dimensi Psikologis/kejiwaan sosial.
Pemulihan Psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat ditujukan untuk meraih kembali
fungsi normalnya sehingga tetap menjadi produktif dan menjalani hidup yang bermakna setelah mengalami
peristiwa traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim Pulih, 2005). Dengan demikian dampak psikososial adalah
suatu suatu perubahan psikis dan sosial yang terjadi setelah adanya Bencana atau peristiwa Traumatik
misalnhya: Tsunami, Banjir, Tanah longsot, atau seperti luapan lumpur Lapindo.
Respon individu paska trauma tergantung dari persepsi dan kesetabilan emosi yang dimiliki Menurut
Keliat dkk (2005) ada 3 yahapan reaksi emosi setelah terjadi bencana:
1. Reaksi individu segera setelah 24 jam bencana dengan reaksi yang di perlihatkan: tegang, ceman dan
panik, terpaku, linglung, syok tidak percaya, gembira/euphoria, tidak terlalu merasa menderita, lelah,
bingung, gelisah, menangis, menarik diri merasa bersalah. Reaksi ini termasuk kategori normal
terhadap situasi abnormal dan perlu upaya pencegahan primer.
2. Minggu pertama sampai minggu ketiga setelah bencana. Reaksi yang di perlihatkan adalah ketakutan,
Waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur, kuatir, sangat sedih, mengulang ulang (flash back)
Kejadian. Reaksi positif yang masih dimiliki adalah Berharap dan berpikit tentang masa depan, Terlibat
dalam kegiatan menolong, dan menyelamatkan , menerima bencana sebagai takdir. Kondisi ini masuk
masuk dalam tahap normal yang membutuhkan tindakan psikososial minimal, terutama respon
maladaftif.
3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana dengan reaksi yang diperlihatkan dapat menetap.
Manisfesstasi diri yang diperlihatkan adalah: kelelahan, merasa sedih terus menerus, Merasa panik,
Psimis dan berpikir tidak realistis, Tidak beraktivitas, Isolasi dan menarik diri, Kecemasan yang
Aspek Psikososial
Konsep psikososial terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada jiwa, pikiran,
emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi dan pemahaman akan diri. Kata
sosial merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma, nilai aturan, sistem ekonomi, sistem kekerabatan,
agama atau religi serta keyakinan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Psikososial diartikan sebagai hubungan yang dinamis dalam interaksi antara manusia, dimana tingkah
laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain atau pengalaman
sosial.
Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok pasca
kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat secara individu atau
kolektif ; berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah; serta menjadi berdaya dan
produktif dalam menjalani hidupnya.
Menurut Stuart (2013) kemampuan atau strategi yang diperlukan untuk membantu dan menentukan
apa yang harus dilakukan saat berada dalam situasi bahaya, dapat menggunakan keterampilan
menyelesaikan masalah dengan mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan
alternatif, mengimplementasikan rencana tindakan.
Menurut Zailani dkk (2009), respon psikologis masyarakat yang biasa terjadi saat berada pada situasi
potensi terjadinya bencana adalah stres atau ansietas, disebabkan oleh lingkungan atau sekitar tempat
tinggal yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat mempengaruhi cara berfikir individu serta
mengubah cara pandangnya dalam menghadapi masalah.
SPIRITUAL
Asuhan keperawatan spiritual adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan
profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan,
keilmuan, dan amal.Dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistic, seorang perawat harus
mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya aspek fisik, namun juga aspek sosial, emosional, kultural
dan spiritual dalam memenuhi kebutuhan klien. Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal
yang prioritas daripada kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali bersifat abstrak, kompleks
dan lebih sulit diukur.
Aspek penting dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa pasien memiliki kekuatan dan
keyakinan spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk membantu pasien
menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit atau menghadapi kematian dengan tenang.
Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang merupakan
bagian integral perawat dengan pasien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh setiap manusia. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode ilmiah untuk
menyelesaikan masalah keperawatan secara sitematis melalui pendekatan proses keperawatan yang
diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Asuhan keperawatan berbasis spiritual dapat diidentifikasi pada masing-masing tahapan, seperti
pengkajian aspek spiritual membutuhkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dengan
pasien. Oleh karena itu, pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan
yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat pasien. Perawat berperan sebagai komunikator
perantara bila pasien menginginkan untuk bertemu dengan petugas rohaniawan atau bila menurut perawat
memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi masalah spiritualnya. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Spiritual
pada tahap implementasi perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip
kegiatan asuhan keperawatan, sebagai berikut :
• Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah klien.
• Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung menerima, bertanya, memberi
infromasi, refleksi, menggali perasaan dak kekuatan yang dimiliki klien.
Menunjukkan Kehadiran
Kehadiran perawat dalam aktivitas perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan
memberikan harapan untuk pemulihan. Perilaku kehadiran perawatan meliputi memberi
perhatian, menjawab pertanyaan dan mempunyai sikap positif dan memberikan dorongan
(tetapi realistis).
Perhatian yang cermat terhadap setiap permintaan pasien, tidak peduli betapa pun remehnya,
penting bagi pasien.
Wiryasaputra (2008) menyatakan setelah melakukan proses normalisasi atau penyembuhan pada
korban bencana maka akhirnya individu, keluarga atau komunitas tertentu dapat menerima kenyataan tentang
bencana yang dialaminya.
Menyerah dalam arti yang positif (tawakal), bukan putus asa merupakan titik tolak pertumbuhan baru. Dalam
tahap tertentu mereka sudah siap membangun kembali lingkungannya. Pikiran mereka sudah jernih. Tenaga
batin sosial, fisik dan spiritual, daya juang mereka sudah pulih. Bila masa-masa penampungan tidak
diperhatikan maka cenderung menghambat proses pemulihan dari traumatik dan perkembangannya bahkan
bisa terjadi cacat secara mental.
Bencana dapat menyebabkan individu dan keluarga mengalami gangguan atau masalah secara fisik
dan mental yang bersifat traumatik, karena bencana akan selalu menimbulkan kerugian dan penderitaan serta
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan sehingga diperlukan cara-cara untuk mencegah dan mengelolanya
(Keliat, 2011). Masalah kejiwaan yang dapat timbul pada masyarakat baik sebagai korban langsung dan
korban tidak langsung saat bencana adalah gangguan ansietas, panik, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
dan Depresi (Stuart, 2013).
Hal tersebut biasa ditemukan dan responnya bervariasi pada setiap individu, dikarenakan adanya
perbedaan pada kemampuan individu dalam mengurangi ketegangan yang menimbulkan ketidakseimbangan
emosional dan pegalaman yang bersifat traumatik. Individu yang mengalami bencana dapat dipastikan akan
mengalami trauma yang dikenal dengan sebutan Gangguan Stres Pasca Trauma atau Acute Stress Reaction.
Crabtree (2012) telah melakukan telaah terhadap 34 literatur yang berfokus dampak banjir pada
kesehatan mental menunjukkan hasil bahwa PTSD ditemukan 62% di Venezuela, di Nicaragua 81%
mengalami depresi, 8.5% beresiko bunuh diri di China, di India 84% menunjukkan gejala ansietas dan dampak
lain seperti ketergantungan alkohol 5.8% di Honduras dan yang mengalami Acut Stress Disorder 2.2% di
Myanmar.
Veenema (2009) yaitu peristiwa yang berhubungan dengan bencana dapat menyebabkan respon yang
berbeda-beda bagi individu ketika peristiwa bencana tersebut menyebabkan ancaman kematian, luka serius
atau gangguan pada integritas fisik dari individu sehingga dampak individu terhadap bencana terbagi atas
respon fisiologis berupa gangguan fisik maupun respon psikososial berupa stres traumatik ataupun ansietas.
Johannesdottir dan Gisladottir (2010) pada 28 orang partisipan yang tinggal dan bekerja disepanjang
jalur vulkanik di Iceland Selatan dengan wawancara mendalam mengungkapkan bahwa mereka memiliki
kekhawatiran dan ketakutan bila terjadi bencana berulang karena tidak mengetahui tindakan apa yang harus
dilakukan. Kemampuan individu atau komunitas dalam melalui fase bencana tidak selalu berurutan karena
keunikan masing-masing dan faktor lain seperti ketahanan psikologis, dukungan sosial dan sumber finansial.
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut
dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan
diri dan lingkungannya.
Definisi Psikososial adalah “Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana
masingmasing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan.” Dampak psikologis. Dampak
yang mempengaruhi pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku. Dampak sosial. Dampak yang mempengaruhi
hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat), kegiatan masyarakat (misalnya sekolah), dan
lingkungan.
Aspek Psikososial
Konsep psikososial terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada jiwa, pikiran,
emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi dan pemahaman akan diri. Kata sosial
merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma, nilai aturan, sistem ekonomi, sistem kekerabatan, agama atau
religi serta keyakinan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Psikososial diartikan sebagai hubungan yang
dinamis dalam interaksi antara manusia, dimana tingkah laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh orang lain atau pengalaman sosial.
Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok pasca
kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif ;
berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah; serta menjadi berdaya dan produktif
dalam menjalani hidupnya.
Menurut Stuart (2013) kemampuan atau strategi yang diperlukan untuk membantu dan menentukan
apa yang harus dilakukan saat berada dalam situasi bahaya, dapat menggunakan keterampilan
menyelesaikan masalah dengan mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif,
mengimplementasikan rencana tindakan.
Menurut Zailani dkk (2009), respon psikologis masyarakat yang biasa terjadi saat berada pada situasi
potensi terjadinya bencana adalah stres atau ansietas, disebabkan oleh lingkungan atau sekitar tempat tinggal
yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat mempengaruhi cara berfikir individu serta mengubah
cara pandangnya dalam menghadapi masalah.
SPIRITUAL
Asuhan keperawatan spiritual adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan
profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan,
dan amal.Dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistic, seorang perawat harus
mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya aspek fisik, namun juga aspek sosial, emosional, kultural dan
spiritual dalam memenuhi kebutuhan klien. Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang
prioritas daripada kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali bersifat abstrak, kompleks dan lebih
sulit diukur.
Aspek penting dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa pasien memiliki kekuatan dan keyakinan
spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk membantu pasien menjalani gaya
hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit atau menghadapi kematian dengan tenang.
Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian
integral perawat dengan pasien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan
masalah keperawatan secara sitematis melalui pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian
data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.