2.2.1.2 Etnis
Latar belakang etnik memberikan perbedaan yang besar dalam memandang
pentingnya suatu nilai dalam keluarga. Contohnya: keluarga Irlandia-Amerika
menempatkan nilai yang tinggi pada kemandirian. Kebudayaan irlandia penuh dengan
ungkapan yang menggambarkan pentingnya tersebut anda sudah merapikan tempat
tidur, yang mengungkapkan arti bahwa anggota keluarga yang sudah menikah tidak
boleh membawa masalah rumah tangga mereka kepada orang tua. Sebaliknya,
keluarga Italia-Amerika akan sulit mebayangkan ungkapan tersebut (Friedman,
1998:338).
Dalam hal tempat tinggal penduduk desa versus kota, penduduk desa
cenderung lebih tradisional dan konservatif daripada penduduk urban dan suburban.
Masyarakat suburban sebagian menengah, dan biasanya lebih mendukung nilai
kebudayaan kelas menengah penduduk urban. Sebaliknya , masyarakat urban, teridiri
dari beragam macam populasi, pada umumnya terdiri dari keluarga yang berasal dari
beragam kelas social , dan dari bermacam etnik serta kelompok rasial, jadi keluarga
urban biasanya menunjukkan perbedaan nilai yang besar, meskipun secara umum
cenderung memilih pandangan social dan politik yang lebih liberal (Friedman,
1998:340).
2.2.2.1 Interpersonal
Anggota keluarga, baik secara individu atau kelompok, dapat melakukan atau
menjalankan keharusan perawatan diri yang meliputi sikap mengenai kesehatan
mereka dan kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku perawatan diri terhadap
anggota keluarganya yang memiliki masalah kesehatan. Keluarga mempengaruhi
pengenalan dan interpretasi gejala penyakit anggota keluarganya.
mencapai adaptasi dalam perubahan status kesehatannya sangat dipengaruhi oleh dari
luar dirinya yaitu keluarga dan masyarakat sekelilingnya.
2.2.2.2 Komunikasi
Komunikasi keluarga dikonsepsualisasikan sebagai salah satu dari empat
dimensi struktur dari system keluarga, beserta kekuasaan , peran dan pengambilan
keputusan serta dimensi struktur nilai. Struktur keluarga dan proses komunikasi terkait
memfasilitasi pencapaian fungksi keluarga, selain itu pola komunikasi didalam system
keluarga mencerminkan peran dan hubungan anggota keluarga.
2.2.2.3 Budaya
Orientasi atau latar belakang kebudayaan keluarga dapat menjadi variable yang
paling berhubungan dengan memahami prilaku keluarga. System nilai dan fungsi
keluarga. Karena kebudayaan menembus dan mengitari tindakan individu. Keluarga
dan social, konsekuensinya pervasive dan implikasi pada praktik menjadi luas.
Professional kesehatan harus menyadari keunikan kualitas yang khusus, bermacam
gaya hidup , struktur dalam kebudayaan keluarga, karena itu posisi budaya sangat
penting dan merupakan karakter yang unik.
PENUTUP
Praktik Keperawatan Keluarga memiliki beberapa tingkatan. Friedman, Bowden dan Jones
(2003) menjelaskan level tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
A. Level 1, keluarga menjadi latar belakang individu dan fokus pelayanan adalah individu
yang akan dikaji dan diintervensi
B. Level 2, keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya dan masalah
kesehatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan,
masingmasing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah
C. Level 3, fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub sistem dalam keluarga,
anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi
adalah hubungan ibu dan anak, hubungan perkawinan dan sebagainya
D. Level 4, pada level ini keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari
pengkajian dan perawatan. Keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang
E. Level 5, pada level ini keluarga dipandang sebagai bagian dari masyarakat. Keluarga
menjadi sub sistem dalam masyarakat
Mahasiswa pada program studi Sarjana Keperawatan hendaknya memiliki kompetensi dalam
memberikan asuhan keperawatan yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu dalam
konteks keluarga) diberikan pada individu di rumah dengan melibatkan peran serta aktif
keluarga. Berikut adalah rangkuman tingkat kemandirian keluarga yang perlu mahasiswa
identifikasi saat melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga yang diberikan:
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat I √ √
Tingkat II √ √ √ √ √
Tingkat III √ √ √ √ √ √
Tingkat IV √ √ √ √ √ √ √
Keterangan:
a. Kriteria 1: Keluarga menerima perawat
b. Kriteria 2: Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga
c. Kriteria 3: Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Kriteria 4: Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai
anjuran
e. Kriteria 5: Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
f. Kriteria 6: Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7
TUGAS 2:
Setelah selesai membaca modul Unit 2 tentang Kemandirian Keluarga, selanjutnya setiap
mahasiswa akan ditugaskan untuk melakukan identifikasi terhadap keluarganya
masingmasing menggunakan tingkat kemandirian keluarga berdasarkan 7 kriteria yang telah
dipelajari pada modul ini. Kemudian, setiap mahasiswa menuliskannya dalam beberapa slide
powerpoints untuk dipresentasikan secara online pada perkuliahan hari Kamis, 16 September
2021 pada pukul 16.00-18.00 WIB.
8
SUMBER RUJUKAN
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research
Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Sahar, J., Riyanto, & Wiarsih, W. (Editor) (2017). Panduan Asuahan Keperawatan
Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, NOC, NIC di
Puskesmas dan Masyarakat. Pengarang: Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia
(IPKKI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Sahar, J., Setiawan, A., & Riasmini, N.M. (Editor). (2019). Keperawatan Kesehatan
Komunitas dan Keluarga. Pengarang: Mary A. Nies, & Melanie McEwen. Jakarta: Penerbit
Elsevier.