Anda di halaman 1dari 4

SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)

PEMBERIAN THERAPY BLUE LIGHT PADA BAYI

Terapi sinar adalah terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubinemia


dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang mendekati kemampuan
PENGERTIAN
maksimal untuk menyerap bilirubin. Yang biasanya sering digunakan dan
paling efesien adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475 nm.

Tujuan dari fototerapi sendiri agar bilirubin dalam tubuh bayi dapat
dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu
TUJUAN
oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar
tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.

Saat ini tindakan terapi sinar dilakukan terhadap penderita:


1. Setiap saat kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%
2. Berat badan lahir yang sangat rendah, penyakit hemolitik pada
neonates
3. Pra transfuse tukar
4. Pasca transfuse tukar
INDIKASI
Terapi sinar mempunyai komplikasi relative kecil sehingga
hendaknya perlu diperhatikan tata laksananya sehingga tidak terjadi
kesalahan. Terapi sinar tidak boleh dilakukan pada penderita
hiperbilirubin direk yang disebabkan adanya gangguan hati atau
obstructive jaundice karena pada keadaan ini biasanya kadar bilirubin
tidak terlalu tinggi dan biasanya menyebabkan bayi “bronze baby
syndrome”. Terapi sinar juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan
icterus hemolysis, gangguan motilitas usus dan obstruksi usus atau
saluran cerna.
Pelaksanaan pemberian terapi sinar dan yang perlu diperhatikan
adalah pemberian terapi sinar biasanya selama 100 jam dan lampu yang
dipakai tidak melebihi 500 jam (maksimal sampai 500 jam).
Prosedur pemberian terapi blue light:
1. Baringkan bayi telanjang, hanya genetalia yang ditutup (pakaikan
popok mini saja. Agar sinar dapat merata ke seluruh tubuh)
2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya.
Dapat dengan kain kasa yang dilipat-lipat dan dibalut. Sebelumnya
katupkan dahulu kelopak matanya (untuk mencegah kerusakan
retina)
3. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah, terlentang, tengkurap setiap 6
jam(bila mungkin), agar sinar merata
PROSEDUR 4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36.5-37oC dan observasi setiap 4-
6 jam sekali, jika terjadi kenaikan suhu matikan sementara
lampunya dan bayi diberikan banyak minum, setelah 1 jam control
kembali suhunya, jika tetap tinggi hubungi dokter
5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan
meningkatkan suhu tubuh bayi
6. Pada waktu memberi minum bayi dikeluarkan, dipangku, penutup
mata buka. Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak
7. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24
jam
8. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg% atau kurang,
terapi dihentikan walaupun belum 100 jam
9. Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirubin tetap tinggi/kadar
bilirubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu
belum melebihi 500 jam digunakan. Selanjutnya hubungi dokter,
mungkin perlu transfuse tukar
10. Pada kasus icterus karena hemolysis, kadar Hb diperiksa setiap hari.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi sinar:
a. Pasang label, kapan terapi dimulai dan kapan selesainya
b. Hitung 100 jam sampai tanggal berapa sebelum digunakan cek
lampu apakah lampu semuanya menyala
c. Tempelkan pada alat terapi sinar penggunayang keberapa kali pada
bayi itu, untuk memudahkan
d. Mengetahui kapan 500 jam penggunaan.

A. TATA CARA PERAWATAN BAYI DENGAN THERAPI BLUE


LIGHT
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar yang perlu diperhatikan
tidak saja bayinya tetapi juga perlu diperhatikan perangkat yang
digunakan. Hendaknya diperiksa apakah semua lampu terpasang dengan
PROSEDUR baik dan lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk
menghindari turunnya energy yang dihasilkan oleh lampu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan bayi yaitu:
1. Usahakan agar seluruh tubuh bayi terkena sinar dengan
membuka baju bayi
2. Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya
3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak
terbaik untuk mendapat energy optimal
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam
5. Suhu bayi diukur secara berkala tiap 4-6 jam
6. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam atau sekurang-
kurangnya sama sekali dalam 24 jam
7. Hemoglobin juga diperksa berkala terutama pada penderita dengan
hemolisis
8. Perhatikan hidrasi bayi, bila perlu konsumsi cairan dinaikkan
9. Lamanya terapi dicatat bila dalam pemantauan bayi tidak terlihat
banyak perubahan dalam konsentrasi bilirubin, kemungkinan lampu
tidak efektif atau adanya komplikasi pada bayi seperti dehidrasi,
hipoksia, infeksi dan gangguan metabolic. Terapi dihentikan jika
kadar bilirubin telah normal.
B. TATA CARA PENGGUNAAN THERAPI BLUE LIGHT
Letak yang pasti terjadinya isomerisasi bilirubin sampai saat ini masih
belum jelas tapi diduga banyak terjadi di bagian perifer yaitu di kulit atau
kapiler jaringan subkutan. Oleh karena itu penyinaran yang optimal dari
bagian kulit penderita ikterus merupakan salah satu syarat berhasil
tidaknya terapi sinar pada penderita. Di samping itu efek penyinaran yang
terpenting bukanlah penyinaran dari beberapa arah melainkan jumlah
energy cahaya yang dapat menyinari kulit penderita. Pada penelitian
terbukti bahwa energy cahaya yang optimal dapat diperoleh dari
bermacam-macam lampu neon yang ada di pasaran mempunyai
gelombang sinar berkisar 350-470 nm.

PROSEDUR C. KOMPLIKASI PEMBERIAN THERAPI BLUE LIGHT


Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar, antara lain:
1. Peningkatan insensible water loss pada bayi, terutama terlihat pada
bayi kurang bulan. Kehilangan ini dapat meningkatkan 2-3 kali
dari keadaan biasa
2. Frekuensi defekasi yang meningkat. Banyak teori yang
menjelaskan keadaan ini antara lain karena meningkatnya
peristaltic usus.
3. Keasaan kulit yang disebut ‘Flea bite rash’ di muka, badan dan
ekstermitas. Akan hilang jika terapi dihentikan. Beberapa bayi
dilaporkan adanya ‘bronze baby syndrome’. Hal ini terjadi karena
tubuh tidak mampu mengeluarkan hasil terapi sinar dengan segera.
4. Gangguan retina
5. Kenaikan suhu
6. Gangguan minum, letargi, iritabilitas.

Anda mungkin juga menyukai