Anda di halaman 1dari 10

ANATOMI

Tatalaksana Hiperbilirubinemia
Pada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut:
a) Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini
kerjanya lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya
rendah dan ikterus yang terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik.
Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
b) Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme
bilirubin(misalnya menambahkan glukosa pada hipoglikemi) atau
(menambahkan albumin untuk memperbaiki transportasi bilirubin).
Penambahan albumin bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia.
Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin
jaringan ke dalam plasma. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin plasma
meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam
ikatan dengan albumin. Albumin diberikan dengan dosis tidak melebihi
1g/kgBB, sebelum maupun sesudah terapi tukar.
c) Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan
oral dini
d) Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto
yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah
larut dalam air.
e)Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar
Pada umunya, transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai
berikut:
1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≤20mg%
2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3 -1mg%/jam
3) Anemia yang berat pada neon
atus dengan gejala gagal jantung
4) Bayi dengan kadar Hemoglobin tali pusat <14mg% dan uji
Coombs direct positif
f. Menghambat produksi bilirubin. Metalloprotoporfirin
merupakan kompetitif inhibitif terhadap heme oksigenase.
Ini masi dalam penelitian dan belum digunakan secara
rutin.
g) Menghambat hemolisis. Immunoglobulin dosis tinggi secara
intravena(500-1000mg/Kg IV>2) sampai 2 hingga 4 jam
telah digunakan untuk mengurangi level bilirubin pada
janin dengan penyakit hemolitik isoimun. Mekanismenya
belum diketahui tetapi secara teori immunoglobulin
menempati sel Fc reseptor pada seretikuloendotel dengan
demikian dapat mencegah lisisnya sel darah merah yang
dilapisi oleh antibody
(Cloherty et al, 2008).
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir yang di rawat di
rumah sakit.
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1) Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat
seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.
2) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan
penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak
membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.
3) Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini
dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi
yang optimal.
4) Posisibayi sebaiknya diubah -ubah setiap 18
jam agar bagian tubuh bayi yang
terkena cahaya dapat menyeluruh.
5) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6
jam.
6) Kadar bilirubinbayi diukur sekurang-
kurangnya tiap 24 jam.
7) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala
terutama pada bayi dengan hemolisis
Komplikasi
• Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak. Pada
kern ikterus, gejala klinis pada permulaan tidak
jelas antara lain: bayi tidak mau menghisap,
letargi, mata berputar -putar, gerakan tidak
menentu kejang tonus otot meninggi, leher kaku
dan akhirnya opistotonus. Bayi yang selamat
biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran,
paralysis sebagian otot mata dan dysplasia
dentalis.

Anda mungkin juga menyukai