BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ikterus
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa
akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus
dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan
(Mansjoer, 2000:503).
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi
baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal
yang patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis,
penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya (Saifuddin, 2006:381).
Menurut Saifuddin (2006:381) ikterus fisiologis adalah :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga.
2. Tidak mempunyai dasar patologis
3. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
4. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus
5. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
Ada beberapa keadaan ikterus yang cenderung menjadi patologik :
1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir
2. Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg/ dl atau lebih setiap 24
jam
3. Ikterus yang disertai :
a. Berat lahir < 2000 gram
b. Masa gestasi < 36 minggu
c. Asfiksia, hepatomia, sindrom gawat napas pada neonatus
d. Infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f. Hipoglikemia, hiperkarbia
g. Hiperosmolaritas darah
1
2
B. Etiologi
Menurut Mansjoer (2000:503-504), etiologi ikterus yaitu :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan
b. Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit
c. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar
d. Gangguan dalam ekskresi
e. Peningkatan reabsorbsi dari saluran cerna (siklus enterohepatik)
C. Patofisiologi
Dalam prosesnya bilirubin akan ditemukan dalam 2 bentuk. Yang
pertama yang disebut bilirubin bebas (indirek), merupakan hasil pemecahan
hem yang merupakan hasil penguraian hemoglobin (zat dalam sel darah
merah). Bilirubin ini bersifat racun, sukar larut dalam air mudah larut dalam
lemak, dapat menembus lapisan pelindung otak sehingga menyebabkan
kerusakan. Yang kedua bilirubin direk yang merupakan hasil perubahan dari
bilirubin indirek di hati. Bilirubin ini mudah larut dalam air sehingga lebih
mudah dikeluarkan oleh tubuh.
Pada saat masih dalam kandungan, karena paru-paru yang belum
berfungsi, janin memiliki sel darah merah yang sangat banyak. Sel darah
merah inilah yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen dan zat makanan
dari ibu ke janin. Setelah lahir, paru-paru mulai berfungsi, sel darah merah
tak dibutuhkan lagi akan dihancurkan. Proses penghancuran ini akan
menghasilkan bilirubin.
Bilirubin yang terlalu tinggi pada keadaan tertentu dapat masuk ke
dalam otak dan menyebabkan kerusakan otak dengan gejala gangguan
pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku (Mansjoer,
2001:504).
3
D. Manifestasi klinis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar
matahari. Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin
serumnya kira-kira 6 mg/ dl atau 100 mikro mol/ L (1 mg/ dl = 17, 1 mikro
mol/ L). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis,
sederhana, dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969).
Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang
ditekan akan tampak kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing
tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar
bilirubinnya (Mansjoer, 2000:504).
E. Penilaian
Menurut Saifuddin (2006:383), penilaian ikterus secara klinis dengan
menggunakan rumus KRAMER
Daerah Luas Ikterus Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah 11
dan tungkai
4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di 12
bawah dengkul
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16
Bahaya bilirubinemia adalah kern ikterus, yaitu suatu kerusakan otak
akibat perlengkatan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus
striatum, talamus, nukleus subtalamus hipokampus, nukleus merah dan
nukleus di dasar ventrikel IV. Secara klinis pada awalnya tidak jelas, dapat
berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, malas minum,
tonus otot meningkat, leher kaku, dan opistotonus. Bila berlanjut dapat terjadi
spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot.
Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara, dan retardasi
mental (Saifuddin, 2006:383).
4
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya, pengendalian kadar bilirubin serum adalah sebagai berikut:
1. Stimulasi proses konjugasi bilirubin dengan mempergunakan
fenobarbital. Obat ini bekerjanya lambat, sehingga hanya bermanfaat
apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan
disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
2. Menambahkan bahan yang kurang dalam proses metabolisme bilirubin
(misalnya menambahkan glukosa pada keadaan hipoglikemia), atau
menambahkan bahan untuk memperbaiki transportasi bilirubin
(misalnya albumin). Penambahan albumin boleh dilakukan walaupun
tidak terdapat hipoalbuminemia. Tetapi perlu diingat adanya zat-zat yang
merupakan kompetitor albumin yang juga dapat mengikat bilirubin
(misalnya sulfonamida atau obat-obatan lainnya). Penambahan albumin
juga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin jaringan ke dalam
plasma. Hal ini mengakibatkan kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi
tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan
albumin. Albumin diberikan dalam dosis yang tidak melebihi 1 g/kgBB,
sebelum maupun sesudah tindakan transfusi tukar.
3. Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral
dini.
4. Memberikan terapi sinar sehingga bilirubin diubah menjadi isomer foto
yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut
dalam air.
5. Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar.
Menurut Saifuddin (2006:384) Indikasi Tranfusi Tukar Darah :
1. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg%.
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg% per jam.
3. Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.
4. Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji coba Coombs direk positif.
5. Ikterus disertai dengan kotoran (tinja) warna dempul, segera dirujuk.
5
TANDA- Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali,
TANDA perdarahan kulit, dan kejang-kejang)
KATEGORI
Normal Fisiologik Patologik
PENILAIAN
Daerah 1 1+2 1 sampai 4 1 sampai 5 1 sampai 5
Ikterus
(rumus
Kramer)
1-2 >3 >3 >3 >3
Kuning
hari ke :
< 5 mg% 5-9 mg% 11-15 mg >15-20 >20 mg%
Kadar
% mg%
bilirubin
PENANGANAN
Bidan Terus Jemur di matahari pagi jam -Rujuk ke
atau diberi 7-9 selama 10 menit rumah sakit
Puskesmas ASI Badan bayi telanjang, mata -Banyak
ditutup minum
Terus diberi ASI
Banyak minum
kembali mg/jam
Coomb’s
test
G. Komplikasi
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan
terjadi penyakit kern ikterus. Kern ikterus adalah suatu sindrom neurologik
yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi dalam sel-sel otak.
Kern ikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan
pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku (Mansjoer,
2000:504).
H. Pengkajian data
1. Data Subyektif
a. Biodata
Bayi mengalami ikterus fisiologis terjadi pada hari kedua dan ketiga,
ikterus patologis yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir, ikterus
klinis yang menetap setelah bayi berusia > 8 hari (pada NCB) atau 14
hari (pada NKB) (Mansjoer, 2000:503).
b. Riwayat antenatal
1) Minimal ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 4 kali , yaitu
pada setiap trimester ,sedangkan trimester akhir sebanyak dua kali
(Manuaba, 2010:129).
2) Ibu menjalani kehamilan sampai aterm (37-42 minggu)
(Pusdikakes, 1993:69).
c. Riwayat natal
Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 2000 gram,masa gestasi < 36
minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonatus, infeksi,
trauma lahir pada kepala, hipoglikemia, hiperkarbia (Mansjoer,
2000:503).
d. Riwayat postnatal
7
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum
Bayi tampak sehat, kemerahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras,
minum baik (Winkjosastro, 2007:256).
b. Tanda-tanda vital menurut Varney (2001:891) :
Suhu Aksila : 36,5-37ºC
8
I. Diagnosa kebidanan
Bayi baru lahir, jenis kelamin laki-laki/perempuan, BB < 2000 gram, PB 48-
52 dengan ikterus neonatorum. Prognosa baik/tidak
Kemungkinan masalah yang timbul pada neonatus adalah :
1. Kekhawatiran orangtua tentang perawatan bayi.
2. Potensial hipoglikemi karena gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
karena ASI belum lancar.
3. Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi.
J. Perencanaan
10
K. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dalam asuhan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan baik secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan.
Penatalaksanaan tindakan diupayakan dalam waktu yang singkat dan efektif,
hemat dan berkualitas (Depkes RI, 1995:11).
L. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan.
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang
dilakukan. (Depkes RI, 1995:11)
Dalam evaluasi harus dicantumkan juga :
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnosa yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment.
A : Asessment
Menggambarkan hasil analisa data dan interpreatasi data subyektif dan
obyektif dalam suatu identifikasi.
12
1. Diagnosa/masalah.
2. Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi
berdasarkan asessment
(Depkes RI, 1995:7-10).
13
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian data
Tanggal Pengkajian : 9 Juli 2013, pukul 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi RSUD Kota Madiun
1. Data Subyektif
a. Biodata bayi
Nama : Bayi Ny. “L”
Tanggal lahir : 7 Juli 2013, pukul 06.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 2 hari
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Anak ke : 1
b. Biodata orang tua
Istri Suami
Nama : Ny. “L” Tn. “M”
Umur : 25 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Penghasilan : - Rp.1.500.000/bulan
Umur menikah : 24 tahun 26 tahun
Lama/Berapa kali : 1 tahun/1x 1 tahun/1x
menikah
Alamat : Jl. Margo Bakti No.9, Taman, Madiun
c. Keluhan Utama
Neonatus usia 2 hari dengan ikterus
13
14
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum baik
Bayi tampak lesu dan kuning
b. Tanda-tanda vital:
S : 367ºC
N : 128x /menit
RR : 45x /menit
16
c. Pengukuran antropometri
BB : 2300 gram
PB : 45 cm
LK : 29 cm
LD : 28 cm
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Rambut warna hitam, penyebaran merata,
tidak ada benjolan abnormal, fontanella
mayor dan minor belum menutup.
2) Mata : Kedua mata simetris, konjungtiva palpebra
kuning, kuning.
3) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada sekret pada
hidung, ada pernapasan cuping hidung.
4) Mulut : Bibir basah, langit-langit dan mulosa
kekuningan, reflek hisap kuat.
5) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
maupun vena jugularis, leher terlihat
kuning.
6) Dada : Simetris, pernapasan teratur, tidak ada
wheezing dan ronchi, tidak ada tarikan
dinding dada, kuning.
7) Abdomen : Tidak kembung, tidak ada pembesaran hati,
tali pusat masih basah dibungkus kassa
steril.
8) Genetalia : Bersih, testis sudah turun.
9) Anus : Terdapat lubang anus ditandai dengan sudah
BAB.
10) Ekstremitas
Atas : Simetris, normal, jumlah jari-jari lengkap,
tidak ada kelaianan, gerak aktif, terpasang
veinflon pada tangan kiri.
Bawah : Simetris, normal, jumlah jari-jari lengkap,
17
3. Analisa data
No Diagnosa/Masalah Data dasar
1. Bayi Ny “L” usia 2 hari, DS : -
neonatus cukup bulan, DO :
lahir spontan, jenis - Jenis kelamin laki-laki, BB 2300
kelamin laki-laki dengan gram, PB 45 cm, LK 29 cm, LD 28
ikterus cm
- TTV
S : 36,70C
R : 45 x/menit
N : 128 x/menit
- Konjungtiva palpebra kuning, sklera
kuning
- Bagian kepala dan leher, badan
bagian atas kuning, tali pusat basah
- Terpasang veinflon pada tangan kiri
- Reflek rooting : +
Reflek sucking : +
Reflek swallowing : +
Reflek morro : +
Reflek grasping : +
Reflek berkedip : +
Reflek tonickneck : +
Reflek plantar : +
- Pemeriksaan laboratorium
TBil : 9,27 mg/dl
DBil : 0,35 mg/dl
IBil : 8,92 mg/dl
B. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny “L” usia 2 hari, neonatus cukup bulan, lahir spontan, jenis kelamin
laki-laki dengan ikterus, ku lemah. Prognosa baik
19
C. Perencanaan
Diagnosa : Bayi Ny “L” usia 2 hari, neonatus cukup bulan, lahir
spontan, jenis kelamin laki-laki dengan ikterus, ku
lemah.
Tujuan : - Neonatus dapat melewati masa transisi dengan normal
dan tidak terjadi komplikasi
- Ikterus teratasi
Kriteria : - Kulit bayi tidak kuning
- Kadar bilirubin dalam darah normal
- Bayi bergerak aktif, menyusu kuat
Intervensi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua
R/ Orang tua mengetahui kondisi anaknya
2. Lakukan perawatan neonatus
a. Berikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
b. Rawat tali pusat dengan membungkusnya menggunakan kassa steril
R/ Tali pusat harus tetap kering dan puput dalam 2 minggu
3. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI
R/ ASI mengandung nutrisi yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan
4. Sendawakan bayi setelah diberi ASI/PASI
R/ Menghindari terjadinya gumoh dan aspirasi pada bayi
5. Berikan penjelasan pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya bayi
R/ Agar ibu dapat mengenali tanda-tanda bahaya bayi
6. Lakukan observasi KU dan TTV
R/ Mengetahui keadaan umum bayi
7. Lakukan kolaborasi dengan tim medis
a. Lakukan foto terapi
R/ Menurunkan kadar bilirubin dalam darah
b. Berikan injeksi antibiotik
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi
20
D. Pelaksanaan
Tanggal 9 Juli 2013, pukul 10.15 WIB
Diagnosa : Bayi Ny “L” usia 2 hari, neonatus cukup bulan, lahir
spontan, jenis kelamin laki-laki dengan ikterus, ku
lemah.
Implementasi
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua atau keluarga bahwa
keadaan bayinya baik
2. Melakukan perawatan neonatus
a. Memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi (ASI/PASI)
1) ASI diberikan on demand
2) PASI diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi
Kebutuhan bayi hari kedua 80 cc/KgBB/hari
Bayi minum 8 x/24 jam
80 x 2,3 = 184 cc/hari
184 : 8 = 23 cc
Jadi kebutuhan minum bayi 23 cc setiap 3 jam
b. Merawat tali pusat dengan membungkusnya menggunakan kassa steril
dan kering
3. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya pemberian ASI pada bayi
a. ASI mengandung zat-zat penting yang dibutuhkan tubuh bayi dengan
takaran sesuai dengan kebutuhan bayi
b. ASI mengandung imunoglobulin untuk kekebalan tubuh bayi
c. ASI lebih higienis dan suhunya sudah tepat/sesuai
d. ASI dapat digunakan sebagai alternatif KB alami
4. Menyendawakan bayi setelah diberi minum ASI/PASI dan mengajari cara
menyendawakan bayi pada ibu yaitu dengan menepuk punggung bayi
5. Memberikan penjelasan pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya bayi
yaitu:
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit
b. Suhu tubuh (terlalu panas >380C atau terlalu dingin <360C)
21
c. Warna tubuh kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar
d. Saat disusui, hisapan lemah, mengantuk berlebihan
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
f. Terjadi infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat, merah,
bengkak, keluar cairan, bau busuk, pernafasan sulit.
g. Tubuh menggigil atau tangis tidak biasa, terlalu mengantuk, lunglai,
kejang.
6. Melakukan observasi KU dan TTV meliputi suhu, denyut jantung dan
respirasi
a. Suhu normal bayi 36,5-37,50C
b. Pernapasan normal bayi 40-60 x/menit
c. Denyut jantung normal bayi 120-160 x/menit
d. Tanda-tanda infeksi seperti demam, timbul pus dan berbau busuk pada
tali pusat, tali pusat kemerahan atau terjadi peradangan
7. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
a. Melakukan foto terapi
b. Memberikan injeksi antibiotik
1) Injeksi cefotaxime 2x125 mg pada jam 06.30 dan 18.30 WIB
2) Injeksi Gentamicin 1x10 mg pada jam 10.30 WIB
E. Evaluasi
Tanggal 9 Juli 2013, pukul 10.30 WIB
Diagnosa : Bayi Ny “L” usia 2 hari, neonatus cukup bulan, lahir
spontan, jenis kelamin laki-laki dengan ikterus, ku
lemah.
S : Ibu mengatakan sudah memahami dan mengerti penjelasan
petugas dan akan melaksanakannya
O : - Ibu bisa mengulangi kembali sebagian besar penjelasan
petugas
- Bayi memperoleh nutrisi yang cukup
- Bayi memperoleh terapi sesuai advice dokter
22
DAFTAR PUSTAKA