Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN SUNGSANG

RSUD BANGIL

PERIODE PRAKTIK 10 OKTOBER – 5 NOVEMBER 2022

Disusun guna memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan

DISUSUN OLEH :

RINA PTRI OKTALINDA

P17311193031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan PKK Komprehensif


Stase Perinatologi RSUD Bangil dengan Judul “Hiperbilirubinemia”
Periode Praktik 10 Oktober – 5 November 2022
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …….

Preseptor Akademik Presepti

( ) (RINA PUTRI OKTALINDA)

NIP. NIM. P17311193031


A. Definisi

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera,


kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh atau
akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam,
yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liper, sistem biliary,
atau sistem hematologic. Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana
menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin
dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml
dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari
liper, sistem biliary, atau sistem hematologic.
Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai
dengan icterus, yang dikenal dengan icterus neonatorum patologis.
Hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravasikular, sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar
terjadinya icterus, yaitu keruskaan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak (Hidayat .A, 2018 )
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera,
kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubin dalam tubuh atau
akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml 24 jam, yang menandakan
terjadinya gangguan fungsional dari liper, system biliary, atau hematologi
(Sampurna, 2020).
Hiperbilirubinemia/icterus/jaundice didefinisikan sebagai suatu kondisi di
mana kadar bilirubin meningkat dengan nilai normal yang tergantung kepada
usia gestasi atau berat lahir serta usia paska natal dalam jam dan secara klinis
membutuhkan fototerapi atau transfusi tukar. Hiperbilirubinemia tidak dapat
ditentukan dengan nilai ambang absolut. Terdapat suatu normogram yang
digunakan dalam penentuan kadar bilirubin yang memerlukan terapi.
Hiperbilirubin sering ditemukan pada bayi baru lahir cukup bulan (50-70%)
maupun bayi premature (80-90%). Meskipun kondisi ini sebagian besar
merupakan fisiologi, namun tetap saja membutuhkan deteksi dini dan
observasi ketat karena adanya potensi toksik dari bilirubin dan komplikasi
hyperbilirubinemia berat.
B. Tanda Dan Gejala
Ikterus ada dua macam, yaitu icterus fisiologis dan icterus patologis.
1. Ikterus fisiologis
Timbul pada hari kedua dan hari ketiga dan menghilang pada minggu
pertama, selambat-lambatnya adalah 10 hari pertama setelah lahir. Kadar
bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonates yang cukup bulan
dan 12,5 mg% untuk neonates yang kurang bulan, kecepatan peningkatan
kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% setiap hari, kadar bilirubin direk
tidak melebihi 1 mg%.
2. Ikterus Patologis
Ikterus ini terjadi pada 24 jam pertama, kadar bilirubin serum melebihi
10 mg% pada neonates cukup bulan dan melebihi 12,5 mg% pada
neonates yang kurang bulan, terjadi peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg
% per hari, ikterusnya menetap sesudah dua minggu pertama dan kadar
bilirubin direkk melebihi 1 mg%.
C. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam system retikuloendotelial sebagai produk akhir
dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena
sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terkait
dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu,
bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi,
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Bilirubin mengalami
peningkatan pada beberapa keaadan. Kondisi yang sering ditemukanialah
meningkatnya beban berlebih pada sel hepar, yang mana sering ditemukan
bahwa sel hepar tersebut belum berfungsi sempurna. Hal ini dapat ditemukan
apabila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, pendeknya
umur eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain,
dan atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatic. Bilirubin
diproduksi Sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian
bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan
dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan
melalui tractus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang belum sempurna,
karena belum terdapat bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak
berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam
aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi.
D. Asuhan / Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaa hyperbilirubinemia secara terapeutik :
a) Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10mg% dan
berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan
urin dengan oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin. Langkah-
langkah pelaksaan fototerapi yaitu :
1. Membuka pakaian neonates agar seluruh bagian tubuh neonates
terkena sinar
2. Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang
memantulkan cahaya.
3. Jarak neonates dengan lampu kurang lebih 40cm.
4. Mengubah posisi neonates setiap 6 jam sekali
5. Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.
6. Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau
sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.
7. Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada
penderita yang mengalami hemolis.
b) Fenoborbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase pada
pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan
albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering
dianjurkan.
c) Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak bisa ditangani dengan fototerapi atau kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg%. Langkah penatalaksanaan saat
transfuse tukar adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya neonates dipuasakan 3-4 jam sebelum ttransfusi tukar
2. Siapkan neonatus dikamar khusus.
3. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonates
4. Tidurkan neonates dalam keadaan terlentang dan buka pakaian
yang ada di daerah perut.
5. Lakukan transfuseitukar sesuai dengan protap.
6. Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat jumlah darah
yang keluar dan masuk.
7. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat.
8. Periksa kadar HB dan bilirubin setiap 12 jam.
2. Penatalaksanaan hyperbilirubinemia secara alami
a) Bilirubin Indirek
Penatalaksanaannya dengan metode penjemuran dengan sinar
ultraviolet ringan yaitu dari jam 07.00 – 09.00. Karena bilirubin
fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.
b) Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang
adekuat. Hal ini disarankan karena bilirubin direk dapat larut dalam
air, dan akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan.
3. Aplikasi Manajemen Kebidanan Pada Hiperbilirubin
a. Subjektif
1) Riwayat transfuse tukar/ terapi sinar pada bayi sebelumnya.
2) Disamping itu factor resiko kehamilan dan persalinan juga
berperan dalam diagnosis dini icterus pada bayi. Faktor resiko
tersebut antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi,
persalinan dengan Tindakan/komplikasi, obat yang diberikan
pada ibu selama hamil maupun persalinan, kehamilan dengan
diabetes melitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi
intranatal.
b. Objektif
Data objektif yang dapat diperoleh dari bayi yang mengalami
hyperbilirubinemia adalah :
1) Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, dan
ekstremitas berwarna kuning.
2) Letargi
3) Kemampuan menghisap menurun
4) Kejang
Secara klinis icterus pada neonates dapat dilihat segera
setelah lahir atau beberapa hari kemudian, icterus yang tampak
pun sangat tergantung kepada penyebab icterus itu sendiri. Pada
bayi dengan peninggian bilirubin indirek kulit tampak berwarna
kuning terang sampai jingga, sedangkan pada penderita
obstruksi empedu warna kulit agak kehijauan. Perbedaan ini
dapat terlihat pada penderita icterus berat, tetapi kadang-kadang
hal ini sulit dipastikan secara klinis karena sangat dipengaruhi
warna kulit. Penilaian akan lebih sulit apabila penderita sedang
mendapatkan terapi sinar. Selain kuning, penderita sering hanya
memperlihatkan gejala minimal misalnya tampak lemah dan
nafsu minum berkurang. Keadaan lain yang mungkin menyertai
icterus adalah anemia, pembesaran hepar, perdarahan tertutup,
gangguan nafas, gangguan sirkulasi dan gangguan syaraf.
Keadaan tadi biasanya ditemukan pada icterus berat dan
hyperbilirubinemia.
Menurut Kramer icterus dimulai dari kepala, leher dan
seterusnya. Untuk penilaian icterus, Kramer mebagi tubuh bayi
baru lahir dalam lima bagian yang dimulai dari kepala dan leher,
dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit
pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta
tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Disamping itu pula dilakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu bilirubin serum dan bilirubin direk, golongan darah dan
rhesus dari bayi dan ibu, pemeriksaan darah lengkap
(Hemoglobin, hematokrit, total, dan hitung jenis sel darah
merah), hitung retikulosit jika ada hemolisis dan tidak ada
ketidaksesuaian rhesus atau ABO, mungkin diperlukan
pemeriksaan hemoglobin elektroforesis, penapisan G6PD atau
pengujian kerentanan osmotic untuk mendiagnosis efek sel
darah merah, dilakukan didasarkan pada hari timbulnya icterus.
c. Analisa
By. X cukup bulan sesuai masa kehamilan usia …hari dengan
Hiperbilirubin
d. Penatalaksanaan
1) Memberi ASI dengan sering dan sejak dini, kurang lebih 8 kali
dalam 24 jam.
2) Melakukan pemeriksaan laboratorium pada semua pasien
dengan hiperbilirubin signifikan, fraksi bilirubin direk dan
indirek, Hb, hitung retikulosit, golongan darah, dan asupan
darah perifer.
3) Fototerapi dengan menggunakan blue light (350-470mm),
bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin indirek.
4) Selama fototerapi bayi tidak berpakaian diletakkan kira-kira
36cm sampai 40cm dibawah cahaya selama beberapa jam atau
beberapa hari sampai kadar bilirubin menurun ke nilai yang
normal.
5) Memberikan pengamanan pada bayi saat dilakkan fototerapi
sinar dengan menutup mata dengan karbon dan alat menutup
alat kelaminnya.
6) Mengatur dan mengubah posisi bayi setiap 6 jam pada saat
dilakukan terapi sinar.
7) Setelah terapi dihentikan bayi harus diperiksa Kembali pada
beberapa jam kemudian untuk memastikan bilirubin sudah
dalam kadar yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, Z. (2017). Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia
di Ruang
Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2017.
(https://pustaka.poltekkespdg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=4386&keywords=,diakses 10 November 2021)
Ihsan, Z.2017. Asuhan keperawatan pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di
Ruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017
Sampurna Mahendra Tri Arif. 2020. Modul Tata Laksana Hiperbilirubinemia.
Universitas Airlangga

Hidayat. A. 2018. Penhgantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai