Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH RADIOMETER

Dosen Pembimbing :

Moch. Prastawa Assalim Tetra Putra, ST,Msi

NIP 197710292002121004

Triana Rahmawati, ST, M.Eng


NIP 198106232002122002

Disusun Oleh :

Chandra Bimantara Putra

NIM P27838116038

3B2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK

TAHUN AJARAN 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sinar Biru merupakan sinar dengan panjang gelombang 400 – 500nm.

Sumber sinar ini biasanya berasal dari lampu neon, layar televise, serta computer.

Sinar biru ini bias menyebabkan kerusakan yang tergantung pada panjang cahaya,

intensitas serta durasi paparan, seperti gangguan penglihatan.

Dalam rangka menentukan panjang gelombang cahaya yang paling efektif

untuk menangkal kelelahan atau meningkatkan kewaspadaan, para peneliti BWH

tersebut bekerja sama dengan George Brainard, PhD, seorang profesor neurologi

di Thomas Jefferson University, mengembangkan peralatan cahaya khusus yang

digunakan dalam penelitian ini. Para peneliti membandingkan efek cahaya biru

dengan cahaya hijau terhadap kewaspadaan dan kinerja dari 16 peserta studi.

Selama 6,5 jam peserta studi menerima pancaran cahaya biru dan hijau dalam

jumlah /intensitas yang sama.

Selama periode tersebut perasaan mengantuk, waktu reaksi mereka diukur

memakai elektroda untuk menilai perubahan pola aktivitas otak selama menerima

pancaran cahaya tersebut. Para peneliti menemukan bahwa peserta yang

menerima pancaran cahaya biru secara konsisten kurang mengantuk, memiliki

waktu reaksi lebih cepat dan penyimpangan perhatian lebih sedikit selama tes

kinerja dibandingkan dengan mereka yang menerima pancaran cahaya hijau.

2
Mereka juga menunjukkan bahwa perubahan pola aktivitas otak yang menerima

pancaran cahaya biru dalam keadaan lebih waspada .

B. Tujuan

1. Blue light therapy bertujuan untuk mengendalikan kadar bilirubin serum


agar tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin
atau kernikterus.
2. Mengetahui macam – macam penyakit yang dapat ditangani dengan alat
fototerapi
3. Mengetahui fungsi Radiometer pada alat terapi fototerapi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klinis
Terapi Sinar

Terapi sinar adalah terapi untuk mengatasi keadaan


hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang
mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. Yang
biasanya sering digunakan dan paling efisien adalah sinar biru dengan
panjang gelombang 425-475 nm. Terapi sinar dilakukan selama 24 jam
atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang
batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat
dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu
oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar
tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Selain itu Blue Light Therapy atau Fototerapi merupakan terapi untuk
mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar
berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap
bilirubin.

Gambar dari Alat Blue Light Fototerapi

4
Indikasi Penggunaan Terapi Sinar
Saat ini tindakan terapi sinar dilakukan terhadap penderita :
1. Setiap saat kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%
2. Berat badan lahir yang sangat rendah, penyakit hemolitik pada
neonatus
3. Pra transfusi tukar
4. Pasca transfusi tukar
Terapi sinar mempunyai komplikasi relatif kecil sehingga hendaknya
perlu diperhatikan tata laksananya sehingga tidak terjadi kesalahan.
Terapi sinar tidak boleh dilakukan pada penderita hiperbilirubin direk
yang disebabkan adanya gangguan hati atau obstructive jaundice karena
pada keadaan ini biasanya kadar bilirubin tidak terlalu tinggi dan biasanya
menyebabkan bayi ”bronze baby syndrome”. Terapi sinar juga tidak boleh
dilakukan pada pasien dengan ikterus hemolisis, gangguan motilitas usus
dan obstruksi usus atau saluran cerna.

Tata Cara Penggunaan Terapi Sinar


Letak yang pasti terjadinya isomerisasi bilirubin sampai saat ini masih
belum jelas tapi diduga di banyak terjadi di bagian perifer yaitu di kulit
atau kapiler jaringan subkutan. Oleh karena itu penyinaran yang optimal
dari bagian kulit penderita ikterus merupakan salah satu syarat berhasil
tidaknya terapi sinar pada penderita. Di samping itu efek penyinaran yang
terpenting bukanlah penyinaran dari beberapa arah melainkan jumlah
energi cahaya yang dapat menyinari kulit penderita. Pada penelitian
terbukti bahwa energi cahaya yang optimal dapat diperoleh dari
bermacam-macam lampu neon yang ada di pasaran mempunyai
gelombang sinar berkisar 350-470 nm.

5
Tata Cara Perawatan Bayi dengan Terapi Sinar
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar yng perlu diperhatikan tidak
saja bayinya tetapi juga perlu diperhatikan perangkat yang digunakan.
Hendaknya diperiksa apakah semua lampu terpasang dengan baik dan
lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
Bila dalam pemantauan bayi tidak terlihat banyak perubahan dalam
konsentrasi bilirubin, kemungkinan lampu tidak efektif atau adanya
komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia, infeksi dan gangguan
metabolik. Terapi dihentikan jika kadar bilirubin telah normal.

Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:

1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin
dengan membuka pakaian bayi
2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel
reproduksi bayi.
3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak
yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi
yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan
hemolisis.
8. Pengawasan nutisi/ASI

6
Komplikasi

Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar, antara lain :

1. Peningkatan insensible water loss pada bayi. Terutama terlihat pada


bayi kurang bulan. Kehilangan ini dapat meningkat 2-3 kali dari
keadaan biasa
2. Frekuensi defekasi yang meningkat. Banyak teori menjelaskan keadaan
ini karena meningkatnya peristaltik usus.
3. Kelainan kulit yang disebut ‘flea bite rash’ di muka, badan dan
ekstremitas.
4. Akan hilang jika terapi dihentikan. Beberapa bayi dilaporkan adanya ‘
bronze baby syndrome’. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan hasil terapi sinar dengan segera.
5. Gangguan retina.
6. Kenaikan suhu.
7. Gangguan minum, letargi, iritabilitas

2.2 Penyakit
Ikterus

Penyakit yang dapat diatasi dengan alat blue light fototerapi yaitu
adalah penyakit Ikterus, Penyakit Ikterus adalah gambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk
akhir katabolisme hemeyaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus
akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5mg/dL (Cloherty, 2004).
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis „jaune‟ yang
berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sclera mata atau
jaringan lainnya (membrane mukosa) yang menjadi kuning karena
pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah.
Sedangkan Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi
yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sclera akibat
akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis

7
akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7
mg/dL. Ikterus selama usia minggu pertama terdapat pada sekitar60%
bayicukupbulandan 80% bayi preterm.(IDAI, 2010).
Definisi Ikterus Pada Neonatus Menurut Asrining Surasmi
(Perawatan Bayi Risiko Tinggi:2003) Ikterus adalah warna kuning yang
dapat dilihat pada sclera, selaput lender, kulit, atau organ lain akibat
penumpukan bilirubin. Ikterus adalah keadaan transisional normal yang
mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan
progesif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga
(Myles:2009).

Penyinaran bayi penderita Ikterus dengan Fototerapi blue light

Ikterus neonatorum sendiri terbagi menjadi dua, yaitu :


1. Ikterus Fisiologis :
 Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang
setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.
 Tidak mempunyai dasar patologis
 Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak) tidakmelewati 12
mg/dL pada neonates cukup bulan dan 10 mg/dL pada kurang
bulan.
 Kadar bilirubin direk( larutdalam air) kurangdari 1 mg/dL.

8
 Kecepatan peningkata nkadar bilirubin tak melebihi 5 mg/dL per
hari.
 Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
 Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus
 Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
 Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

2. Ikterus patologis adalah :


 Ikterus yang terjadipada 24 jam pertama
 Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonates cukup
bulan atau> 10 mg% pad aneonatus kerang bulan
 Kadar bilirubin direkmelebihi 1 mg/dL.
 Ikterusdenganpeningkatankadar bilirubin > 5 mg% per hari.
 Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan
pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak
mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus
(ensefalopatibiliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak. (Sarwono, 2008).

2.3 Teknologi Terbaru

Pada penelitian terdahulu dilaporkan bahwa terapi sinar dengan


mempergunakan kekuatan 400-500 nm secara invitro dapat menimbulkan
dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sukar larut dalam
air menjadi senyawa dipirol yang larut dalam air. Perubahan kimiawi yang
terjadi dianggap karena adanya oksidasi dari bilirubin indirek sehingga
pada terapi sinar perubahan yang terjadi pada ikterus tersebut adalah
akibat foto oksidasi. Tetapi kenyataan yang terjadi ialah dengan ditemukan
penurunan kadar bilirubin darah yang tidak sebanding dengan jumlah

9
dipirol yang terjadi. Selain itu juga ditemukannya peninggian kadar
bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum.
Radiometri adalah ilmu pengukuran radiasi elektromagnetik.
Spektrum yang lebih luas yang dicakup oleh ilmu radiometri didasarkan
pada konstanta fisik. Sifat-sifat yang dapat diperhatikan adalah kekuatan
pemancaran dan distribusi spasial dan sudutnya.
Keempat konsep dasar adalah:
1. Flux Radiasi
2. Intensitas Radiasi
3. Radiance
4. Irradiance

Radiant flux adalah kekuatan pancaran total yang dipancarkan dari


sumber atau diterima oleh permukaan. Radiant flux juga dapat
didefinisikan sebagai laju aliran energi radiasi melalui area tertentu atau
keluar dari sudut solid tertentu. Satuan Internasional yg digunankan pada
Radiant Flux adalah Watt.

Radiant Intensity didefinisikan sebagai kepadatan sudut radiasi


yang diarahkan dari sumber. Intensitas radiasi pada sudut arah tertentu
adalah jumlah daya yang terkandung dalam semua sinar (kerucut) yang
dipancarkan ke arah itu oleh seluruh sumber (contoh daya per satuan sudut
solid). Satuan Internasional yg digunankan pada Radiant Flux adalah
Watt/Sterradian atau Watt/sr.

Irradiance atau iradiasi meruoakan ukuran dari radiant fluks pada


permukaan objek ( lux radian per luas penampang). Satuan Internasional
yg digunankan pada Radiant Flux adalah Watt/meter persegi atau Watt/m2,
juga biasa digunakan µWatt/cm2

Radiance adalah ukuran intensitas radiasi total per luas penampang


area proyeksi Satuan Internasional yg digunankan pada Radiant Flux
adalah Watt/meter persegi x Sterradian atau (Watt/m2)Sr.

10
Radiometer umumnya digunakan untuk mengukur jumlah energi
elektromagnetik yang ada dalam rentang panjang gelombang tertentu.
Pengukuran dinyatakan dalam Watt (W) yang merupakan unit pengukuran
untuk daya. Radiometer biasanya digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur jumlah energi di luar spektrum cahaya yang terlihat dan
digunakan untuk mengukur sinar ultraviolet (UV) atau inframerah (IR).

Sementara Radiometer adalah alat pengukur level energi dalam


kisaran panjang gelombang tertentu, yang disebut channel. sumber lain
menjelaskan bahwa Radiometer adalah instrumen yang digunakan sebagai
suatu sistem yang dirancang khusus untuk merekam beberapa band dengan
batas tertentu sesuai dengan target utama yang ingin diketahui
karakteristik spektralnya, instrumen ini sangat sensitive terhadap
variasi radiasi eloktromagnetik dan alat ini dapat mengukur tingakatan-
tingkatan energi di dalam jangkauan panjang gelombang tertentu
baik channel, band dan kanal. PJ mustispektral menggunakan radiometer
yang berupa deretan banyak sensor yang masing-masing peka terhadap
sebuah channel atau band dari panjang gelombang tertentu data spektral
yang dihasilkan dari suatu target berada dalam kisaran level energi yang
ditentukan.

Blok diagram dari alat Radiometer

11
Contoh alat radiometer :

 Display
 Tombol ON/OFF
 Tombol START
 Cable
 Sensor

Radiometer yang diapasang pada alat blue light atau alat tertentu
akan mengukur level radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan dari
permukaan tertentu.atau permukaan kulit. Karena masing jenis permukaan
benda dan tipe partikel pada benda atau kulit mempunyai karakteristik
spektral yang khusus maka data ini bisa dipakai untuk
menyediakan informasi mengenai sifat target. Pada permukaan yang rata,
hampir semua energi dipantulkan dari permukaan pada satuarah.
Sedangkan pada permukaan kasar, energi dipantulkan hampir merata ke
semua arah.

Contoh – contoh perkembangan teknologi terbaru dari alat Radiometer :


DALE40 Radiometer Phototherapy
memberikan pengukuran iradiasi secara terus menerus hanya dengan
menempatkan probe deteksi di bawah lampu fototerapi (hanya lampu neon).
Pengukuran cahaya sesuai dengan respon persen yang diberikan kurva
karakteristik panjang gelombang.
 LCD, Baterai
 Akurat hingga skala ± 5%
 Kisaran spektral 429-473 nm
 Portable

12
THOR RADIOMETER PHOTOTHERAPY (Merk THOR)
 Memungkinkan untuk menyesuaikan jenis fototerapi yang diterapkan -
lampu halogen, lampu fluorescent, super LED
 Dilengkapi dengan probe opsional: suhu dan kelembaban udara,
konsentrasi oksigen, tingkat pancaran
 Dilengkapi dengan sebuah case tambahan

Radiometer - Model 22 Bili-Meter ™ dengan Sensor Tipe B-22 (Merk


Olympics)
Radiometer untuk mengukur iradiasi dari cahaya lampu phototherapy
Fitur yang ada yaitu
 Menggunakan baterai
 Menggunakan tampilan digital yang besar dan mudah dibaca.
 Fitur utama adalah mempertahankan memori hasil pengukuran pada
pembacaan terakhir
 Instrumen disertifikasi untuk standar NIST bersertifikat pabrik

13
Radiometer harus dikalibrasi agar sesuai dengan kondisi
pengukuran. Bahkan mungkin perlu memiliki lebih dari satu faktor
kalibrasi untuk kombinasi detektor / filter yang sama.
Untuk sebagian besar aplikasi, bidang pengukuran horizontal dan
diffuser yang dikoreksi kosinus dipasang di bagian depan rakitan detektor.
Jika permukaan kerja tidak horisontal maka menempatkan detektor pada
atau sejajar dengan meja kerja untuk mendapatkan hasil pengukuran
iradiasi yang lebih representatif.
Dan Perhatikan bahwa semua sumber cahaya di atas detektor akan
berpengaruh pada pengukuran. Sumber mungkin jelas, lampu atau jendela
atau bahkan dinding atau permukaan yang memantulkan cahaya lainnya.
Berhati-hatilah untuk tidak membayangi detektor selama semua
pengukuran. Untuk pengukuran rutin lampu fototerapi, perlu mencatat
jarak ke lampu, posisi detektor terhadap lampu dan orientasi detektor.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Terapi sinar adalah terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia
dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang mendekati kemampuan
maksimal untuk menyerap bilirubin. Yang biasanya sering digunakan dan paling
efisien adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475 nm. Terapi sinar
dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah
kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi
dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh
organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus
meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Selain itu Blue Light Therapy atau Fototerapi merupakan terapi untuk
mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar berenergi
tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin.
Radiometer yang diapasang pada alat blue light atau alat tertentu akan mengukur
level radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan tertentu.atau
permukaan kulit. Karena masing jenis permukaan benda dan tipe partikel pada
benda atau kulit mempunyai karakteristik spektral yang khusus maka data ini bisa
dipakai untuk menyediakan informasi mengenai sifat target. Pada permukaan
yang rata, hampir semua energi dipantulkan dari permukaan pada satuarah.
Sedangkan pada permukaan kasar, energi dipantulkan hampir merata ke semua
arah.

15
REFERENSI BACAAN

1. Sikkahoder.blogspot.co.id/2012/02/tranfusi-tukar-dan-terapi-sinar-html,
2. https://anakuya.wordpress.com/tag/persalinan/
httpa://diagnaya.wordpress.com/2007/04/05/kapan-bayi-kuning-perlu-terapi/
3. www.academia.edu/8779832/BAB_I_ikterus
4. download.Portalgaruda.org/article.php?article=80368&val=4892,
5. Repository,usu.ac.id/bitstream/123456789/41185/4/chapterII.pdf,
6. Materi.paksyaf.blogspot.co.id/2015/03/ikterus-kuning-pada-bayi-html,
7. https://www.scribd.com/doc/217773265/Paper-Blue-Light-Therapy
8. http://www.academia.edu/15690578/citra_satelit
9. https://id.wikipedia.org/wiki/Radiometer

16

Anda mungkin juga menyukai