Anda di halaman 1dari 8

JOB SHEET

NAMA PERASAT : PERAWATAN BAYI IKTERUS DENGAN LIGHT TERAPI


MATA KULIAH : ASKEB NEONATUS, BBL, BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH
WAKTU : 150 MENIT

A. DAFTAR PUSTAKA
1. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan:Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
2. Dewanto, George, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC
3. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta:
EGC

B. OBJEK PRILAKU MAHASISWA


1. Mahasiswa dapat menyiapkan alat untuk perawatan bayi ikterus dengan light terapi
dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada pada jobsheet.
2. Mahasiswa dapat melakukan perasat untuk perawatan bayi ikterus dengan light terapi
dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada pada jobsheet.

C. PETUNJUK
1. Baca dan pelajari lembar kerja
2. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secara ergonomis
3. Ikuti petunjuk yang ada pada jobsheet
4. Bekerja secara hati-hati dan teliti

D. KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosedur pekerjaan
2. Gunakan tempat yang hangat dan bersih
3. Bertindak lembut pada saat melakukan tindakan
4. Observasi kondisi pasien secara kontiniu
5. Perhatikan keadaan umum klien
6. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan penggunaannya
7. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas
E. TEORITIS
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada putih mata (sklera) dan kulit bayi
baru lahir. Warna kuning itu pertanda terjadinya penumpukan bilirubin, yaitu senyawa
hasil pemecahan sel darah merah, bisa karena sel darah merah sudah tua atau ada proses
penghancuran yang abnormal. Semasa dalam kandungan, bilirubin dikeluarkan melalui
plasenta ibu.Setelah lahir, bayi harus mengeluarkannya sendiri.Pengeluaran bilirubin oleh
bayi memerlukan fungsi hati yang sempurna dan makanan dalam usus yang
membawanya keluar sebagai feses.
Kadar bilirubin yang normal bergantung pada usia bayi. Contohnya, kadar
bilirubin 12 mg/dl pada bayi kurang dari 24 jam adalah abnormal. Tetapi kadar tersebut
pada bayi cukup bulan usia 3 hari adalah normal.
Bila bayi tampak kuning, perlu diperiksa kadar bilirubin untuk menentukan
apakah kadarnya masih normal atau sudah abnormal sehingga perlu terapi. Dianggap di
atas normal bila kadar biliburin lebih dari 12 mg/dl. Bila kadar bilirubin di atas normal,
dokter akan melakukan terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut. Terapi ini dilakukan
di rumah sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang memancarkan spektrum cahaya
biru dengan panjang gelombang tertentu (ukurannya sekitar 450 nanometer).
Fungsi terapi sinar biru ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang
larut dalam air sehingga dapat  dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi menjalani
terapi sinar biru tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari. Bila kadar
bilirubin 12-15 mg/dl, terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila kadarnya mencapai 15-20
mg/dl terapi dilakukan selama 3-4 hari.
Tranfusi darah, Bila kadar bilirubin bayi baru lahir di atas 20 mg/dl, dokter akan
malakukan transfusi darah untuk menukar darah bayi. Karena, bilirubin yang sangat
tinggi berisiko tinggi masuk ke dalam otak sehingga terjadi gangguan pada otak dan
kualitas perkembangan bayi.

Gejala kuning:
- Kulit, selaput lendir (gusi, mata) berwarna kuning.
- Bayi rewel, mengantuk, lemas.
- Kurang aktif menyusu.
- Urin berwarna kuning tua (pekat)

Penilaian derajat klinis ikterus :


- Derajat I : apabila warna kuning dari kepala sampai leher
- Derajat II : apabila warna kuning dari kepala, badan sampai dengan umbilikus
- Derajat III : apabila warna kuning dari kepala, badan, paha sampai lutut
- Derajat IV : apabila warna kuning dari kepala, badan, ekstremitas sampai
pergelangan tangan dan kaki
- Derajat V : apabila warna kuning dari kepala, badan, semua ekstremitas sampai
ujung jari

IKTERUS FISIOLOGIS
- Ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara  hari ke 2-4 dan
menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir
- Kadar bilirubin indirec tidak melebihi 10mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12 mg/dL
untuk neonatus lebih bulan
- Kecepatan Peningkatan kadar bilirubin serum tidak melebihi 5mg/dL perhari

IKTERUS PATOLOGIS
- Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
- Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam

- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau sepsis)
- Kadar bilirubin direc < 2mg/dL

- Ikterus yang disertai oleh:      


- Berat lahir <2000 gram

- Asfiksia, hipoksia
- Infeksi

- Trauma lahir pada kepala


- Hipoglikemia, hiperkarbia

- Hiperosmolaritas darah
- Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (padaNCB) atau >14 hari (pada
NKB).
- Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL

Cara terapi:
- Bayi dalam box disinar dari jarak 10 – 23,5 cm dengan intensitas cahaya yang bisa
digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 nm
- Saat diterapi, mata bayi ditutup dengan kain kassa, agar retinanya aman.
- Selama menjalani terapi, bayi harus sering disusui karena ASI efektif dalam
melancarkan proses buang air kecil dan buang air besar, dan bayi terhindar dari
dehidrasi akibat efek panas sinar biru tersebut.
- Belum ditemukan efek negatif dari terapi sinar biru terhadap kesehatan bayi bila
dilaksanakan dengan tepat.Terapi sinar biru masih dianggap aman dan tidak mahal.
F. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Bak instrumen
2. Gunting
3. Thermometer
4. Plester/hypafiks
5. Tissue
6. Nierbeken
7. Penutup mata
8. Penutup kemaluan bayi (pampers)
9. Pakaian bayi
10. Phantom bayi
11. Bola lampu neon/pijar
12. Set inkubator/Box baby

G. PROSEDUR TINDAKAN

No Tindakan Keterangan
1. Mengucapkan Bismillahirrohmanirrohiim
2. Memberikan informed consent, memberitahu dan
menjelaskan pada ibu atau keluarga tentang tujuan dan
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Melakukan anamnesis (riwayat ikterus pada anak
sebelumnya, riwayat penyakit ibu/keluarga, penggunaan
obat-obatan selama kehamilan, infeksi maternal dan
trauma persalinan)
4. Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis
5. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan,
bila perlu dibawah lampu (30◦C-38◦C)

6. Mencuci tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan


handuk

7. Membuka baju bayi, tempatkan bayi dalam keadaan


telanjang (35-50 cm) dibawah sinar lampu. Jarak ini
dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi
yang optimal.
8. Pasang penutup mata bayi dan tutup alat kemaluan
dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar
tidak membahayakan retina mata dan alat reproduksi bayi
9. Posisikan bayi terlentang agar bagian tubuh bayi terkena
cahaya dan rubah posisi bayi miring kanan/kiri (diubah
setiap 3 jam) agar penyinaran menyeluruh
10. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung Fluorescent
berfungsi dengan baik serta catat tanggal penggantian
tabung dan lama penggunaan tabung tersebut
11. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI
sekurang-kurangnya setiap 3 jam

12. Bila menerima cairan per IV atau ASI tingkatkan volume


cairan sebanyak 10 % volume total per hari selama bayi
masih diterapi sinar, tutupi cairan infus dengan plastik
hitam saat diterapi sinar
13. Bila bayi terpasang NGT dan infus jangan pindahkan bayi
dari terapi sinar
14. Perhatikan selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja
bayi bisa menjadi lembek dan berwarna kuning
15. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk
melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan didalam
unit terapi dasar
16. Mengukur suhu bayi melalui aksila per 3 jam dan
mengukur kadar bilirubin bayi sekurang-kurangnya tiap
24 jam
17. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13
mg/dl, matikan lampu fototerapi (blue light)
18. Informasikan keadaan umum bayi pada ibu dan keluarga
dan ajarkan penilaian ikterus apabila bayi bertambah
kuning agar segera dibawa ke RS
19. Rapikan bayi dan bereskan alat

20. Mencuci tangan keseluruhan dengan sabun cair serta


mengeringkan dengan handuk

21. Setiap tindakan didokumentasikan (tulis apa saja tindakan


di buku rawatan/ status)

22. Mengucapkan Alhamdulillahirobbil alamiin

Kuning pada bayi baru lahir (neonatal jaundice) adalah timbulnya warna kuning pada kulit dan
jaringan tubuh lain pada bayi.
Menurut dokter spesialis anak Nita Ratna Dewanti dari Rumah Sakit Premier Bintaro, kuning
terjadi jika kadar bilirubin lebih dari 5 miligram/dL. Bilirubin merupakan hasil penguraian sel
darah merah.

”Kuning fisiologis terjadi karena bayi harus mengurai sel darah merah dari ibu. Ketika dalam
kandungan, pasokan darah yang membawa zat gizi dan oksigen dikembalikan ke tubuh ibu.
Setelah bayi dilahirkan, sel darah merah harus diurai sendiri. Bilirubin diolah di hati, kemudian
dibuang lewat usus dan ginjal (bersama tinja dan air kemih, Red). Hati bayi belum berfungsi
sempurna, akibatnya banyak bilirubin menumpuk dalam darah bayi dan menimbulkan warna
kuning

Sel darah merah pada bayi baru lahir juga relatif tinggi. Hal itu terlihat dari kadar hemoglobin
(Hb) bayi yang umumnya 20 g/dL, padahal Hb orang dewasa sekitar 12 g/dL. Kadar bilirubin
sampai 12 mg/dL pada bayi baru lahir masih dianggap normal. Bayi tidak perlu diberi apa-apa,
cukup dijemur pada pagi hari serta banyak diberi air susu ibu (ASI). Meskipun demikian, bayi
tetap harus dipantau.

Kapan diwaspadai

Kadar bilirubin perlu diwaspadai jika sudah meningkat menjadi lebih dari 12 mg/dL. Pada
kondisi ini bayi perlu mendapatkan fototerapi. Yaitu penyinaran dengan sinar biru berpanjang
gelombang 420-448 nanometer untuk mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin.

Fototerapi cukup aman. Efek samping dari fototerapi relatif ringan. Yaitu berupa kulit kering,
dehidrasi ringan, kemerahan (rash) pada kulit bayi yang sensitif, serta diare ringan. Agar bayi
tidak silau dan terganggu, mata bayi perlu ditutup.

Kadar bilirubin di bawah 20 mg/dL biasanya tidak berakibat fatal. Namun, orangtua harus
waspada. Jika kadar bilirubin sudah lebih dari 25 mg/dL, fototerapi tidak cukup. Bayi perlu
mendapat transfusi tukar darah (exchange transfusion) beberapa kali. Transfusi tukar adalah
suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan memasukkan darah donor untuk
mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi
konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien. Pada hiperbilirubinemia, transfusi tukar
dilakukan untuk menghindari terjadinya kern icterus.

Pada kadar bilirubin lebih dari 30 mg/dL biasanya bayi sulit tertolong. Bilirubin meracuni mata
yang bisa berakibat kebutaan, pada telinga berakibat ketulian, dan pada otak ditandai kejang
karena bayi mengalami enselopati akibat bilirubin (kernicterus). Kondisi ini bisa menimbulkan
kecacatan, penurunan kecerdasan pada anak, bahkan kematian.

Kuning biasanya terjadi setelah 2-4 hari bayi dilahirkan. Saat itu, sel darah merah mulai diurai
untuk digantikan dengan sel darah merah baru. Kadar bilirubin akan meningkat, kemudian
berangsur-angsur turun dalam dua minggu sampai sebulan.

Jika kuning sudah terlihat di hari pertama, demikian Nita, bayi perlu pemeriksaan intensif karena
dikhawatirkan kuning yang terjadi bersifat patologis, yaitu akibat infeksi atau penyakit lain.
Misalnya, penyakit hemolitik (penguraian sel darah merah yang tidak normal), infeksi virus
(toksoplasma, rubela, campak), penyakit metabolik, serta tersumbatnya kantong empedu.

Gejala kuning bisa dilihat pada wajah dan bagian tubuh lain, pada kulit jika ditekan berwarna
kuning, ataupun bagian putih mata bayi menjadi kuning. Pada kadar bilirubin tinggi, bayi akan
mengalami demam, menjadi loyo, dan tidak bernafsu minum susu.

Jenis penyebab
Menurut situs kidshealth.org, jenis kuning pada bayi selain fisiologis, juga akibat lahir prematur.
Batas aman kuning pada bayi prematur adalah kurang dari 10 mg/dL. Lebih dari itu harus segera
diatasi agar tidak menimbulkan komplikasi.

Selain itu, kuning bisa disebabkan oleh masalah pada pemberian ASI (breastfeeding jaundice).
Hal ini biasanya terjadi pada bayi lahir lewat operasi caesar karena ibu kurang memproduksi
ASI. Kuning juga bisa terjadi akibat ASI (breastmilk jaundice). Yakni, jika ASI mengandung
hormon progesteron yang mengganggu proses penguraian bilirubin. Keberadaan enzim liprotein
lipase pada ASI juga bisa meningkatkan kadar bilirubin. Dalam kondisi ini, ASI bisa terus
diberikan. Akan tetapi, jika kenaikan kadar bilirubin terlalu cepat, ASI bisa dihentikan
sementara. Hal lain, perbedaan golongan darah ibu dan bayi bisa pula menimbulkan kuning.

Meski kuning pada bayi tidak perlu dikhawatirkan, orangtua tetap perlu memantau kondisi bayi.
Bayi perlu segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan jika kuning terjadi pada hari pertama
kelahiran, kuning pada bayi makin nyata, dan kondisi bayi loyo, serta demam lebih dari 37,8
derajat celsius.

Dengan kewaspadaan orangtua, kuning pada bayi menjadi tak berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai