Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN

PENANGGULANGAN
BENCANA

DR.DR.PRAMBUDI R, SPAK
SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
Latar Belakang

Mendadak
Dampak
Tidak terencana
Pola kehidupan
Perlahan tetapi normal
berlanjut Kerusakan
ekosistem

Bencana
...latar belakang

Gempa, Tsunami

Alam

Gunung meletus,
Badai
Penyebab

Bencana
transportasi,
Ulah manusia
teknologi,
terorisme
...latar belakang

Beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia:


Tsunami Aceh pada tahun 2004 di Aceh
Gempa bumi di Sumatera Barat tahun 2009
Gempa di Yogyakarta tahun 2006 dan 2010
Banjir di Wasior tahun 2010
...latar belakang

Respons dan Menolong dan


koordinasi penyelamatan
Bencana
yang cepat korban
dan efektif bencana
...latar belakang

Secara anatomi,
fisologis, Pedoman
Korban anak paling psikososial lebih penanggulangan
menderita rentan mengalami bencana khusus
gangguan saat anak belum ada
bencana

IDAI Konsisten memberikan bantuan


medis dan logistik kepada korban bencana
...latar belakang

Dasar pemikiran keterlibatan IDAI dalam penanggulangan


bencana:
1. Konvensi Hak Anak PBB (1989) diratifikasi dengan
Keppres No. 36/1990
2. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
4. UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
5. Keputusan Menkes RI No. 28/Menkes/SK/I/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik
Korban Bencana
6. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IDAI
7. Renstra IDAI 2009-2015
...latar belakang

Penanggulangan Efektif dan


bencana dan efisien
bantuan

Pedoman khusus Kontribusi tepat


bagi pengurus sasaran dan
dan anggota IDAI optimal

Tim IDAI Peduli


Bencana
Ruang Lingkup

Tahapan manajemen bencana mencakup:


1. Mitigasi / pencegahan
2. Kewaspadaan
3. Tanggap darurat
4. Pemulihan
Mitigasi / pencegahan

Langkah pro-aktif untuk membuat sistem yang


bertujuan mengurangi dampak kerugian akibat
bencana:
Membuat pediatric risk assessment dan
mengidentifikasi lokasi anak-anak biasa
berkumpul
Meningkatkan pengetahuan tenaga medis melalui
pelatihan pertolongan pertama pada populasi
Kerjasama lintas sektoral dengan bidang terkait
Kolaborasi dengan LSM bidang kemanusiaan
Kewaspadaan

Tahapan ini digambarkan sebagai persiapan


pra- bencana yang bertujuan untuk
meningkatkan response-time apabila terjadi
bencana.
Pada tahapan ini, dilakukan:
Optimalisasi kapabilitas penanggulangan
bencana melalui perencanaan, pelatihan, dan
simulasi
Memastikan ketersediaan perlengkapan, obat-
obatan, dan peralatan yang sekiranya diperlukan
dalam keadaan darurat
Tanggap darurat

Tahapan ini bertujuan mencegah dan


mengurangi kematian atau kesakitan yang
berlebihan.
Tujuan ini harus dicapai oleh tim yang datang
ke lokasi bencana pada hari ke-1 sampai
dengan hari ke-7 pascabencana.
Upaya yang melibatkan mobilisasi tenaga
emergency yang dibutuhkan untuk memberi
pertolongan pertama, seperti tenaga medis,
polisi, militer, dan tenaga sukarelawan.
Pemulihan

Semua upaya yang untuk membangun kembali


daerah atau tempat yang terkena bencana
sehingga keadaanya menjadi seperti semula
atau bahkan lebih baik dibandingkan sebelum
bencana.
Tahap pemulihan pemulihan psikologis anak
di daerah bencana.
Tahapan ini harus dicapai oleh tim berikutnya
yang turun ke lokasi bencana setelah hari ke-7
pascabencana.
Peran dokter spesialis
anak saat bencana
Berperan penting dalam penanganan bencana,
khususnya terhadap korban anak-anak,
keluarga, dan komunitasnya
Ahli yang paling kompeten serta menguasai
berbagai permasalahan tentang anak, tidak
terkecuali saat terjadi bencana meningkatkan
kompetensi dan ilmunya
Berperan aktif di berbagai lini, mulai dari triase
sampai tata laksana pasien anak korban
bencana
Saat Anak Dokter
bencana Tergantung spesialis anak
Orang dewasa dukungan dan Memberikan
pertolongan informasi yang
aktif mencari
pertolongan Dukungan dan tepat yang
bimbingan berhubungan
kemampuan dengan
survival bencana
Informasi yang berhubungan
dengan bencana
1. Kebutuhan apa saja dan obat-obat darurat apa
yang perlu disiapkan saat terjadi bencana
2. Pengetahuan survival dasar
3. Memberikan modul atau training terhadap
anggota keluarga
4. Informasi terkini mengenai manajemen
bencana dapat diperoleh
Rekomendasi
penanggulangan bencana
Partisipasi dan kontribusi dokter spesialis anak
dapat berupa:
1. Berperan aktif menyampaikan kepentingan
anak-anak pada rancangan perencanaan
penanggulangan bencana yang dibuat
pemerintah
2. Meningkatkan pengetahuan tentang tata
laksana bencana pada anak
3. Ikut ambil bagian di komunitas lokal dan
program penanggulangan bencana yang
diadakan oleh rumah sakit
4. Bekerja sama dengan sekolah dan tempat
penitipan anak dalam mengembangkan
program penanggulangan bencana
5. Berpartisipasi dalam pendataan jenis penyakit
dan melaporkannya ke dinas kesehatan
setempat
6. Memberikan petunjuk dan arahan bagi
relawan dan tim pemberi bantuan lainnya,
untuk memastikan bahwa mereka telah
memiliki kemampuan untuk merawat anak-
anak
Hal penting pada manajemen bencana adalah tentang
masalah keamanan anak di pusat pelayanan kesehatan
Persiapan yang harus dilakukan adalah:
1. Mengembangkan pediatric tracking system
2. Mengembangkan protokol yang dapat secara cepat
mengidentifikasi dan melindungi anak-anak korban
bencana
3. Mengembangkan dokumen khusus identitas anak
korban bencana agar dapat dipertemukan dengan
orangtua atau pengasuhnya.
4. Menyediakan pediatric safe area
5. Menyiapkan koordinator pediatric safe area di area
tersebut.
Gangguan stress
pascatrauma
Trauma didefinisikan sebagai kejutan emosional
akibat suatu kejadian yang mengejutkan,
menakutkan, dan mengancam jiwa
Trauma dibagi menjadi :
Trauma fisik
Trauma mental
Bencana alam merupakan salah satu
pengalaman traumatik yang memiliki efek yang
sangat besar terhadap anak dan remaja dan
membutuhkan penanganan khusus karena
dapat mengalami gangguan mental pada jangka
panjang.
Anak-anak menunjukkan reaksi yang berbeda
sesuai dengan usianya.
Reaksi terhadap pengalaman traumatis dibagi
menjadi empat fase, yaitu :
1. Gangguan stres akut
2. Gangguan stres pascatrauma akut
3. Gangguan pascatrauma kronis
4. Gangguan pascatrauma awitan lambat
Usia 0 2 tahun

Belum dapat mengekspresikan perasaannya


secara lisan, meski demikian memori visual,
audio yang berkaitan dengan kejadian
traumatis tersebut akan terpatri dalam
ingatannya
Anak-anak ini biasanya menjadi gelisah,
rewel, dan selalu ingin dipeluk
Reaksi mereka sangat berkaitan dengan
respons orangtua maupun pengasuh
Usia pra sekolah, <5
tahun
Anak merasa tidak berdaya karena ketidakmampuan
untuk melindungi diri sendiri, akibatnya mereka
merasa ketakutan dan tidak aman.
Belum mengerti konsep kehilangan permanen, dan
saat bermain cenderung mengingat-ingat kejadian
traumatis yang dialaminya.
Gangguan tidur dan mimpi buruk, mengeluh sakit
perut, sakit kepala, dan keluhan somatik lainnya
tanpa dijumpai kelainan pada pemeriksaan fisis.
Penurunan ataupun peningkatan nafsu makan.
Dapat berlangsung hingga berminggu-minggu
pascabencana.
Usia sekolah, 6-11
tahun
Sudah mengerti konsep kehilangan secara
permanen
Sering mengulang-ulang detil kejadian bencana
menyebabkan gangguan di sekolah yang
berujung pada penurunan prestasi akademis.
Respons lain yang ditunjukkan dapat
bervariasi, seperti pasif-agresif, rasa bersalah
dan marah karena tidak dapat mencegah
terjadinya bencana, bahkan kadang berfantasi
menjadi pahlawan penyelamat.
Remaja dan dewasa
muda, 11-18 tahun
Reaksi sangat bervariasi, di antaranya rasa bersalah
karena tidak dapat mencegah terjadinya bencana
ataupun kematian, bahkan timbul keinginan untuk
membalas dendam
Semakin matang seorang anak, respons yang timbul
akan semakin menyerupai orang dewasa
Keterlibatan dalam aktifitas berisiko tinggi,
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, dan
kebut- kebutan
Sebagian remaja lainnya akan merasa sangat
ketakutan dan mengurung diri di rumah
Pada kelompok dewasa muda, umumnya lebih tabah
dan melanjutkan aktivitasnya seperti sedia kala
Anak-anak dan remaja korban bencana
rentan mengalami gangguan stres
pascatrauma dan membutuhkan pendekatan
secara komprehensif yang melibatkan berbagai
pihak
Dokter spesialis anak diharapkan dapat
mendeteksi gangguan ini secara dini dan
melakukan rujukan pada kasus yang
membutuhkan pertolongan psikiater anak.
Konsultasi atau rujukan
ke psikiater anak
1. Ketakutan berlebihan bahwa akan terjadi sesuatu
yang sangat mengerikan terhadap diri dan
keluarganya
2. Kekhawatiran yang berlebihan dan tidak terkendali
akan hal-hal baru, seperti bertemu dengan orang
asing, tempat dan aktivitas baru
3. Ketakutan berlebihan bahwa tidak akan dapat
menyelamatkan diri jika terjadi bencana
4. Keinginan bunuh diri atau menyakiti orang lain
5. Halusinasi
6. Menunjukkan perasaan tidak berdaya, tanpa
harapan, dan tidak berharga
Penutup

IDAI Pedoman Penanggulangan Bencana untuk


meningkatkan kepedulian terhadap kebutuhan unik
anak korban bencana.
Pedoman ini dapat diadopsi oleh IDAI Cabang agar
terdapat sinkronisasi koordinasi antara Pengurus
Pusat IDAI dan IDAI Cabang terkait.
Penerapan pedoman penanggulangan bencana
merupakan langkah awal dalam upaya peningkatan
layanan gawat darurat dan kewaspadaan terhadap
bencana, khusus pada anak.
Kolaborasi yang baik antara pusat layanan
kesehatan, komunitas, keluarga, dan individu
peningkatan kesejahteraan anak Indonesia.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai