Anda di halaman 1dari 52

KBN & KELUARGA

SEJAHTERA
Siti Thomas Z, SKM.Mkes
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
FK Unissula Semarang
PENGERTIAN KB
1. Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Undang-undang No. 10/1992).
2. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned
Parenthood) : suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
3. WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu
individu untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
TUJUAN PROGRAM KB
• Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,
anak, keluarga dan bangsa;
• Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan
taraf hidup rakyat dan bangsa;
• Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB yang berkualitas, termasuk
upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu,
bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi.
TUJUAN KB berdasarkan RENSTRA
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak
reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
SASARAN PROGRAM KB
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk
menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi
sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak
lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya,
tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet
need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi
4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi
yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama
perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan
tumbuh kembang anak.
9. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan
keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi
produktif.
10.Peningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.
RUANG LINGKUP KBN
1. Keluarga berencana;
2. Kesehatan reproduksi remaja;
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
4. Penguatan pelembagaan keluarga keciL
berkualitas;
5. Keserasian kebijakan kependudukan;
6. Pengelolaan SDM aparatur;
7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan
kepemerintahan;
8.Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
9. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di
masyarakat (pada saat kunjungan rumah, posyandu, pertemuan
dengan kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga,
dasawisma dan sebagainya). Termasu ke dalamnya kegiatan
penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS.
10. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi,
memberikan pelayanan pengobatan efek samping KB.
11. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun
bersalin. Dukun diharapkan dapat bekerjasama dengan
Puskesmas dan bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu
yang mencari pertolongan pelayanan dukun.
STRATEGI PROGRAM KB

1. STRATEGI DASAR
2. STRATEGI OPERASIONAL
STRATEGI DASAR
Lima strategi dasar yg merupakan program utama
dlm mensukseskan KBN guna mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera
1. Menggerakkan & memberdayakan seluruh
masyarakat
2. Menata kembali pengelolaan KB
3. Memperkuat sumber daya manusia operasional
program KB
4. Meningkatkan ketahan & kesejahteraan keluarga
melalui pelayanan KB
5. Meningkatkan pembiayaan program KB
STRATEGI OPERASIONAL
1. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan
KB Nasional
2. Peningkatan kualitas dan prioritas
program
3. Penggalangan dan pemantapan
komitmen
4. Dukungan regulasi dan pemantapan
5. Pemantauan, evaluasi dan akuntabilitas
pelayanan
DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP
PENCEGAHAN KELAHIRAN

1. Penurunan kematian ibu dan anak


2. Penanggulangan kesehatan reproduksi
3. Peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan
derajat kesehatan
4. Peningkatan mutu & layanan KB-KR
5. Peningkatan sistem pengelolaan & kapasitas SDM
6. Pelaksanaan tugas pimpinan & fungsi menajemen
dalam penyelenggaraan kenegaraan &
pemerintahan berjalan lancar
Keberhasilan program KB ditandai
dengan :
◦ Median umur kawin pertama perempuan usia
25-49 thn adalah 20,4 thn (SKDI, 2012)

◦ Secara umum hal tersebut diatas menjadikan


wanita Indonesia mempunyai jarak kelahiran
yang cukup panjang, karena data menunjukkan
median jarak kelahiran mencapai angka sekitar
21,3 bulan.
VISI PROGRAM KB NASIONAL
• Visi lama : Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera”

• Visi baru, yaitu “Keluarga Berkualitas 2015”


suatu keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
MISI PROGRAM KB NASIONAL
1. Pemberdayakan masyarakat untuk membangun
keluarga kecil berkualitas,
2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan
kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan
keluarga,
3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi,
4. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya
mewujudkan hak-hak reproduksi,
5. Meningkatkan upaya pemberdayaan
perempuan untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender melalui
programKB,
6. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak
pembuahan dalam kandungan sampai
dengan lanjut usia.
7. Menyediakan data dan informasi keluarga
berskala mikro untuk pengelolaan
pembangunan, khususnya menyangkut
upaya pemberdayaan keluarga miskin.
KEBIJAKAN KB NASIONAL
(1) Meningkatnya jumlah keluarga yang mampu
melaksanakan pengasuhan dan
penumbuhkembangan anak secara baik dan benar,
serta mengakses informasi dan sumber daya ekonomi,
bagi peningkatan kesejahteraan dan ketahanan
keluarga;
(2) Meningkatnya pengetahuan, sikap,dan perilaku
positif remaja tentang bahaya penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS serta menurunnya jumlah
penduduk yang melangsungkan perkawinan dan
hamil pada usia remaja;
(3) Menurunnya persentase pasangan usia subur yang
ingin ber-KB namun tidak terlayani KB (unmet need);
(4) Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam ber KB;
(5) Meningkatnya persentase pasangan usia subur yang
ber-KB secara mandiri;
(6) Meningkatnya jumlah lembaga, cakupan dan mutu
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
diselenggarakan oleh masyarakat secara mandiri;
(7) Tersedianya data dan informasi keluarga menurut
jenis kelamin serta makin mantapnya jaringan dan
sistem informasi keluarga dan keluarga berencana.
ARAH KEBIJAKAN PROGRAM KB 2014-2015

1.Penguatan komitmen para pemangku kepentingan, baik


pemerintah maupun non pemerintah, dalam
penyelenggaraan Pelayanan KB
2.Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas
Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan konseling
3.Peningkatan permintaan Pelayanan KB melalui perubahan
nilai tentang jumlah anak ideal dalam keluarga 
Promosikan : “DUA ANAK CUKUP” dan “CEGAH
KEHAMILAN 4 TERLALU”
4. Penurunan unmet need melalui peningkatan
akses, konseling dan penguatan KB pasca-
persalinan serta penurunan ketidakberlangsungan
penggunaan kontrasepsi melalui peningkatan
penggunaan MKJP dan pembinaan KB
5. Penurunan kejadian kehamilan pada remaja usia
15-19 tahun melalui pendewasaan usia nikah dan
peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja  agar melahirkan pada
rentang usia aman yaitu 20–35 tahun
STRATEGI KB NASIONAL
1. Prinsip Integrasi:
Program KB Nasional adalah program nasional yang
tidak terpisahkan dari progra pembangunan lainnya.
Prinsip ini relevan dengan visi Keluarga Berkualitas
2015, yang tidak saja membutuhkan dorongan dari
sektor pembangunan lainnya, tetapi juga merupakan
program yang saling mendukung dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Prinsip Desentralisasi:
Prinsip desentralisasi tidak saja sejalan dengan era
otonomi, tetapi juga merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas SDM pengelola program di
daerah.
Kemampuan pengelolaan program, pengendalian yang
handal, serta pemanfaatan sumber daya daerah
merupakan prasarat untuk suksesnya pelaksanaan
program, yang kewenangannya diserahkan kepada
daerah.
3. Prinsip Pemberdayaan:
Prinsip pemberdayaan dimaksudkan untuk
mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat dalam
rangka mendukung pelaksanaan program yang berdaya
guna dan berhasil guna.
Prinsip pemberdayaan memerlukan kapasitas
kepemimpinan yang baik, peningkatan kapasitas
pengelola dan pelaksana program, pemberdayaan
institusi masyarakat, pemberdayaan perempuan,
kesetaraan dan keadilan gender, dan pemantapan
jaringan program KB nasional.
4. Prinsip Kemitraan:
Prinsip kemitraan dimaksudkan untuk
menjalin kerjasama secara efektif dan efisien,
saling menguntungkan diantara pihak-pihak
yang terkait. Oleh karena itu prinsip
kesetaraan merupakan pendekatan yang
digunakan dalam upaya melaksanakan
kerjasama dengan sektor terkait, masyarakat,
LSOM, organisasi profesi, maupun dengan
pihak internasional.
5. Prinsip Segmentasi Sasaran:
Strategi ini dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan optimalisasi, efisiensi, dan
efektifitas program. Pendekatan ini secara konkrit
akan menggunakan prinsip keberpihakan
terhadap keluarga rentan, perhatian terhadap
segmen khusus yang mempunyai masalah akses
terhadap pelayanan, pemanfaatan data dan
informasi, dan peningkatan partisipasi pria.
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

 Keberhasilan program KB
 TFR menurun, dari 5,6 (1970) menjadi 2,78 orang
per keluarga pada tahun 1997 (SKRT 1997)
 Telah terwujud norma keluarga kecil
 Gerakan KB berkembang menjadi gerakan
keluarga sejahtera (ditetapkan berdasarkan UU No.
10 tahun 1992)
TUJUAN PEMBANGUNAN KELUARGA
SEJAHTERA
 Mengembangkan kualitas keluarga
 Dapat timbul rasa aman, tenteram
 Harapan masa depan lebih baiklahir dan
batin
 Mewujudkan kesejahteraan
KELUARGA SEJAHTERA
Dibentuk berdasarkan perkawinan yang
sah
Mampu memenuhi kebutuhan hidup
spirituil dan materiil yang layah
Bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa
Memiliki hubungan yang sama, selaras,
seimbang antara anggota keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan
KELUARGA
Unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri atas : suami-isteri dan anaknya,
atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya
KELUARGA BERENCANA
Upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan, untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera
KUALITAS KELUARGA
Kondisi keluarga yang mencakup aspek
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial
budaya, kemandirina keluarga, mental
spiritual dan nila-nilai agama, dasar
mencapai keluarga sejahtera
TAHAPAN KELUARGA
1. Keluarga Pra Sejahtera
2. Keluarga Sejahtera Tahap 1
3. Keluarga Sejahtera Tahap 2
4. Keluarga Sejahtera Tahap 3
5. Keluarga Sejahtera Tahap 3 Plus
KELUARGA PRA SEJAHTERA
 Keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal
seperti pengajaran, agama, sandang,
pangan, papan, kesehatan
KELUARGA SEJAHTERA TAHAP 1

Keluarga dapat memenuhi kebutuhan


dasar secara minimal (sesuai kebutuhan
dasar pada keluarga pra sejahtera) tetapi
belum dapat memenuhi :
◦ Keseluruhan kebutuhan sosial psikologis
keluarga seperti pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan
KELUARGA SEJAHTERA TAHAP-2
• Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis tetapi
belum dapam memenuhi kebutuhan
perkembangan (menabung dan memperoleh
informasi)
KELUARGA SEJAHTERA TAHAP-3 PLUS

• Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi


semua kebutuhan keluarga pada tahapan 1
sampai dengan 3
KELUARGA SEJAHTERA TAHAP-3
• Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan pada tahapan keluarga 1 & 2
namun belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) maksimal terhadap masyarakat
dan berperan secara aktif dalam masyarakat
INDIKATOR KELUARGA
SEJAHTERA
 Terdapat 23 indikator yang menggambarkan
tingkat pemenuhan dasar keluarga,
kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan
pengembangan keluarga
1. KELUARGA PRA SEJAHTERA
1) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut
masing-masing
2) Makan 2 kali sehari atau lebih
3) Memiliki pakaian yang berbeda untuk berbagai
keperluan
4) Memiliki rumah yang sebagian besar lantainya
bukan dari tanah
5) Membawa anggota keluarga yang sakit ke
pelayanan kesehatan. Termasuk bila keluarga
adalah pasangan usia subur yang ingin menjadi
akseptor KB
2. KELUATRA SEJAHTERA-1
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan
indikator 1-5 (pada keluarga pra sejahtera),
tetapi belum mampu melaksanakan indikator
sebagai berikut :
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara
teratur menurut agama yang dianut masing-
masing
2) Makan daging/ikan/telur sebagai lauk paling
kurang sekali dalam seminggu
3). Memperoleh pakaian barudlaam satu tahun
terakhir
4). Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2
5). Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan
terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi
masing-masing
6). Paling kurang satu anggota keluarga yang
berumur 15 tahun keatas mempunyai
penghasilan tetap
7). Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota yang
berumur 10 s/d 60 tahun
8). Anak usia sekolah (7-15 tahun bersekolah)
9). Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih
pasangan usia subur (PUS) saat ini memakai kontrasepsi

3. KELUARGA SEJAHTERA-2
1) Upaya keluarga meningkatkan/menambah pengetahuan
agama
2) Keluarga mempunyai tabungan
3) Makan bersama paling kurang sekali sehari
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
5). Rekreasi bersama/penyegaran paling
kurang sekali dalam sebulan
6). Memperoleh berita dari surat kabar, radio,
TV, majalah
7). Anggota keluarga mampu menggunakan
transportasi
4. KELUARGA SEJAHTERA 3
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan
indikator 1-21 (pada tahapan keluarga
sebelumnya), tetapi belum mampu
melaksanakan indikator sebagai berikut :
1) Memberikan sumbangan secara teratur
(dalam waktu ttt) secara sukarela dalam
bentuk materi kepada masyarakat
2) Aktif sebagai pengurus yayasan/institusi
dalam kegiatan kemasyarakatan
5. KELUARGA SEJAHTERA 3 PLUS
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan
seluruh indikator keluarga sejahtera ( yang
berjumlah 23).
POKOK-POKOK KEGIATAN PEMBANGUNAN
KELUARGA SEJAHTERA

1. Pembinaan Ketahanan Fisik Keluarga


Kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan
ketahanan fisik keluarga
Contoh :
pembinaan gizi keluarga termasuk gizi ibu
hamil, stimulasi pertumbuhan balita,
pembinaan kesehatan lingkungan keluarga,
usaha tanaman obat keluarga dll
2. Pembinaan Ketahanan Non Fisik Keluarga
Kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan
ketahanan non fisik keluarga

Contoh :
Pembinaan kesehatan mental keluarga, stimulasi
perkembangan balita, konseling keluarga dll
ISSU SAAT INI - KB
1. Jumlah dan pertumbuhan penduduk masih tinggi
2. Total Fertility Rate (TFR) masih tinggi
3. Pencapaian Contraceptive Prevalence Rate (CPR) belum
sesuai harapan
4. Unmet need masih tinggi
5. Peningkatan Age Specific Fertility Rate (ASFR) 15 – 19 tahun
6. Disparitas pencapaian program KB nasional di provinsi
7. Kesertaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) rendah
8. Tingkat putus pakai pemakaian kontrasepsi meningkat
9. Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi
10. Tantangan pelayanan KB di era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
MEMPERKUAT PROGRAM KB

Jumlah remaja di Indonesia sangat besar,


43,6 juta jiwa atau 19,64% dari populasi
 investasi/potensi yang besar bagi negara

Masalah Kesehatan remaja KOMPLEKS (seks


pranikah, pernikahan dini, kehamilan dini, aborsi,
IMS, HIV/AIDS)
 apabila tidak ditangani :
- Penurunan kualitas penduduk
- Peningkatan AKI/AKB dan TFR
49
KEBERHASILAN PROGRAM KB
DITENTUKAN OLEH PELAYANAN KESEHATAN
SEPANJANG SIKLUS USIA REPRODUKSI
Pelayanan
Promosi & Pelayanan KB Pasca
Pendidikan kespro KB Persalinan
remaja PUS & WUS Promosi KB pasca
persalinan

Keberhasilan program KB ditentukan oleh pelayanan kesehatan yang


diberikan sepanjang siklus usia reproduksi, termasuk: 1) pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon pengantin, 2)
konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS, 3) promosi KB pasca
persalinan, 4) pelayanan KB pasca persalinan
50
Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKKBN
Tahun 2015-2019
INDIKATOR TARGET RENCANA TARGET
2014 2015
2016 2017 2018 2019

1 Prosebtase laju pertumbuhan 1,49(200 1,38 (2010- 1,27 1,25 1,23 1,21
pendd (LPP) 0-2010) 2015

2 Angka kelahiran total (total 2,6 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28
fertility rate/TFR) per WUS (15-
49 tahun)
3 Persentase pemakaian 61,9 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0
kontrasepsi(contraceptive
prevalence rate/ CPR)
4 Persentase kebutuhan ber-KB 11,4 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91
yang tidak terpenuhi (unmet
need)(%)
5 Angka kelahiran pada remaja 48/100 46 44 42 40 38
usia 15-19 tahun (ASFR 15 –19 0 Kel
tahun)
6 Persentase kehamilan yang 7,1 7,1 7,0 6,9 6,8 6,6
tidak diinginkan dari WUS (15-
49 tahun)

Anda mungkin juga menyukai