Anda di halaman 1dari 39

PREEKLAMPSIA & EKLAMPSIA

Hipertensi Dalam Kehamilan


Hipertensi sebelum dan yang diinduksi
oleh kehamilan dapat membahayakan
kesehatan ibu dan bayi
Insidensnya cenderung meningkat,
terkait dengan perubahan budaya
dimana perempuan menikah lebih
lambat dan pola hidup yang kurang
sehat
Hipertensi dapat timbul sejak sebelum
hamil atau timbul pertamakali setelah
kehamilan 20 minggu
Preeclampsia terjadi pada 7% - 9% dari
keseluruhan kehamilan dan sekitar
separuhnya tetap hipertensi setelah
persalinan
Pengaruh pada Ibu

Untuk ibu, hipertensi berkaitan dengan persalinan yang


lebih awal dan meningkatkan kebutuhan induksi terkait
dengan komplikasi seperti stroke, edema pulmo, gagal
jantung, dan kematian.

Terjadi dan beratnya komplikasi sangat terkait dengan


memberatnya hipertensi dan timbulnya proteinuria
(preeklampsia).
Pengaruh pada Fetus
Untuk fetus, hipertensi dalam kehamilan akan
meningkatkan insidens:

persalinan prematur dan komplikasinya,


pertumbuhan janin yang terhambat,
asfiksia intrauterin akibat gangguan perfusi,
solusio plasenta,
kematian bayi.
KEHAMILAN & HIPERTENSI

LEBIH SERING PADA PRIMIGRAVIDA & GRANDE MULTI


RISIKO MENINGKAT PADA:
Massa plasenta besar (gemeli, penyakit trofoblas)
Hidramnion
Diabetes mellitus
Isoimunisasi rhesus
Faktor herediter
Gangguan vaskuler plasenta
Fakto risiko yang dapat dinilai pada kunjungan
antenatal pertama (anamnesis):
Umur > 40 tahun
Nulipara
Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
Kehamilan multipel
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Hipertensi kronik
Penyakit Ginjal
Sindrom antifosfolipid (APS)
Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
Obesitas sebelum hamil
Pemeriksaan fisik:

Indeks masa tubuh 35

Tekanan darah diastolik 80 mmHg

Proteinuria (dipstick +1 pada 2 kali


pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara
kuantitatif 300 mg/24 jam)
PENGELOLAAN UMUM

RAWAT INAP & LAKUKAN TINDAKAN GAWAT-DARURAT


SEGERA NILAI LEVEL KEGAWATAN DAN PROSEDUR KLINIK YANG SESUAI

JIKA PASIEN KEJANG & KESULITAN/TIDAK BERNAPAS


BEBASKAN JALAN NAPAS
BERIKAN O2 6 L/mnt, LAKUKAN INTUBASI BILA PERLU
VENTILASI POSITIF

JIKA PASIEN KEHILANGAN KESADARAN


RESUSITASI KARDIOPULMONER BILA AKIBAT HENTI NAPAS & JANTUNG
BARINGKAN PASIEN PADA ALAS/TEMPAT YANG RATA
BUAT DIAGNOSIS BANDING DENGAN GEJALA MIRIP EKLAMPSIA SEPERTI:
Sepsis, Meningitis/ Ensefalitis, Epilepsi, Tetanus, Malaria Serebral
Aura, Kejang/ Riwayat
Kejang Demam (-), Kaku
Kuduk (-) EPILEPSI

Demam, Sefalgia, MALARIA SEREBRAL


Kaku Kuduk, MENINGITIS
Disorientasi ENSEFALITIS
TEKANAN DARAH
NORMAL
Trismus, Spasme Otot
Muka TETANUS

Sefalgia, Vertigo,
Pandangan Kabur,
Mual/Muntah, Gejala MIGRAINE
Neurologik Lainnya

DIAGNOSIS BANDING KEJANG PADA IBU HAMIL


TEKANAN DARAH HIPERTENSI
MENINGKAT DALAM
( 140/90 mmHg) KEHAMILAN
SEFALGIA, GANGGUAN HIPERTENSI KRONIK
PENGLIHATAN/KABUR,
HIPERREFLEKSIA HAMIL < 20 MG
PROTEINURIA, KOMA SUPERIMPOSED
PREECLAMPSIA

KEJANG + EKLAMPSIA
HIPERTENSI
HAMIL > 20 MG
GESTASIONAL
PREEKLAMPSIA
KEJANG
RINGAN

PREEKLAMPSIA
BERAT
Tipe Hipertensi Dalam Kehamilan
Sebelum 20 minggu
Hipertensi Kronik
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan
Hipertensi Kronik dengan superimposed preeclampsia
Hipertensi Kronik yang dalam perkembangan selanjutnya timbul proteinuria
(terjadi pada 25% kasus Hipertensi Kronik)
Setelah 20 minggu:
Hipertensi Gestasional
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah
persalinan
Preeklampsia Ringan
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan protein uria 1 + atau 2 + dimana
diastolik tidak melebihi 90 mmHg dan
Preeklampsia Berat
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai protein uria 3 + dan diastolik 110 mmHg, tidak
ada/disertai gejala sentral dan/atau organ
Eklampsia
Pasien preeklampsia yang mengalami kejang terkait dengan komplikasi hipertensi dalam kehamilan
GEJALA DAN TANDA
TEKANAN DARAH DIASTOLIK MERUPAKAN INDIKATOR
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam keadaan istirahat dan tidak
dalam kondisi emosional

DIAGNOSIS HIPERTENSI DITEGAKKAN APABILA TEKANAN


DIASTOLIK 90 mmHg PADA DUA KALI PENGUKURAN
BERJARAK 1 JAM

KATEGORIKAN SEBAGAI:
Preeklampsia/Eklampsia
Hipertensi Gestasional
Hipertensi Kronik
Hipertensi Kronik & Superimposed Preeclampsia
HIPERTENSI YANG DIINDUKSI OLEH KEHAMILAN
Hipertensi kronik atau preeklampsia ringan sering tanpa gejala
sehingga tidak disadari oleh pasien
Prognosis kehamilan dengan hipertensi menjadi lebih buruk
bila disertai dengan proteinuria
HIPERTENSI KRONIK

Hipertensi sebelum hamil atau dideteksi sebelum


kehamilan 20 mg
Bila hipertensi kronik, kemudian disertai dengan
proteinuria, maka diagnosisnya menjadi hipertensi
kronis superimposed preeklampsia
Fakto risiko terjadinya hipertensi kronik
superimposed preeklampsia

Riwayat preeklampsia sebelumnya


Penyakit ginjal kronis
Merokok
Obesitas
Diastolik 80 mmHg
Sistolik 130 mmHg
ALUR TERAPI
HAMIL > 37 MG TERMINASI
KEHAMILAN

PEMANTAUAN
HIPERTENSI TEKANAN DARAH &
KRONIK ANTIHIPERTENSI jika
TD sistole 150 dan/
HAMIL < 37 MG diastolik 90 mmhg( ca
chanel blocker slow
release)

MENINGKAT

TERMINASI BILA KRISIS LAKUKAN KAJIAN


HIPERTENSI ATAU EFEK TOLERANSI
GAWAT JANIN ANTIHIPERTENSI DAN
PROTEINURIA
PENGELOLAAN
HIPERTENSI KRONIK

Lanjutkan obat anti hipertensi sebelumnya (disarankan golongan


slow released Ca Channel Blocker, misalnya Adalat Oros)
Anti hipertensi harus diberikan apabila diastolik 90 mmHg
dan/atau sistolik 150 mmHg
Bila timbul proteinuria superimposed preeclampsia (sesuai dgn
kriteria PE/E) dapat digolongkan sebagai ringan atau berat
Istirahat
Pemantauan pertumbuhan & kondisi janin
Tanpa komplikasi tunggu persalinan aterm
Super imposed preeclampsia dengan PJT/gawat janin terminasi
kehamilan
Observasi komplikasi
DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERAT
2007

Tekanan Darah Diastolik > 110 Mmhg


Proteinuria 2+
Oliguria < 500 ml/24 jam
Edema Paru: Sesak Napas, Sianosis, Ronkhi
Nyeri Epigastrium/Kuadran Atas Kanan
Gangguan Penglihatan: Skotoma
Sefalgia/Nyeri Kepala Hebat
Hiperrefleksia
Mata: Spasme Arterioler, Edema, Ablasio Retina
Koagulasi: Koagulasi Intravaskuler Diseminata, Sindroma HELLP
Pertumbuhan Janin Terhambat
Otak: Edema Serebri
Jantung: Gagal Jantung
Update
Kriteria WHO (2011)

1. TD 160/110 mmHg
2. Proteinuria 5 g/24 jam atau +2 dipstik
3. Ada gejala sentral dan organ:
Hematologi: trombositopenia (<100.000/ul), hemolysis mikroangiopati
Hepar: peningkatan SGOT & SGPT, nyeri epigastrik/kuadran kanan atas
Neurologis: sakit kepala persisten, skotoma penglihatan
Janin: pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Paru: edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
Ginjal: oliguria ( 500 ml/24 jam), kreatinin 1,2 mg/dL
Preeklampsia Berat (2012)
Selain TD 160/110 mmHg dan protein uria 2 + dipstik
juga disertai dengan gejala/tanda disfungsi organ:
edema paru,
oliguria,
trombositopeni,
peningkatan enzim hati,
nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas disertai mual dan
muntah,
tanda serebral:
kejang,
sakit kepala,
pandangan kabur,
penurunan visus atau kebutaan kortikal
penurunan kesadaran
EKLAMPSIA

Kejang dapat terjadi kapan saja dan tidak tergantung


pada berat-ringannya hipertensi
Sifat kejang tonik-klonik
Koma setelah kejang dan dapat berlangsung lama
KOMPLIKASI
ISKEMIA UTEROPLASENTER
SPASME ARTERIOLAR
KEJANG DAN KOMA
EDEMA PULMONUM
HEMORAGI SEREBRI
GAGAL GINJAL AKUT
KEMATIAN IBU DAN BAYI
PENCEGAHAN (2007)
Pembatasan kalori, cairan, diit rendah garam
tidak mencegah hipertensi dalam kehamilan
bahkan membahayakan janin
Anti oksidan belum jelas bermanfaat
Studi multisenter menunjukkan aspirin
bermanfaat untuk mengurangi komplikasi
Kalsium 1 gr per hari sejak 20 mg gestasi dapat
mengurangi insidens 36%-55%
Update 2011
Pencegahan

Tidak direkomendasikan:
Istirahat di rumah (untuk pencegahan primer Preeklampsia)
Tirah baring (untuk memperbaiki luaran pada wanita hamil dengan
hipertensi dengan atau tanpa proteinuria).
Pembatasan garam (mencegah preeklampsia dan komplikasinya selama
kehamilan).
Pemberian vitamin C dan E (antioksidan bagi pencegahan Preeklampsia)
Aspirin dosis 75 mg, cukup aman diberikan pada
kelompok risiko tinggi risiko preeklampsia, baik
pencegahan primer atau sekunder.
Pemberian kalsium 1,5-2 gram, berpengaruh baik pada
wanita risiko tinggi preeklampsia dan mencegah terjadinya
preeklampsia.
Manajemen Preventif dan Ekpektatif

Kehamilan 26 - 34 minggu dapat dipertimbangkan untuk ekspektatif


Kortikosteroid :
mengurangi sindrom gawat napas, perdarahan intraventrikular, infeksi dan
mortalitas perinatal.
diberikan sebelum persalinan pada sindrom HELLP.
pada kehamilan 28 36 minggu dapat menurunkan RDS dan mortalitas
janin/neonatal (waktu 48 jam 7 hari).
pemberian ulangan dipertimbangkan, jika kortikosteroid diberikan minimal 7 hari
sebelumnya.
MgSO4 (dianjurkan IV) untuk mencegah kejang atau kejang berulang
dan pilihan utama untuk PEB dibandingkan diazepam atau fenitoin.
Antihipertensi diberikan bila sistolik 140 / 90 mmHg.
Kontroversi Antihipertensi pada HK/PER

Kesimpulan:
Indikasi utama antihipertensi : mencegah penyakit serebrovaskular.
Antihipertensi untuk hipertensi ringan dapat mencegah hipertensi berat
dan kebutuhan terapi antihipertensi tambahan.
Pemberian antihipertensi berhubungan dengan pertumbuhan janin
terhambat sesuai dengan penurunan tekanan arteri rata rata.

Rekomendasi:
Antihipertensi diberikan pada pada tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau diastolik 90 mmHg.
ALUR TERAPI
TERMINASI
HAMIL > 37 MG
KEHAMILAN
PREEKLAMPSIA
RINGAN : BERI ANTIHIPERTENSI,
PANTAU TEKANAN
Diastolik 90 HAMIL < 37 MG DARAH, PROTEINURIA,
REFLEKS, KONDISI
mmhg JANIN

Proteinurine
KENAIKAN GANGGUAN KENAIKAN
PROTEINURIA PERTUMBUHAN TEKANAN DARAH
JANIN

PREEKLAMPSIA TERMINASI BILA DIASTOLIK 110


BERAT KEHAMILAN mmHgPEB
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA RINGAN

JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK MEMUNG-KINKAN RAWAT


JALAN, RAWAT DI RS
PANTAU TEKANAN DARAH 2X/HR, PROTEINURIA 1X/HR & KONDISI JANIN
ISTIRAHAT
DIET BIASA
DIREKOMENDASIKAN PEMBERIAN SLOW RELEASED NIFEDIPINE 2 X 30 mg
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT PERTIMBANGKAN TERMINASI
PROTEINURIA KELOLA SEBAGAI PREEKLAMPSIA BERAT

TEKANAN DIASTOLIK TURUN SAMPAI NORMAL


PASIEN DIPULANGKAN
ISTIRAHAT & PERHATIKAN TANDA PREEKLAMPSIA BERAT
TEKANAN DIASTOLIK NAIK RAWAT
ALUR TERAPI
KEJANG ANTI KONVULSAN
PREEKLAMPSIA
BERAT DAN
ANTI KONVULSAN ANTI HIPERTENSI PASANG
EKLAMPSIA INFUS KESEIMBANGAN CAIRAN PENGAWASAN
OBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS, DJJ, EDEMA
PARU, UJI PEMBEKUAN DARAH

OLIGURIA PERSALINAN 12 JAM GAWAT JANIN


SINDROM HELLP (EKLAMPSIA) / 24
JAM (PREEKLAMPSIA)
KOMA

ICU/RUJUK PARTUS PARTUS


PERVAGINAM PERABDOMINAM/
BEDAH CAESAR
TERMINASI KEHAMILAN
DATA KLINIS MATERNAL DATA KLINIS JANIN
Kardiovaskular: diastolik > 110 mmHg
Perdarahan retina atau ablasio retina
Ginjal: oliguria peningkatan kreatinin serum Pertumbuhan janin terhambat melalui
(<2 mg/dl), atau penurunan creatinine pemeriksaan USG dengan tanda gawat janin
clearance, proteinuria > 3 g/24 jam Oligohidramnion
CVS: kejang, koma, amaurosis atau gangguan Profil biofisik < 6
penglihatan Solusio plasenta
Trombosit < 100.000/mm3 Doppler a. umbilikalis: absent atau reversed
Hepar: SGOT atau SGPT > 2x batas normal dan
nyeri ulu hati atau kuadran kanan atas
MANAJEMEN KONSERVATIF (MASIH KONTROVERSI)
DATA KLINIS MATERNAL DATA KLINIS JANIN
Kardiovaskular: diastolik < 110 mmHg
Pertumbuhan janin baik
Ginjal: proteinuria < 3
Profil biofisik > 6
CVS: tidak ada gejala
Belum ada tanda maturitas janin
Trombosit > 100.000/mm3
Klinis dan hemodinamik stabil
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA

PENGELOLAAN KEJANG
ANTI KONVULSAN
PERAWATAN KHUSUS KEJANG
LINDUNGI DARI TRAUMA
CEGAH ASPIRASI ISI MULUT KE JALAN NAPAS
BARINGKAN PADA SISI KIRI, POSISI FOWLER
O2 4-6 LITER/MEN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA
PENGELOLAAN UMUM
JIKA DIASTOLIK > 110 mmHg BERIKAN 2 X 1 SLOW RELEASED
NIFEDIPINE 30 mg AGAR DIASTOLIK MENJADI 90-100 mmHg
PASANG INFUS RINGER LAKTAT/RINGERASETAT
JAGA KESEIMBANGAN CAIRAN, PASANG KATETER MENETAP (FOLLEY)
PANTAU PRODUKSI URIN (HARUS > 25 ML/JAM)
HINDARKAN DEPRESI PERNAPASAN ATAU EDEMA PARU
PERHATIKAN TIMBULNYA AURA ATAU EKLAMPSI IMMINENS
OBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS PATELA & DJJ TIAP 1 JAM
LAKUKAN UJI PEMBEKUAN DARAH
REKOMENDASI PENGGUNAAN MgSO4
Pemberian magnesium sulfat pada preeklampsia berat
berguna untuk mencegah terjadinya kejang/eklampsia
atau kejang berulang.
Cara pemberian magnesium sulfat yang dianjurkan adalah
intravena untuk mengurangi nyeri pada lokasi suntikan.
Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien
preeklampsia berat dibandingkan diazepam atau fenitoin,
untuk mencegah terjadinya kejang/eklampsia atau kejang
berulang.
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

4 G MgSO4 (10 ml konsentrasi 40% atau 20 ml


konsentrasi 20%) IV selama 5 - 8 menit (kecepatan
0,5 -1 G per menit). Untuk 10 ml konsentrasi 40%
Dosis awal dilarutkan menjadi 20 ml dengan aquadest)
Lanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) atau 6 G
dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama
6 jam (1 G per Jam)
Dosis Pemeliharaan Jika terjadi kejang ulangan, berikan MgSO4 2 G IV
selama 5 menit
Infus MgSO4 1 G / jam diberikan hingga 24 jam
pascapersalinan/setelah bayi lahir
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Frekuensi pernafasan 16 kali/menit


Sebelum pemberian Refleks patella (+)
MgSO4 ulangan, lakukan Urin minimal 25 ml/jam dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan:
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Hentikan pemberian Jika terjadi henti nafas Bantu pernafasan dengan
MgSO4, jika: pernapasan buatan/ventilator
Urin 20 ml/jam

Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan


Antidotum 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Pengelolaan antihipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 2 x 30 mg
oral slow released nifedipine. Tidak dianjurkan lagi untuk
memberikan nifedipine secara sublingual.
Labetalol 2 x 200 mg oral. Jika respons tidak membaik
setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 100 mg oral
(maksimal 500 mg per hari)
Metildopa 250-500 mg per oral 2 - 3 kali sehari, dengan
dosis maksimum 3 g per hari (Efek maksimal 4-6 jam dan
menetap selama 10-12 jam dan diekskresikan lewat ginjal
(dapat melalui sawar uri dan dikeluarkan lewat ASI).
ANTI KONVULSAN ALTERNATIF
DIASEPAM

DOSIS AWAL DIASEPAM 10 MG IV SELAMA 2 MENIT

DOSIS DIASEPAM 40 MG / 500 ML RINGER LAKTAT


PEMELIHARAAN TIDAK MELEBIHI 100 MG/24 JAM
DIASEPAM 20 MG DALAM SEMPRIT 10 ml
JIKA MASIH ADA KEJANG DOSIS TAMBAHAN 10
PEMBERIAN MELALUI mg/JAM
REKTUM DAPAT DIBERIKAN MELALUI KATETER URIN KE
DALAM REKTUM
PENGELOLAAN PERSALINAN
PREEKLAMPSIA BERAT PERSALINAN DALAM 24 JAM
EKLAMPSIA PERSALINAN DALAM 12 JAM

BILA DILAKUKAN BEDAH CAESAR


JIKA ADA KOAGULOPATI MAKA ANESTESIA TERPILIH ANESTESIA UMUM
UNTUK REGIONAL ANESTESI, PILIH ANESTESI EPIDURAL

JIKA TIDAK TERSEDIA ANESTESI UMUM


JANIN MATI
BBLR
LAKUKAN PERSALINAN PERVAGINAM

JIKA PEMATANGAN SERVIKS BAIK INDUKSI OKSITOSIN 5 IU / 500 ML


DEXTROSE 5% ATAU PROSTAGLANDIN 25-50 mcg
MUTLAK DIRUJUK BILA:

OLIGURIA (<400 ML/24 JAM)


SINDROM HELLP (hemolysis, elevated liver
enzym, low platelet count)
KOMA BERLANJUT > 24 JAM SETELAH
KEJANG

Anda mungkin juga menyukai