Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah kanker wanita tersering nomor 3 dari segi insiden (527.600
kasus baru) dan mortalitas (265.700 kematian) di seluruh dunia, setelah kanker payudara
dan kolorektal. Kanker ini menempati urutan ke 2 paling sering dan urutan ke 3 sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada wanita di negara berkembang. Hampir 90%
kematian karena kanker serviks terjadi pada populasi masyarakat dengan ekonomi lemah,
dimana akses skrining dan pencegahan kanker serviks sangat terbatas.1
Angka kejadian kanker serviks di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 20.928 kasus
dengan angka kematian sebanyak 9.498. Kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut
yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%.
Human Papilloma Virus (HPV) sangatlah penting pada perkembangan neoplasma
serviks dan bisa dideteksi pada 99,7% kasus kanker serviks.2 Tipe histologi dari kanker
serviks terbanyak adalah karsinoma sel skuamous (69% dari kanker serviks) dan
adenokarsinoma (25%).3
Mayoritas kanker serviks terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium IIB-IIIB),
dimana keberhasilan terapi sangat tergantung dari ketersediaan radioterapi dan
kemoterapi. Deteksi dini lesi dan pencegahan lesi pra kanker serviks memiliki peranan
penting dalam penurunan kejadian kanker serviks ke depan.

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 1


METODE PENYUSUNAN

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 mengenai


Standar Pelayanan Kedokteran, PPK disusun mengacu kepada PNPK yang terbaru dan telah
disahkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Apabila PNPK tidak tersedia, maka PPK
dapat disusun berdasarkan summaries of review yang berbasis Evidence dan / atau Clinical
Practice Guidelines terbaru dari negara / institusi kesehatan tertentu atau organisasi profesi
terkait yang sesuai.
Jika semua acuan di atas tidak tersedia, maka penyusunan PPK dapat disusun berdasarkan:
1. Systematic Review/Meta-Analysis
2. Primary studies yang sudah melalui proses telaah kritis
3. Konsensus, pedoman, atau panduan yang dikeluarkan resmi oleh organisasi profesi
Hubungan eksplisit antara rekomendasi yang dicantumkan dengan evidence yang diacu
dinyatakan dengan mencantumkan sumber sitasi (referensi) untuk setiap pernyataan
rekomendasi dalam PPK.
Penyusunan PPK ini dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia
di RSMH meliputi:
1. Alat medis (diagnostik dan terapeutik) yang tersedia di RSMH
2. Ketersediaan obat di Formularium RSMH dan Formularium Nasional
3. Pagu pembiayaan BPJS untuk RSMH
PPK ini akan ditinjau kembali dan diperbaharui (jika diperlukan) sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun sejak disahkan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2


KANKER SERVIKS

1.1 Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina
melalui ostium uteri eksternum.
Serviks adalah bagian paling bawah dari rahim, berbentuk silinder dan berhubungan
dengan vagina. Kanker serviks adalah keganasan pada serviks yang disebabkan oleh infeksi
HPV grup onkogenik risiko tinggi; terutama HPV 16 dan 18 serta filogeniknya. Lebih dari 95%
kanker serviks adalah tipe epithelial yang terdiri atas jenis karsinoma sel skuamosa dan
adenokarsinoma.
Kanker serviks dapat berasal dari mukosa permukaan serviks atau dari dalam kanal serviks
(endoserviks). Kanker ini dapat tumbuh secara lokal dan kemudian meluas ke arah rahim,
vagina, jaringan paraserviks dan organ panggul.
Kanker serviks dapat menyebar ke KGB (Kelenjar Getah Bening) regional dan kemudian
dapat juga menyebar melalui peredaran darah menuju organ jauh. Studi pada Sentinel lymph
nodes menunjukkan bahwa serviks mengalami drainase ke KGB tingkat 1 yaitu: iliaka eksterna
(43%), obturator (26%) dan parametrium (21%), dan kemudian akan mengalami drainage ke
KGB iliaka komunis dan pada akhirnya KGB para aorta. Lokasi paling sering dari terjadinya
penyebaran jauh meliputi KGB para aorta, KGB mediastinal, KGB supraklavikula, paru-paru,
liver dan tulang.

1.2 Anamnesis
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi kanker
invasif, gejalan yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat
berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejladi nyeri
pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai
obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan
infiltrasi tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal,
edema tungkai.

a) Keluhan :
 Tanpa keluhan

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 3


 Dengan keluhan antara lain keputihan, perdarahan kontak, perdarahan spontan, nyeri,
gangguan buang air kecil dan buang air besar.
b) Gejala Umum :
 Perdarahan kontak
 Keputihan campur darah dan berbau
 Tanda-tanda anemia
Gejala khusus :
 Keluar cairan pervaginam berupa darah bercampur dengan keputihan dan berbau khas.
 Gangguang BAK dan BAB

c) Tanda-tanda Klinis
Keputihan berbau khas, perdarahan pervaginam, nyeri pelviks, Penurunan nafsu makan
dan berat badan, perubahan psokologik.
Kebanyakan faktor risiko kanker serviks berhubungan dengan peningkatan risiko
terjangkitnya HPV atau penurunan respon imun terhadap infeksi HPV, termasuk antara
lain:

 Hubungan seksual dini – wanita yang menjalani hubungan seksual awal < 18
tahun memiliki risiko 2x lipat, sedangkan usia 18-20 tahun memiliki risiko
1,5x lipat dibandingkan dengan wanita yang menjalani hubungan seksual
awal > 21 th
 Berganti-ganti pasangan – wanita dengan 2 partner seksual akan memiliki
risiko 2x lipat, sedangkan wanita dengan 6 atau lebih partner seksual akan
memiliki risiko 3x lipat dibandingkan wanita dengan 1 partner seksual
 Riwayat penyakit menular seksual
 Kondisi immunosupresi (HIV, penggunaan obat immunosupresi)
 Sosio ekonomi rendah
 Merokok

1.3 Pemeriksaan Fisik


a) Inspekulo
Tampak portio yang berdungkul, rapuh dan mudah berdarah.
Tampak infiltrasi massa tumor pada dinding vagina
b) Pemeriksaan dalam (VT) :
Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 4
- Teraba portio yang berdungkul, rapuh dan mudah berdarah
- Teraba infiltrasi massa tumor pada dinding vagina dan perluasan sampai
parametrium dan dinding pelvis
c) Pemeriksaan Rectal Touche (RT) : untuk mengetahui besarnya uterus, perluasan ke
parametrium dan rectum.
d) Jika sudah metastase meluas dapat ditemukan adanya pembesaran Kelenjar Getah
Bening (KGB), pembesaran hepar, massa di abdomen, pelvis, hidronefrosis atau efusi
pleura atau tanda penyebaran ke tulang.

1.4 Kriteria Diagnosis

a) Anamnesa : perdarahan dari jalan lahir, post coital bleeding, cairan keluar dari liang
vagina, berbau, gangguan berkemih, nyeri saat kencing atau BAB. Jika sudah
metastasis timbul gejala seperti edema tungkai unilateral, nyeri statika dan gejala
obstruksi ureter .
b) Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan dalam (VT)
b. Pemeriksaan rectal touche (RT)
c. Pemeriksaan fisik lain
c) Biopsi dan Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
d) Stadium Carcinoma Cervix menurut FIGO 2000 :
 Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intra epithelial
 Stadium I : karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan
 Stadium I A : Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi
yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superficial
dikelompokkan sebagai stadium IB. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm
dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm
 Stadium I A1 : invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak
lebih dari 7 mm
 Stadium IA2 : invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm tapi kurang dari
5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
 Stadium IB : lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari IA
 Stadium IB1 : besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm
 Stadium IB2 : besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm
Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 5
 Stadium II : telah melibatkan vagina tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke
parametrium belum mencapai dinding panggul
 Stadium IIA : Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium
 Stadium IIB : infiltrasi ke parametrium tapi belum mencapai dinding panggul
 Stadium III : Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding
panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam
stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain
 Stadium IIIA : Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum
mencapai dinding panggul
 Stadium IIIB : perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau
gangguan fungsi ginjal
 Stadium IV : Perluasan ke luar organ reproduktif
 Stadium IVA : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum
 Stadium IVB : Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

Lesi prakanker

Diagnosis lesi prakanker berdasarkan pemeriksaan histopatologi dari specimen biopsy terarah
dengan bimbingan kolkoskopi. Terlampir Tabel klasifikasi lesi prakanker hingga karsinoma
invasif serviks uteri. Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan sebagai skrining, sedangkan
pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi diagnostic.

Klasifikasi Sitologi Klasifikasi Histopatologi WHO


Bethesda Classification, 2015 Classification, 2014
Squamous lesion Squamous cell tumors and precursor

A. Atypical squamous cells (ASC) A. Squamous intraepithelial lesions

Atypical squamous cells – undetermined  Low-grade squamous intraepithelial


significance (ASC-H) lesion (LSIL)
 High-grade squamous intraepithelial
Atypical squamous cells – cannot lesion (HSIL)
exclude a high-grade squamous
intraepithelial lesion (ASC-H)

B. Squamous intraepithelial lesion (SIL)

 Low-grade squamous intraepithelial B. Squamous cell carcinoma


lesion (LSIL)

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 6


 High-grade squamous intraepithelial
lesion (HSIL) - With features
suspicious for invasion

C. Squamous cell carcinoma

Glandular lesion Glandular tumours and precursor

A. Atypical A. Adenocarcinoma in situ


B. Adenocarcinoma
 Endocaervial cells (NOS or Specifiy
in comments)
 Endometrial cells (NOS or Specifiy in
comments)
 Glabdular cell (NOS or Specifiy in
comments)

B. Atpycal

 Endocervical cells, favor neoplastic


 Glandular cells, favor neoplastic

C. Endocervical adenocarcinoma in situ


(AIS)

D. Adenocarcinoma

 Endocervical
 Endometrial
 Extrauterine
 Not otherwise specified (NOS)

Kanker serviks invasif


Stadium kanker serviks berdasarkan pada pemeriksaan klinis ; oleh karena itu,
pemeriksaan klinis harus dilaksanakan dengan seksama pada senua kasus, lebih baik oleh
pemeriksa yang berpengalaman dan dengan anestasia. Stadium klinis tidak berubah karena
temuan pada pembedahan. Bila terdapat keraguan pada penetapan stadium, maka stadium yang
diambil adalah stadium yang lebih kecil.
Pemeriksaan klnik yang dilakukan untuk menetapkan stadium penyakit antara lain
palpasi, inspeksi, biopsi, kolposkopi dan biopsi, kuretase endoserviks, histereskopi, sistoskopi,
proktoskopi, urografi, dan pemeriksaan foto toraks dan tulang (atas indikasi). Kecurigaan

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 7


terlibatnya. Kandung kencing dan rectum harus dipastikan dengan biopsi dan bukti histologis.
Konisasi atau amputasi serviks, ini pemeriksaan klinis, Kanker invasif yang teridentifikasi
harus masuk ke dalam laporan. Penemuan dengan pemeriksaan tambahan, seperti laparoskopi,
ultrasonografi, CT scan, MRI,dan scan PET adalah bernilai untuk perencanaan terapi, namun
karena pemeriksaan tersebut tidak secara umum tersedia di beberapa pusat pelayanan dan
interpretasi hasilnya berubah-ubah penemuan dari penelitian tersebut tidak menjadi dasar
untuk mengubah stadium klinis. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) dari KGB yang
dicurigai berdasarkan pemeriksaan radiologi dengan scanning dapat membantu dalam
perencanaan terapi.

1.5 Diagnosa Banding

1. Kanker endometrium (terutama stadium II)


2. Polip Endoservikal
3. Servicitis kronis
4. Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular seksual lainnya pada wanita dengan:
a. Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa, nyeri pelvis
b. Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama setelah
berhubungan seksual).

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi,
USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan
metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik.
Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan
sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih.

1.7 Tata Laksana

Tatalaksana Lesi Prakanker

Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan, sesuai dengan
kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada. Pada tingkat pelayanan
primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan program skrining atau deteksi
dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit
Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 8
approach atau see and treat program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka
selanjutnya dapat dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau
bidan yang sudah terlatih.

Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil abnormal direkomendasikan untuk
konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka dilanjutkan
dengan tindakan Loop Excision Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of
the Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan diagnostik maupun sekaligus terapeutik.
Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan
tindakan konisasi atau histerektomi total. Temuan abnormal hasil setelah dilakukan
kolposkopi:

 LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi 1
tahun.
 HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi 6
bulan

Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:

1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal


Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain: krioterapi dengan N2O dan CO2,
elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan untuk destruksi lokal
lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian pada fase
penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.
a. Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan metode
pembekuan atau freezing hingga sekurang- kurangnya -20oC selama 6 menit (teknik
Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau CO2. Kerusakan bioselular
akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐ sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2)
konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; (3) syok termal dan denaturasi kompleks
lipid protein; (4) status umum sistem mikrovaskular.

b. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan melakukan
eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada zona transformasi.
Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 9
Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium patologi anatomi untuk
konfirmasi diagnostik secara histopatologik untuk menentukan tindakan cukup atau
perlu terapi lanjutan.

c. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika
dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi umum.
Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai kedalaman
1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.

d. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu muatan listrik
dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas CO2
sehingga akan menimbulkan sinar laser yang mempunyai panjang gelombang 10,6u.
Perubahan patologis yang terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu
penguapan dan nekrosis. Lapisan paling luar dari mukosa serviks menguap karena cairan
intraselular mendidih, sedangkan jaringan yang mengalami nekrotik terletak di bawahnya.
Volume jaringan yang menguap atau sebanding dengan kekuatan dan lama penyinaran.

Tatalaksana Kanker Serviks Invasif

Stadium 0 / KIS (Karsinoma in situ)


Konisasi (Cold knife conization).
Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat pada yang masih memerlukan fertilitas.
Bila tidak tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi.
Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi total.
Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi sesuai tatalaksana kanker invasif.

Stadium IA1 (LVSI negatif)


Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan. (Tingkat evidens B)
Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi. Histerektomi
Total apabila fertilitas tidak dipertahankan

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 10


Stadium IA1 (LVSI positif)
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
dipertahankan.
Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik dapat dilakukan
Brakhiterapi

Stadium IA2,IB1,IIA1
Pilihan:
1. Operatif.
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik.
(Tingkat evidens 1 / Rekomendasi A)
Ajuvan Radioterapi (RT) atau Kemoradiasi bila terdapat faktor risiko yaitu metastasis
KGB, metastasis parametrium, batas sayatan tidak bebas tumor, deep stromal
invasion, LVSI dan faktor risiko lainnya.
Hanya ajuvan radiasi eksterna (EBRT) bila metastasis KGB saja. Apabila tepi sayatan
tidak bebas tumor / closed margin, maka radiasi eksterna dilanjutkan dengan
brakhiterapi.
2. Non operatif
Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren dan brakiterapi)

Stadium IB 2 dan IIA2


Pilihan:
1. Operatif (Rekomendasi A)
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
2. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa tumor primer
dan mengurangi risiko komplikasi operasi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.

Stadium IIB
Pilihan:
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 11
2. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik limfadenektomi
4. Histerektomi ultraradikal, laterally extended parametrectomy (dalam penelitian)

Stadium III A  III B


1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)

Stadium IIIB dengan CKD


1. Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
2. Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau
3. Radiasi

Stadium IV A tanpa CKD


1. Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal, direkomendasi terlebih dahulu
dilakukan kolostomi, dilanjutkan :
2. Kemoradiasi Paliatif, atau
3. Radiasi Paliatif

Stadium IV A dengan CKD, IVB


1. Paliatif
2. Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi

1.8 Edukasi
a) NUTRISI
Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi dan kaheksia kanker, sehingga
perlu mendapat terapi nutrisi adekuat, dimulai dari skrining gizi, dan apabila hasil
skrining abnormal (berisiko malnutrisi), dilanjutkan dengan diagnosis serta tatalaksana
nutrisi umum dan khusus.
Tatalaksana nutrisi umum mencakup kebutuhan nutrisi umum (termasuk penentuan
jalur pemberian nutrisi), farmakoterapi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi operatif (lihat
lampiran). Pasien kanker serviks dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa
diare, konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan serta kemo- dan atau
radio-terapi. Pada kondisi-kondisi tersebut, dokter SpGK perlu memberikan terapi
Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 12
nutrisi khusus, meliputi edukasi dan terapi gizi serta medikamentosa, sesuai dengan
masalah dan kondisi gizi pada pasien.
Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan yang sehat,
tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan alkohol dan
direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan secara
teratur dan menghindari gaya hidup sedenter (Rekomendasi tingkat A).

b) REHABILITASI MEDIK
Rehabilitasi medik bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian kemampuan fungsi
dan aktivitas kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
cara aman & efektif, sesuai kemampuan fungsional yang ada.
Pendekatan rehabilitasi medik dapat diberikan sedini mungkin sejak sebelum
pengobatan definitif diberikan dan dapat dilakukan pada berbagai tahapan &
pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan tujuan penanganan rehabilitasi kanker:
preventif, restorasi, suportif atau paliatif.

c) LAINNYA
- Anjuran untuk kontrol rutin pasca pengobatan
- Anjuran untuk menjaga pola hidup yang sehat

1.9 Prognosis

Angka kesintasan 5 tahun, berdasarkan AJCC tahun 201012 adalah sebagai berikut:
Stadium Kesintasan 5 tahun
0 93%
I 93%
IA 80%
IIA 63%
IIB 58%
IIIA 35%
IIIB 32%
IVA 16%
IVB 15%

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 13


KEPUSTAKAAN

1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Ginekologi. HOGI.2018


2. Andrijono. Panduan pelayanan medic ginekologi onkologi HOGI. 2007
3. ESGO. ESGO Pocket Guidelines Cervical Cancer 2018
4. FIGO Committee on Gynecologic Oncology. Revised FIGO staging for carcinoma of the
vulva, cervix, and endometrium. Int J Gynecol Obstet 2009;105(2):103–4.
5.

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 14


Level of Evidence dan Peringkat Rekomendasi

LEVEL LITERATUR REKOMENDASI


Ia Meta Analisa Randomized Clinical Trial A
Ib Minimal satu Randomized Clinical Trial
IIa Minimal satu non-Randomized Clinical Trial B
IIb Studi Kohort dan atau kasus kontrol
IIIa Studi cross-sectional C
IIIb Seri kasus dan laporan kasus
IV Konsensus dan pndapat ahli

Panduan Praktik Klinis – RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang 15

Anda mungkin juga menyukai