HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pengertian (Definisi) Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50% kehamilan. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari. Mual dan muntah ini terjadi pada 60-80% primigravida
dan 40- 60% multigravida.
Anamnesis Keluhan
Mual dan muntah hebat
Gejala klinis
a. Amenore yang disertai muntah yang hebat
b. Nafsu makan turun
c. Berat badan turun
d. Nyeri epigastrium
e. Lemas
f. Rasa haus yang hebat
g. Gangguan kesadaran
Faktor Risiko
Belum diketahui secara pasti namun diperkirakan erat kaitannya
dengan faktor endokrin, biokimiawi, dan psikologis.
Faktor Predisposisi
a. Faktor adaptasi dan hormonal
b. Faktor organik
c. Alergi
d. Faktor psikologik
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanda vital: nadi meningkat 100x/mnt, tekanan
darah menurun (pada keadaan berat), subfebris, dan
gangguan kesadaran (pada keadaan berat).
Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi : mata cekung, bibir
kering, turgor berkurang.
Pemeriksaan generalis: kulit pucat, sianosis, berat badan
turun > 5% dari berat badan sebelum hamil, uterus besar
sesuai usia kehamilan, pada pemeriksaan inspekulo tampak
serviks yang berwarna biru.
Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
b. Tingkat 2
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebris, nadi cepat lebih dari 100-140 x/mnt, tekanan
darah sistolik menurun, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c. Tingkat 3
Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.
Diagnosis
Hiperemesis Gravidarum
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan 1. Cunningham, FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL.,
williams Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill. New York. 2010.
2. Cohen WR, Cherry and Merkatz’s Complication of Pregnancy
5th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000.
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
ABORTUS
Pengertian (Definisi) Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan < 20 mg (berat janin <
500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan tanpa
penyebab yang jelas (miscarriage)
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu
yang bertujuan untuk mengahiri proses kehamilan (pengguguran,
aborsi, abortus provokatus).
a. Abortus Imminens
Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan
lahir, dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus Insipiens:
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan
atau sedang disertai kontraksi rahim dan akan berakhir sebagai
abortus komplit atau inkomplit.
c. Abortus Inkomplit
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis servikalis
dan masih terdapat sisa konsepsi dalam rongga rahim.
d. Abortus komplit
Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim melalui
kanalis servikalis secara lengkap.
e. Abortus tertunda (missed abortion)
Tertahannya (retensi) hasil konsepsi yang telah mati dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali atau
lebih.
g. Abortus Septic
Abortus yang disertai demam > 38ºC, takikardi, leukositosis dan
fluor berbau, biasanya menyertai abortus provokatus ( unsafe
abortion)
Anamnesis Terlambat haid kurang dari 20 minggu
Perdarahan pervaginam, dapat disertai keluarnya jaringan
hasil pembuahan
Nyeri/kram daerah perut bagian atas simfisis
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan kehamilan
Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Abortus Imminens
Perdarahan melalui ostium uteri eksternum, dengan atau
tanpa rasa mulas, uterus membesar sesuai usia kehamilan,
serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Abortus Insipiens
Terjadi dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi
masih dalam uterus, mules biasanya lebih sering dan kuat.
Abortus Inkomplit
Kanalis servikalis terbuka, jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri (kadang-kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum)
Perdarahan dapat banyak sekali sehingga
menyebabkan syok. Perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
Abortus Komplit
Keluarnya semua hasil konsepsi .
Missed Abortion
Biasanya di diagnosis tidak hanya dengan satu kali
pemeriksaan, memerlukan waktu pengamatan untuk menilai
tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan mengecilnya
uterus. Biasanya didahului oleh tanda abortus iminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah
pengobatan.
Diagnosis Abortus
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet
N.F.,MD, Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998:
607-634.
2. Stenchever, Droegemueller, Herbst, Mishell : Comprehensive
Gynecology 4th edition : Ectopic Pregnancy; 2001: 443-478.
3. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Pengertian (Definisi) Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada
wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat
berupa plasenta previa atau solusio plasenta.
Diagnosis Banding -
Penatalaksanaan spesifik:
Ekspektatif :
Syarat :
Keadaan umum ibu dan anak baik.
Perdarahan sedikit.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat
badan janin kurang dari 2500 gr.
Tidak ada his persalinan.
Penatalaksanaan ekspektatif :
Pasang infus, tirah baring
Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik.
Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan CTG setiap
minggu.
Aktif :
Persalinan pervaginam :
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis
atau plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak
kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan USG, perabaan fornises atau pemeriksaan dalam
di kamar operasi tergantung indikasi.
Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominam, dilakukan pada keadaan:
Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
Plasenta previa totalis.
Plasenta previa lateralis di posterior.
PLASENTA PREVIA
Pengertian (Definisi) Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum.
Anamnesis Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri
Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum
masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum
Kriteria Diagnosis Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa
NYERI
Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi
Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum
masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum
Diagnosis Plasenta Previa
SOLUSIO PLASENTA
Pengertian (Definisi) Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya, pada plasenta yang
implantasinya normal sebelum janin lahir.
Derajat Solusio Plasenta
Ringan :
- perdarahan yang keluar kurang dari 100-200cc
- uterus tidak tegang
- belum ada tanda renjatan
- janin hidup
- kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
Sedang :
- perdarahan lebih dari 200 cc
- uterus tegang
- terdapat tanda renjatan
- gawat janin atau janin mati
- kadar fibrinogen plasma 120 - 150 mg%
Berat :
- uterus tegang dan kontraksi tetanik
- terdapat renjatan
- janin biasanya sudah mati
Anamnesis Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa
nyeri (tergantung derajat solusio plasenta).
Pemeriksaan Fisik Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa
nyeri (tergantung derajat solusio plasenta).
Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagianbagian
janin biasanya sulit.
Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati
(tergantung derajat solusio plasenta).
Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan teraba ketuban
yang tegang dan menonjol.
Kriteria Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis
Solusio Plasenta
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan Pemeriksaan USG :
Penunjang Pada pemeriksaan USG didapatkan implantasi plasenta
normal dengan gambaran hematom retroplasenter.
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah untuk
fibrinogen, trombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan
Terapi Derajat ringan:
Ekspektatif bila :
- Usia kehamilan belum cukup bulan. Penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam. Pemantauan klinik
dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat :
- Perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
- Belum ada tanda-tanda in partu
- Keadaan ibu cukup baik (Kadar Hb lebih dari 8 gr %)
- Janin baik
Penatalaksanaan :
- Tirah baring.
- Berikan Deksametason 20mg/48 jam (dibagi 4 dosis)/
Betametason 24 mg/48 jam (dibagi 2 dosis)
- USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
- KTG serial setiap 3 hari
Aktif bila :
- Usia kehamilan cukup bulan, janin hidup dilakukan
persalinan perabdominam
- Usia kehamilan kurang bulan, janin viable (pematangan
paru sebelumnya bila memungkinkan), dengan persalinan
perabdominam
- Bila keadaan memburuk (perdarahan dan kontraksi uterus
berlangsung terus) dikelola sebagai derajat sedang/berat.
Derajat sedang/berat:
1. Perbaikan keadaan umum
a. Resusitasi cairan/transfusi darah
- Berikan darah lengkap segar
- Jika tidak tersedia pilih salah satu dari plasma beku
segar, sel darah merah packed (PRC), kriopresipitat,
konsentrasi trombosit.
b. Atasi kemungkinan gangguan perdarahan
2. Melahirkan janin
a. Dengan mengupayakan partus pervaginam (amniotomi dan
tetes oksitosin) bila skor pelvik > 6 atau bila diperkirakan
persalinan bisa berlangsung < 6 jam.
b. Dengan persalinan perabdominam bila skor pelvik < 6 atau
bila diperkirakan persalinan akan berlangsung > 6 jam, atau
bila sesudah 6 jam dikelola janin belum lahir pervaginam.
Catatan :
Bila janin masih hidup dan kemungkinan viable (> 28 minggu dan
atau BBJ > 1000 gram), dilakukan tindakan persalinan dengan seksio
sesarea
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
Pemeriksaan Fisik
1. Didapatkan perdarahan pervaginam >500 cc dengan atau tanpa
tanda-tanda syok hipovolemik.
2. Adanya atoni uteri, perlukaan/laserasi jalan lahir, retensio/sisa
jaringan plasenta, atau kelainan/gangguan faktor pembekuan
darah.
Penatalaksanaan spesifik
l. Atonia Uteri (ICD10-072.1):
Masase uterus, Pemberian oksitosin 20 unit dalam NaCL 1000cc
tetesan cepat (dapat diberikan sampai 3 liter dengan tetesan 40
tetes/menit) dan ergometrin IV/IM 0,2 mg (dapat diulang lx
setelah 15 menit dan bila masih diperlukan dapat diberikan tiap
2-4 jam IM/IV sampai maksimal 1 mg atau 5 dosis) atau
misoprostol 400 mikrogram perektal/peroral (dapat diulang 400
mikrogram tiap 2-4 jam sampai maksimal 1200 mikrogram atau
3 dosis). Bila setelah pemberian dosis awal ada perbaikan dan
perdarahan berhenti, oksitosin/misoprostol diteruskan, bila tidak
ada perbaikan lakukan kompresi bimanual atau pemasangan
tampon balon. Jika kontraksi tetap buruk, lakukan laparotomi.
(lakukan ligasi arteri uterina atau hipogastrika atau teknik B-
lynch suture untuk pasien yang belum punya anak, jika tidak
mungkin lakukan histerektomi)
2. Laserasi jalan lahir (ICD10-O.71):
Segera lakukan penjahitan laserasi
3. Ruptur uteri (ICD10-O.71.1):
Stabilisasi keadaan umum dan segera lakukan laparotomi.
Rencana histerorafi atau histerektomi.
4. Inversio uteri (ICD10-O.71.2):
Reposisi manual setelah syok teratasi. Jika plasenta belum lepas,
sebaiknya jangan dilepaskan dulu sebelum uterus direposisi
karena akan mengakibatkan perdarahan banyak. Setelah reposisi
berhasil, diberi drip oksitosin. Pemasangan tampon rahim
dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio. Jika reposisi manual
tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif.
5. Retensio plasenta (ICD10-O.71.0):
Dilakukan pelepasan plasenta secara manual. Jika plasenta sulit
dilepaskan, pikirkan kemungkinan plasenta akreta. Terapi terbaik
pada plasenta akreta komplit adalah histerektomi.
6. Sisa plasenta (ICD10-O.72.0):
Dilakukan kuretase dengan pemberian uterotonika dan transfusi
darah bila diperlukan. Jika terjadi pada masa nifas, berikan
uterotonika, antibiotik spektrum luas dan kuretase. Jika kuretase
tidak berhasil, lakukan histerektomi.
7. Gangguan koagulopati (ICD10-O.72.3):
Rawat bersama Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Koreksi faktor
pembekuan dengan transfusi darah segar/pemberian FFP,
kriopresipitat, trombosit dan PRC, kontrol DIC dengan heparin.
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
Anamnesis Perdarahan lebih dari 500 mL yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah janin lahir
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan 1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
RUPTURA UTERI
Pengertian (Definisi) Robeknya dinding rahim, pada saat kehamilan atau persalinan
dengan atau tanpa robeknya peritoneum.
Anamnesis Adanya faktor predisposisi.
Nyeri perut mendadak dengan atau tanpa tanda-tanda adanya
perdarahan intraabdominal.
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak.
Kadang-kadang disertai sesak nafas/nafas cuping hidung atau
nyeri bahu.
His ada atau tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Ruptura Uteri
Pemeriksaan Laboratorium:
Penunjang Hemoglobin, Leukosit, Hematokrit, Trombosit.
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan DL
Penunjang
Nitrazin test
Pemeriksaan USG
Kardiotopografi
Terapi Pada kehamilan dengan letak kepala :
a. Menentukan Pelvic Score (PS)
b. Menunggu timbulnya persalinan spontan sampai dengan 12
jam
c. Pemberian antibiotika
d. Dilakukan induksi persalinan dengan Oksitosin drip apabila :
1) 12 jam setelah ketuban pecah tidak inpartu
2) Fetal Well Being (FWB) baik
Terdapat tanda-tanda infeksi intra uterine :
temperatur rectal >37,6° C
3) Apabila Pelvic Score ≥5 induksi persalinan dengan
Oksitosin drip
4) Apabila PS <5 dilakukan ripening dengan Misoprostol
25-50 mcg setiap 6 jam sampai dengan PS≥5 dilanjutkan
dengan Oksitosin drip
Dilakukan SC CITO apabila terdapat (salah satu dari yang tersebut
dibawah ini):
1) Terdapat kelainan letak
2) Riwayat SC sebelumnya
3) Macrosomia
4) Panggul sempit
5) Plasenta previa
6) Prolaps tali pusat
7) Tanda-tanda maternal distress
8) Tanda-tanda fetal distress
9) Terdapat kontra indikasi dilakukan drip Oksitosin
10) Gagal drip Oksitosin
Edukasi Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PREEKLAMSIA BERAT
Pengertian (Definisi) Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Dibedakan :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, dan yang menetap setelah 12
minggu pasca persalinan.
2. Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah
timbulnya preeklamsi atau eklamsi pada pasien hipertensi kronik.
3. Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam
kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal
dan tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau
preeklamsi/eklamsi (tidak disertai proteinuri). Gejala ini akan
hilang dalam waktu < 12 minggu pascasalin.
Terapi 1. AKTIF
Indikasi satu/lebih keadaan dibawah ini :
1. Ibu
Kehamilan >37 minggu, adanya tanda-tanda/gejala-gejala
impending eklamsia, kegagalan tindakan/terapi konservatif :
setelah 6 jam pengobatan medikomentosa terjadi kenaikan
tekanan darah. Setelah 24 jam terapi medikomentosa keadaan
status Quo (tidak ada perbaikan).
2. Janin
Adanya tanda-tanda fetal distress, adanya tanda-tanda IUGR.
3. Laboratorik
HELLP syndrome
Pengobatan Medikomentosa
1. Tirah baring
2. Infus Dekstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan
larutan ringer lactate 500 cc (60-125cc/jam)
3. Antasida
4. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
5. Pemberian obat antikejang : MgSO4
Cara pemberian :
- Dosis awal : 4 g 20% IV pelan-pelan selama 3-4 menit.
Disusul 8 g 40% IM terbagi pada bokong kanan dan kiri
- Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 4 g 40% IM sampai
dengan 6 jam pasca persalinan
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
1. Harus tersedia antidontum MgSO4 yaitu Kalsium
glukonas 10% (1 g dalam 10cc) diberikan IV 3 menit.
2. Refleks patella + kuat
3. Frekuensi pernapasan >16 kali per menit
4. Produksi urine >100cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5cc/kgbb/jam)
MgSO4 dihentikan bila :
1. Ada tanda-tanda intoksikasi setelah 6 jam pasca
persalinan
2. Dalam 6 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan
(normotensi)
6. Diuretika diberikan bila ada :
- Edema paru
- Payah jantung kongestif
- Edema anasarka
7. Antihipertensi diberikan bila :
- Tekanan darah : sistolik>180 mmHg, diastolik>110
mmHg
- Obat-obatan antihipertensi yang diberikan :
Nifedipine 3x10 mg
Metildopa 3x250 mg
1. Kardiotonika diberikan bila ada tanda menjurus payah
jantung. Perawatan dilakukan bersama dengan bagian
penyakit dalam/jantung.
2. Lain-lain
- Obat-obatan antipiretik
Diberikan bila suhu rektal diatas 38,5°C. Dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol.
- Antibiotika diberikan atas indikasi
Tindakan Obstetrik
Terminasi sesudah 30 menit terapi obat-obatan :
1. Terminasi kehamilan belum inpartu
- Induksi persalinan : amniotomi + oksitosin drip dengan
syarat skor Bishop >5
- Seksio sesarea bila : syarat oksitosin drip tidak dipenuhi
atau adanya kontraindikasi oksitosin drip, 12 jam sejak
dimulainya Oksitosin drip belum masuk fase aktif.
- Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesariae.
2. Terminasi kehamilan sudah inpartu :
- Kala I
Fase latent : seksio sesarea
Fase aktif : amniotomi sja, bila 6 jam setelah amniotomi
tidak terjadi pembukaan lengkap, dilakukan seksio
sesarea.
- Kala II
Persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan.
2. KONSERVATIF
Berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medikomentosa.
a. Indikasi : kehamilan Preterm (<37 minggu)
Tanpa disertai tanda-tanda impending Eklamsia dengan keadaan
janin baik.
b. Tindakan medika mentosa :
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara
aktif. Sulfas magnesikus hanya diberikan IM sampai dengan 24
jam pemberian.
c. Pengobatan obstetrik :
Selama perawatan konsevatif, observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak ada terminasi. Sulfas
magnesikus dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda
preeklamsia ringan. Selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medikomentosa dan harus
diterminasi.
EKLAMPSIA
Pengertian (Definisi) Kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia (hipertensi, edema,
proteinuria).
Anamnesis 1. Umur kehamilan > 20 minggu
2. Adanya faktor resiko
3. Riwayat Hipertensi
4. Kejang
5. Penurunan kesadaran
6. Penglihatan kabur
7. Nyeri kepala hebat
8. Nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema, proteinuria)
Kesadaran somnolen sampai koma
Proteinuria (+)3
Kadang disertai gangguan fungsi organ-organ
Kriteria Diagnosis Kehamilan >20 minggu, atau saat persalinan atau masa nifas
Berdasarkan gejala klinis
Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema,
proteinuria)
Kesadaran somnolen sampai koma
Proteinuria (+)3
Kadang disertai gangguan fungsi organ-organ
Diagnosis Eklamsia
Kardiotonika:
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-tanda
payah jantung. Jenis kardiotonika yang diberikan : Cedilanid-
D
Perawatan dilakukan bersama dengan Bagian Penyakit
Jantung
Lain-lain :
1. Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 ° C
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol
2. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
3. Anti nyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat
diberikan petidin HCl 50-75 mg sekali saja.
Pengobatan Obstetrik :
Sikap terhadap kehamilan
a. Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin.
Gejala impending eklamsi, adalah :
a. Penglihatan kabur
b. Nyeri ulu hati
c. Nyeri kepala yang hebat
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan 1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
HELLP SYNDROME
Pengertian (Definisi) HELLP syndrome merupakan komplikasi kebidanan yang
mengancam nyawa yang biasanya terjadi akibat preeclampsia. Kedua
kondisi ini biasanya terjadi selama fase akhir dari suatu kehamilan,
atau kadang-kadang terjadi setelah melahirkan. "HELLP" kumpulan
gejala hemolysis, Elevated liver enzym dan Low Platelets yang
merupakan gejala utama dari sindroma ini.
Anamnesis Gejala awalnya dapat berupa:
Pada 90% kasus, baik nyeri ulu hati didefinisikan sebagai
nyeri kuadran kanan atas
Pada 90% kasus, malaise.
Pada 50% kasus, mual atau muntah.
Gejala yang bertahap namun signifikan dari sakit kepala
(30%), pandangan kabur, dan parestesia (kesemutan pada
anggota gerak)
DIC (Disseminated intravascular coagulation) juga terlihat
pada 20% perempuan dengan sindrom HELLP ,[dan pada
84% ditemukan ketika sindrom HELLP dikomplikasikan oleh
gagal ginjal akut.
Edema paru juga ditemukan pada 6% perempuan dengan
sindrom HELLP,dan pada 44% kasus ketika sindrom HELLP
dikomplikasikan oleh gagal ginjal akut.
Diagnosis Banding -
Indikator Medis
Kondisi pasien membaik
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
3. Haram K, Svendsen E, Abildgaard U (Feb 2009). "The HELLP
syndrome: clinical issues and management. A review"
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
KISTA OVARIUM
Pengertian (Definisi) Kista ovarium adalah massa kistik yang berasal dari ovarium yang
bersifat jinak
Anamnesis Jika kista berukuran kecil kadang tidak menimbulkan gejala
Dapat muncul menstruasi yang tidak teratur
Nyeri pada tulang panggul beberapa saat/setelah menstruasi
Nyeri pada tulang panggul saat berhubungan intim
Sering buang air kecil
Nyeri pada payudara
Mual dan muntah
Keluhan organ pencernaan lain
Pemeriksaan Fisik Adanya massa kistik pada adneksa yang dibuktikan melalui
pemeriksaan dalam dan penunjang
Terapi Observasi
dilakukan pada kista dengan ukuran kurang dari 7 cm
Operatif
bila ukuran kista lebih dari 7 cm, atau kista mengalami
puntiran, atau kista ruptur, atau kista mengalami infeksi.
Dilakukan kistektomi (65.2), ovarektomi (65.3 65.5), atau
salpingoovarektomi (65.4, 65.6)
Edukasi Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
MIOMA UTERI
Pengertian (Definisi) Mioma uteri adalah tumor jinak dari unsur otot polos dinding rahim
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
MOLA HIDATIDOSA
Pengertian (Definisi) Kegagalan kehamilan normal yang disertai dengan proliferasi sel
trofoblas yang berlebihan dan degenerasi hidrofik, yang secara
klinis tampak sebagai gelembung-gelembung
Klasifikasi Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa komplit
Mola hidatidosa parsial
Anamnesis Anamnesis dan perneriksaan fisik:
Amenore
Keluhan gestosis seperti hiperemesis gravidarum yang
berat
Perdarahan
Pemeriksaan Fisik Perdarahan
Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan
Klinis terlihat gelembung mola yang keluar dari uterus
2. Evakuasi :
(sesuaikan dengan cara terminasi kehamilan trimester I)
Vakum kuretase
a. Bila gelembung sudah ke luar.
Setelah keadaan umum diperbaiki langsung dilakukan
vakum kuretase dan untuk pemeriksaan PA dilakukan
pengambilan jaringan dengan kuret tajam.
Bila perdarahan banyak: bersamaan dengan perbaikan KU,
evakuasi harus segera dilakukan.
b. Bila gelembung belum ke luar.
Pasang laminaria stift, 12 jam kemudian dilakukan vakum
kuretase tanpa pembiusan, kemudian dilakukan kuretase
tajam, untuk mengambil jaringan (untuk pemeriksaan PA).
(Pada laporan harus dituliskan: jumlah dan diameter
jaringan mola, perdarahan, ada tidaknya janin atau bagian
janin seperti kantung janin, cairan ketuban dan lain-lain).
Khusus untuk pasien umur 35 tahun atau lebih dengan
jumlah anak cukup, dilakukan histerektomi totalis, baik
dengan jaringan mola in-toto atau beberapa hari pasca kuret.
3. Terapi profilaksis
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Kemoterapi
b. Histerektomi
a) Kemoterapi
Diberikan pada pasien dengan resiko tinggi, yaitu:
Hasil PA mencurigakan keganasan
Umur pasien 35 tahun atau lebih yang menolak
dilakukan histerektomi.
Obat yang diberikan adalah :
Metotreksat (MTX): 20 mg/hari IM selama 5 hari
(ditambah dengan asam folat) atau
Aktinomisin D (ACTD): 1 vial (0,5 mg)/ hari IV
selama 5 hari
b) Histerektomi
Dilakukan terutama pada pasien yang berumur > 35
tahun dengan jumlah anak cukup
3. Pengawasan lanjut:
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin adanya perubahan
kearah keganasan.
Lama Pengawasan
Satu tahun.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu, dengan menggunakan KB
kondom/sistem kalender, atau pil KB bila haid teratur dan tidak
dianjurkan menggunakan IUD atau suntikan
Akhir pengawasan
Bila setelah pengawasan satu tahun, kadar hCG dalam batas
normal, atau bila telah hamil lagi
Jadwal pengawasan
3 bulan ke-I : dua minggu sekali
3 bulan ke II : 1 bulan sekali
6 bulan terakhir : 2 bulan sekali
Pemeriksaan yang dilakukan selama pengawasan:
Pemeriksaan klinis dan hCG setiap kali datang
Foto toraks, pada bulan ke-6 dan ke-12 atau bila ada keluhan.
Edukasi Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
Kepustakaan
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011
Panduan Praktik Klinis
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RS SYAFIRA PEKANBARU
TAHUN 2017
KANKER SERVIKS
Pengertian (Definisi) Keganasan primer pada serviks uteri
Stadium klinis kanker serviks (FIGO, 1987)
Pemeriksaan 1. Kolposkopi
Penunjang 2. Biopsi, bila perlu dilakukan dilatasi kuretase
3. Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit,
fibrinogen, kimia darah
4. Foto rontgen paru-paru, foto polos abdomen/pielografi
intravena
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan serviks
6. Rektoskopi dan sistoskopi
Terapi a. Pembedahan
Pembedahan histerektomi ekstrafasial bila kanker
mikroinvasif <5 mm dan tidak terdapat sel tumor pada
pembuluh darah/limfe.
Pembedahan radikal: Histerektomi radikal +
limfadenektomi pelvis dilakukan pada stadium I-IIa, bila
tidak ada kontraindikasi.
b. Radiasi
Radiasi interna + radiasi eksterna. Sebaiknya dilakukan
pemberian kemoradiasi (sebelum radiasi diberikan kemoterapi).
c. Kemoterapi
d. Kombinasi antara pembedahan, kemoterapi, radiasi.
Edukasi Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
KANKER OVARIUM
Pengertian (Definisi) Tumor ganas berasal dari ovarium. Sering juga disebut kanker
ovarium.
Secara singkat berdasarkan pemeriksaan histopatologi terdapat tiga
jenis kanker ovarium yang terbanyak adalah :
1. Tumor ganas epitel (malignant epithelial tumor)
2. Tumor ganas sel benih (malignant germ cell tumor)
3. Tumor ganas stroma (malignant stromal/sex cord tumor)
Anamnesis Timbul benjolan di perut dalam waktu yang relative singkat
Gangguan buang air kecil/besar, nyeri perut
Dengan atau tanpa gangguan haid
Pemeriksaan Fisik Timbul benjolan di perut dalam waktu yang relative singkat
Ditemukan tumor
a. di rongga pelvis dan dapat meluas hingga rongga perut, di
kiri/kanan uterus, di kavum Douglasi
b. mobilitas terbatas, karena perlekatan, nyeri perut.
c. sering disertai ascites.
Kriteria Diagnosis Timbul benjolan di perut dalam waktu yang relatif singkat
Gangguan buang air kecil/buang air besar, nyeri perut
Ditemukan tumor
di rongga pelvis dan dapat meluas hingga rongga
perut, di kiri/kanan uterus, di kavum Douglasi
permukaan tidak rata.
konsistensi padat, kistik dan kistik dengan bagian
padat.
mobilitas terbatas, karena perlekatan, nyeri perut.
sering disertai ascites.
Mungkin ada gangguan haid
Laparotomi untuk mengetahui jenis histopatologi dan
penentuan stadium.
Diagnosis Kanker Ovarium
Pemeriksaan 1. Ultrasonografi
Penunjang 2. Pemeriksaan foto meliputi foto toraks, abdomen, barium enema,
pielografi intravena.
3. CT scan
4. Sitologi cairan ascites.
Terapi 1. Pembedahan (Staging laparotomi)
a. Aspirasi cairan rongga peritonium untuk pemeriksaan
sitologi, bila tidak ada cairan peritonium dilakukan bilasan
peritoneal.
b. Biopsi pada :
daerah bagian bawah diafragma
lateral dari kolon asenden dan kolon desenden
kavum Douglasi
peritonium kandung kemih
c. Eksplorasi daerah/organ seperti hati, ginjal, mesenterium,
usus halus, dan usus besar.
d. Hanya ovarektomi unilateral saja bila stadium Ia atau tidak
ada perlengketan, jenis tumor borderline, usia muda, dan
belum punya anak, atau histerektomi totalis dengan
salfingoovarektomi bilateralis pada stadium I dan II dan
pembedahan sitoreduksi pada stadium III dan
e. Omentektomi:
Omentektomi parsial bila secara makroskopis tidak
ditemukan lesi metastasis
Omentektomi total bila secara makroskopis ditemukan
lesi metastasis.
f. Biopsi pada setiap perlekatan
g. Limfadenektomi/biopsi kelenjar getah bening yang
membesar di daerah pelvik dan paraaorta
2. Kemoterapi (99.25)
Pada umumnya diberikan setelah terapi pembedahan, kadang-
kadang sebelum pembedahan (neoajuvan).
Untuk kanker ovarium jenis epitel sebaiknya kombinasi CAP
(siklofosfamid, adriamisin, sisplatin), atau AP (adriamisin,
sisplatin), atau EP (epirubisin, sisplatin), Taksol atau Taksol
+ Karboplatin
Untuk jenis sel germinal diberikan: VAC (vinkristin,
adriamisin, siklofosfamid) atau PVB (sisplatin, vinblastin,
bleomisin).
3. Radiasi
Diberikan setelah terapi pembedahan (pengangkatan massa
tumor secara optimal, atau dengan tumor terangkat seluruhnya
atau bila dengan residu tumor minimal 1,5-2 cm)
4. Kombinasi antara:
Pembedahan, kemoterapi, radiasi
Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
Edukasi Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
Diagnosis Banding -
Kala II
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Mempertahankan kebersihan ibu
Mempersiapkan kelahiran bayi
Membimbing meneran pada waktu HIS
Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut
jantung janin terus menerus
Melakukan amniotomi bila diperlukan
Melakukan episiotomy bila diperlukan
Melahirkan kepala dengan benar
Melonggarkan atau melepaskan bila ada lilitan tali
pusat pada kepala dan badan bayi
Nilai tanda-tanda kehidupan minimal 3 aspek, yaitu :
adakah usaha bernafas, denyut jantung, warna kulit
Menjaga kehangatan bayi
Merangsang pernapasan bayi bila diperlukan
Kala III
Melaksanakan manajemen aktif kala III
Melakukan masase uterus untuk meyakinkan tidak
ada bayi lain
Jepit dan giuntung tali pusat sedini mungkin
Memberikan suntikan oksitosin 10 U im, dapat
diulang setelah 15menit jika plasenta belum lahir
Melakuakn peregangan tali pusat terkendali atau
PTT
Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta
dilahirkan dengan perasat Brand Andrew
Setelah kelahiran plasenta, lakuakn masase fundus
uteri
Kala IV
Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran
darah, tanda-tanda vital
- Setiap 15 menit selama satu jam
- Setiap 20-30 menit selama jam kedua
Indikasi Janin
1. Kelainan letak
2. Gawat Janin
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan USG
Penunjang
Teknik :
1. Mula-mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan
lapangan operasi dipersempit dengan kain suci hama.
2. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisis sepanjang ± 12 cm sampai di bawah umbilicus
lapis demi lapis sehingga cavum peritoneal membuka.
3. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan
kasa laparatomi.
4. Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas
rahim (SAR), kemudian diperlebar secara sagital dengan
gunting.
5. Setelah cavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan.
Janin dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong
fundus uteri. Setelah janin lahir seluruhnya, tali pusat
dijepit dan dipotong di antara kedua penjepit.
6. Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 U
oksitosin ke dalam rahim secara intra mural.
7. Luka insisi SAR dijahit kembali :
8. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa
dieksplorasi.
9. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan
akhirnya luka dinding perut dijahit.
Anamnesis HPHT
ANC sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Leopold I : bagian melenting/kepala di fundus
Leopold II : punggung kanan/kiri
Leopold III dan IV : teraba bokong di bawah rahim
Periksa dalam : teraba bokong dan atau kaki
Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding -
Pemeriksaan USG
Penunjang