Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PELAYANAN KLINIK ENDOMETRIOSIS

Judul Endometriosis
Endometriosis adalah penyakit inflamasi berupa tumbuhnya jaringan
Pengertian/Definisi
abnormal menyerupai endometrium dan memicu reaksi peradangan.1
Anamnesis/Riwayat Menanyakan gejala yang ditimbulkan oleh endometriosis: 2
Penyakit 1. Nyeri Haid 3,4
 Muncul sebelum menstruasi, bertahan selama mestruasi atau
lebih lama
 Nyeri berada dalam panggul kadang menyebar
 Dapat menjalar ke punggun atau paha
 Dapat menimbulkan gejala lain seperti diare
2. Nyeri pelvis kronis
 Lebih dari 6 bulan
 Pasien tidak mampu beraktivitas tanpa obat
3. Dispareunia dalam
 Terjadi sebelum menstruasi
 Semakin nyeri di awal menstruasi
4. Keluhan intestinal siklik
 Gejala seperti kembung, diare, atau konstipasi
5. Infertilitas
6. Faktor risiko endometriosis:
 Perdarahan post–coitus,
 Riwayat kista endometriosis sebelumnya,
 Riwayat penyakit inflamasi pelvik.

Pemeriksaan Fisik  Pasien diperiksa dalam posisi terlentang pada meja ginekologi dengan
posisi litotomi.
 Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.
 Inspeksi pada vagina dengan menggunakan spekulum: 5
o Lesi proliferatif merah di forniks posterior yang mudah berdarah
dengan sentuhan
 Pemeriksaan bimanual : 5
o Menilai ukuran, posisi, dan mobilitas uterus.
 Pemeriksaan palpasi rektovagina : 5
o Ada/tidaknya nodul endometriosis dengan palpasi ligamentum
sakrouterina dan septum rektovagina.
o Nyeri tekan lokal.
 Pemeriksaan fisik saat pasien haid meningkatkan kesempatan
penemuan nodul dan menilai nyeri.
Pemeriksaan  Penanda Biokimiawi : 5,6
Penunjang o IL–6 dan TNF-a  opsional
o CA–125  penanda endometriosis derajat lanjut, kekambuhan
pasca operasi, (bukan pemeriksaan untuk eksklusi atau inklusi
emdometriosis)
 Pencitraan
o Ultrasonografi (USG)7 (sensitivitas dan spesifisitas bergantung
1
lokasi lesi, dapat mengidentifikasi adanya kista) dilakukan secara
transvaginal atau transabdominal/transrektal pada remaja.
o Magnetic Resonance Imaging (MRI) 3 (deteksi dan diferensiasi
endometrioma dari massa lainnya)
Kriteria Diagnosis  Dismenorea dan nyeri panggul kronik yang mengganggu aktivitas
yang tidak membaik dengan pengobatan anti inflamasi non steroid
atau pil kontrasepsi selama 3 bulan.
 Ditemukan jaringan endometriosis dengan laparoskopi.
 Endometriosis Susukan Dalam didirikan bila ditemukan nodul pada
dinding rektovagina/posterior forniks vagina dan/atau massa padat
yang terletak lebih dari 5 mm di dalam peritoneum. Endometriosis
susukan dalam dapat mengenai ligamentum sakrouterina, dinding pelvis,
septum rektovagina, vagina, usus, kandung kemih atau ureter.3,5,8
 Klasifikasi :9

2

Diagnosis Banding  Kista jinak ovarium dengan/tanpa puntiran
 Penyakit inflamasi pelvik
 Sistitis/apendisitis
Terapi 1. Nyeri dengan infertilitas10
o Konsultasi dengan subspesialis fertilitas
o Endometriosis derajat sedang/berat : ditawarkan penanganan
bedah karena meningkatkan kemungkinan hamil
o Endometriosis derajat minimal ringan : ditawarkan bedah
ablasi/resesis endometriosis ditambah adesiolisis laparoskopi
o Endometrioma : ditawarkan kistektomi per laparoskopi
2. Nyeri tanpa infertilitas dengan curiga endometriosis susukan
dalam

3
o Pemeriksaan MRI
o Indikasi pembedahan:11,12
- Nyeri (termasuk dispareunua dan dizkezia) dengan
VAS>7 yang menganggu kualitas hidup
- Obstruksi usus besar
- Pasien dengan kegagalan IVF karena endometriosis
susukan dalam.
- Pada pasien mendekati menopause tidak dianjurkan
pembedahan.
3. Nyeri tanpa infertilitas tanpa curiga endometriosis susukan dalam1
 Progestin (lini 1) atau Pil Kontrasepsi Kombinasi/OAINS
(alternatif lini 1) evaluasi setelah 3 bulan
 Jika VAS berkurang, teruskan selama 18-24 bulan
 Jika VAS tidak berkurang, berikan terpai lini 2 :
- GnRH Agonis
- LNG IUS
- DMPA
- Danazol
- Jika nyeri tidak berkurang lakukan pembedahan
(kistektomi/eksisi/ablasi lesi endometrioma/radikal
(HTSOB)
Edukasi  Modifikasi gaya hidup berupa olahraga dan penerapan teknik relaksasi
dapat mengurangi nyeri pada sebagian wanita dengan endometriosis13
 Pemberian obat-obatan oral dimaksudkan untuk mengurangi nyeri,
bukan menyembuhkan endometriosis
 Pembedahan dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan kesuburan, namun 20-40% pasien akan mengalami
kekambuhan.
Prognosis  47% pasien endometriosis mengalami sakit yang meningkat, 25%
pasien menyatakan perbaikan seetelah manajemen medikamentosa,
25% tidak mengalami perubahan.12
 2-47% pasien membutuhkan operasi kembali untuk mengurangi nyeri
 Rekurensi dalam 3 tahun ditemui pada 13.5% kasus pasca operasi dan
dalam 5 tahun ditemui pada 40.3% kasus pasca operasi
 0.9% menjalani operasi kedua dalam 1 tahun pasca operasi pertama
 13.6% menjalani operasi kedua setelah 8 tahun operasi pertama
 Tingkat keparahan tidak dapat memprediksi angka kekambuhan
 47% pasien endometriosis dengan infertilitas dapat hamil setelah
operasi konservatif
 20% pasien yang menjalani operasi kedua memerlukan operasi ketiga.
Kepustakaan 1. Konsensus Tata Laksana Nyeri Endometriosis. Perkumpulan Obstetri
& Ginekologi Indonesia – Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia. 2017.
2. Bellelis P, Dias J, Podgaec S, Gonzales M, Baracat E, Abrao M.
Epidemiological and clinical aspects of pelvic endometriosis-a case
series. Revista da Associacao Medica Brasileira 2010;56(4):467-71.
3. Fritz M, Speroff L. Endometriosis. Clincal Gynecologic Endocrinology
and Infertility. 8th ed ed. North Caroline: Lippincott Williams & Wilkins;

4
2011:1103-25.
4. Overton C, Davis C, McMillan L, Shaw R. An Atlas of Endometriosis.
London: Informa Healthcare; 2007
5. RCOG. The investigation and management of endometriosis. Green-top
Guideline 2008;24:1-14
6. Ashraf A, Ibrahim A. Role of some biomarkers in chronic pelvic pain for
early detection of endometriosis in infertile women. Fertil Steril 2012.
7. Moore J, Copley S, Morris J, Lindsell D, Golding S, Kennedy S. A
systematic review of the accuracy of ultrasound in the diagnosis of
endometriosis. ultrasound obstet gynecol 2002;20(6):630-4.
8. De-Cicco C, Corona R, Schonman R, Mailova K, Ussia A, Koninckx P.
Bowel resection for deep endometriosis: a systematic review. BJOG
2011;118:285-91
9. Dunselman G, Vermeulen N, Becker C, et al. ESHRE guideline:
management of women with endometriosis. Hum Rep 2014;29(3):400-
12 Abrao M, Petraglia F, Falcone T, Keckstein J, Osuga Y, Chapron C.
Deep endometriosis infiltrating the recto-sigmoid: critical factors to
consider before management. Hum rep update 2015;21(3):329-39
10. Konsensus Penanganan Infertilitas. POGI-HIFERI-IAUI-PERFITRI.
2013. 28
11. Chen I, Money D, Yong P, Williams C, Allaire C. An Evaluation Model
for a Multidisciplinary Chronic Pelvic Pain Clinic: Application of the
RE-AIM Framework. J Obstet Gynaecol Can 2015;37(9):804–9
12. Nnoaham K, Hummelshoi L, Webster P, et al. Impact of endometriosis
on quality of life and work productivity: a multicenter study across ten
countries. Fertil Steril 2011;96(2):366-7

Anda mungkin juga menyukai