Anda di halaman 1dari 47

SMART NURSE SHARE to CARE..

Menu

Skip to content
Beranda
Profil
Download
Askep
Bahan Kuliah
Category
Hobby
Quotes
Peran Perawat dalam Manajemen Bencana

Agu23
Apa sih peran perawat pada saat bencana??
Hmmmpastilah ada..hehe,,coz perawat merupakan salah satu dari sekian banyak tenaga
kesehatan yang punya andil besar didunia persilatan,,ehh dunia kesehatan ;)
So,,bwt sobat2 yg ambil jrsan perawat, bkerja sbg perawat, org tua perawat , suami/istri perawat,
kakek nenek perawat *maksa.com*,, pastilah harus tahu deskripsi peran perawat yg sebenarnya
dalam menanggulangi bencana..
Nihh dia,,silahkan diliat SOB ^^
Fase-Fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu;
fase preimpact,
fase impact
fase postimpact
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari
badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik
oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.

2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga
terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga
tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum
dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan,
marah, tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.
TIM BANTUAN KESEHATAN (BERDASARKAN KEPMENKES 066/MENKES/SK/II/2006)
Tim yang Diberangkatkan Berdasarkan Kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA
Kembali dengan Laporan Hasil Kegiatan Mereka di Lapangan
JUMLAH KEBUTUHAN SDM KES DI LAPANGAN UTK JML PENDUDUK/ PENGUNGSI
10.000 20.000 ORANG

Dokter Umum F 4 orang


Perawat F 10 20 orang
Bidan F 8 16 orang
Apoteker F 2 orang
Asisten Apoteker F 4 orang
Pranata Laboratorium F 2 orang
Epidemiolog F 2 orang
Entomolog F 2 orang
Sanitarian F 4 8 orang
PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM MANAJEMEN KEJADIAN BENCANA

Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam
membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan
post impact.

Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik,
pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana.

Tujuan utama

Tujuan tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut

PERAN PERAWAT

A. Peran dalam Pencegahan Primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:

1.mengenali instruksi ancaman bahaya;


2.mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan,
pakaian dan selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan pertama korban bencana.
4.berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)


pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan
kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan
ambulans.
Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya,
portable radio, senter, baterai)
Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana
B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian
cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih
efektif. (Triase )

TRIASE

Merah paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar
pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan
kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
Kuning penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun
belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan
selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera
medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
Hijau prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor,
minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana

1.Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari


2.Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3.Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di
RS
4.Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5.Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi
kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa

7.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik
(hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan
masyarakat yang tidak mengungsi
C. Peran perawat dalam fase postimpact

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.
Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

Note: actually,, this my teachings..


Edited by Me,,from all kind source..

HAPPY READING GUYS ^^

Share this:

Berbagi
Sukai ini:

Suka Memuat...
Terkait

This entry was posted on Agustus 23, 2011, in Keperawatan Bencana and tagged disaster,
manajemen bencana, peran perawat dalam penanggulangan bencana, perawat bencana.
Bookmark the permalink.
6 Komentar

Navigasi pos

PRINSIP PENANGGULANGAN BENCANA


Jangan Biarkan Kebiasaan Mengerat Saat Tidur
6 thoughts on Peran Perawat dalam Manajemen Bencana

Devi berkata:
Januari 21, 2012 pukul 5:59 am
Thax y mbak Winda..
sgt bermanfaat
slm knal.. :)

Balas
Ners Winda berkata:
Mei 12, 2012 pukul 4:26 am
makasih jg mbak..salam kenal balik dari saya ;)

Balas
sof-man berkata:
Januari 22, 2013 pukul 6:37 am
maksut yaa ini,brooo.peran perawat dalam penaganan lansia saat bencana

Balas
Ners Winda berkata:
Januari 29, 2013 pukul 2:38 pm
kalau penanganan lansia pada saat bencana mungkin lebih kepada membantu pemenuhan
perawatan diri yang meliputi personal higiene, istirahat dan nutrisinya karena umumnya pd
lansia terjadi penurunan fungsi tubuh..atau kalau msh gak jelas nanti admin cari lagi yg lbh
lengkap ya ^^

Revita KyuRi berkata:


Agustus 30, 2012 pukul 12:31 pm
makasih kak :)
salam kenal dari aku :)

Balas
Ners Winda berkata:
September 4, 2012 pukul 12:45 am
Iya dek..sama2 yah,,salam kenal jg..^^

Balas
Mohon tinggalkan komentarnya ya SOBAT ^__^

Gravatar
Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)

Nama (wajib)

Situs web

Beri tahu saya komentar baru melalui email.


Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.
Kirim Komentar
Cari:
Cari
PENCARIAN

Cari:
Cari
Blog di WordPress.com. | Tema Bouquet.
Ikuti
Ikuti SMART NURSE

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Masukkan alamat email Anda

Daftarkan saya

Buat situs dengan WordPress.com


%d blogger menyukai ini:

ETIK HUKUM KEPERAWATAN


Beranda
SABTU, 27 SEPTEMBER 2014

Konsep Keperawatan Gawat Darurat-Triase

KONSEP
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TRiASE
Pada bagian ini dibahas tentang situasi gawat darurat, triage dan peran
perawat, dengan harapan pembaca maupun peserta didik mampu:

Menjelaskan tentang pengertian keperawatan gadar

Menjelaskan filosofi keperawatan gadar

Menggunakan prinsip dasar keperawatan gadar

Menjelaskan lingkup keperawatan gadar

Menjelaskan penggolongan dalam traise

Menggunakan triase dalam kasus gadar

Menjelaskan pengertian peran, fungsi dan uraian tugas perawat dalam pelayanan
gadar

Menjelaskan peran perawat dalam Gadar

1.

TINJAUAN GAWAT DARURAT

Dewasa ini terjadi peningkatan jumlah pasien yang masuk ke ruang IGD.
Banyak alasan yang menyebabkan pasien membutuhkan perawatan gawat
darurat. Baik cidera, penyakit-penyakit kritis, penyakit infeksi. Namun tidak
bisa di hindari bahwa masih banyak terbatasan dari fasilitas IGD, baik
keterbatasan dari jumlah kemampuan daya tampung pasien, kemampuan
dan pengetahuan akan perkembangan terbaru dari tim kesehatan. Hal ini
dapat diperbaiki apabila tim kesehatan pada IGD mempunyai standar
penangulanganan dalam kondisi gawat darurat.
Situasi Gawat Darurat
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
1. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong dapat
meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama.
Sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang termasuk
keadaan adalah pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran,
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi atau
pemaparan pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan ini
2. Gawat tidak Darurat
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan setelah dilakukan resusitasi
segera konsulkan ke dokter spesialis untuk penanganan selanjutnya. Yang
termasuk pasien gawat tidak darurat adalah: pasien kanker stadium lanjut
yang mengalami keracunan akut.
3. Darurat tidak Gawat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat.
Pasien biasanya sadar tidak ada ganguan pernapasan dan sirkulasi serta
tidak memerlukan resusitasi dan dapat langsung diberi terapi definitive.
Pasien dapat dirawat di ruang rawat inap atau jika keadaannya ringan dapat
di pulangkan untuk selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan
4. Tidak Gawat tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis. Setelah mendapat
terapi definitive penderita dapat dipulangkan dan selanjutnya kontrol ke
poliklinik rawat jalan.
Langkah membagi menjadi 4 keadaan sesuai dengan kondisi klien berdasar
yang prioritas kondisi yang paling mengancam nyawa. Kondisi yang
mengancam nyawa di nilai berdasarkan jalan nafas (airway), pernafasan
(breathing), sirkulasi (circulation) dan kondisi neurologis (disabilty).
mengetahui dan mampu menilai dari pasien yang sesuai dengan keadaan

kegawatannya, dapat memberikan pelayanan yang optimal dan tepat,


menghindari terjadinya kesalahan penanganan dalam memilih kondisi
pasien. Angka kematian mapun angka kecacatan dapat menurun.
Sarana Dan Pra Sarana IGD

Dalam penanganan keadaaan gawat darurat tidak dapat hindari faktor lain
yang memegang peranan adalah sarana dan prasarana dari Instlansi rawat
darurat. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Multi disiplin & multi profesi
Kerjasama yang tinggi dalam penangan keadaan gawat darurat sangat
dibutuhkan baik dari multi displin, maupun multi profesi, hal ini menjadi satu
kesatuan, contohnya dalam ruangan igd terjadi dari tim profesi medis,
perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium, petugas farmasi dan
lainnya.
Mempunyai pemimpin & struktur organisasi.
Adanya unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di ruang IGD
dengan wewenang penuh
Mempunyai pola urutan pelayanan.
IGD harus bisa bekerjasama dengan unit pelayanan medis terkait yang ada
diluar maupun didalam instansi pelayanan kesehatan tersebut, baik pra
rumah sakit maupun rumah sakit dalam menyelenggarakan terapi definitif.
Sebagai contoh :
Dalam kesiagaan menghadapi musibah massal/bencana meliputi:

Mempunyai

Disaster plan yang diberlakukan didalam instansi pelayanan


kesehatan maupun jajaran pemerintah daerah serta instansi terkait seperti
dinas kesehatan, palang merah indonesia, polisi, dinas pemadam kebakaran,
PLN, PAM dalam wilayah tempat pelayanan gawat darurat tersebut berada
untuk menangani korban bencana.

Mempunyai

kerjasama dengan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan


disekiarnya dalam menghadapi musibah massa (bencana) yang terjadi di
didaerah wilayah kerjanya.

Sarana penunjang yang diperlukan dalam membantu pelayanan baik sarana


penunjang medis maupun penunjang non medis. Penunjang medis dalam
pemeriksaan diagnostik untuk membantu dalam menegakkan suatu
diagnosis. Sarana penunjang yang mencakupi radiologi, laboratorium klinik,
depo farmasi, dan bank darah. Penunjang non medis, diperlukan sarana
komunikasi khusus (telepon, radio medik) komputer dan ambulan sebagai
sarana transportasi.

Memiliki personalia yang terampil, ditunjang oleh kemampuan yang diperoleh


melalui berbagai kursus/ pelatihan secara periodik untuk meningkatkan
komptensi. Program pelatihan dalam gawat darurat terdiri dari berbagai
jenjang.

2.TRIAGE INSTALASI RAWAT DARURAT


Triage diambil dari bahasa perancis trier artinya mengelompokkkan
atau memilih. Triage dikembangkan dimedan pertempuran, dimana memilih
korban untuk memberikan pertolongan medis. Dahulunya Konsep ini
dikembangkan keadaan bencana. Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari
tahun 1950- 1960 karena 2 alasan yaitu tingginya kunjungan dan banyak
nya penggunakan sarana dan prasaraa untuk keadaan nonurgen. Triage
yaitu satu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat
kegawatan dan prioritas pasien. Triage tidak mudah atau simple, triage yang
sebenarnya sangat komplek, comprehensif dan kontroversial, penilaian awal
korban cedera atau kritis merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit
bisa berati hidup atau mati
Tujuan triage
1. Menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/ kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan Mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
Penilaian awal adalah sesuai.
2. Memprioritaskan pasien menurut keakutannya. Melakukan tindakan sesuai
serta untuk mengatur kecepatan dan efsiensi tindakan definitif atau transfer
ke fasilitas sesuai.
Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi =up triage atau meningkatkan 1
tingkat untuk mmenghindari penurunan triage
Triage merupakan Suatu proses yg mana pasien digolongkan menurut tipe
dan tingkat kegawatan kondisinya. Hal itu di atur untuk mendapatkan :
pasien yg benar sesuai dengan kondisi kegawatannya, apakah mengancam
nyawa dan harus segera dilakukan tindakan resusitasi ? Atau, apakah
mengancam nyawa tetapi tidak segera membutuhkan tindakan resusitasi.
Tempat, dan waktu yang benar dimana korban mendapatkan pertolongan,
dimana fasilitas dan sarana lengkap dalam memberikan pelayanan.
Triage dilakukan berdasarkan menilai keadaan jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi, status neulogis dan ada tidaknya jejas atau cidera pada tubuh.
Beratnya cedera menjadi perhatian dalam memilih korban yang harus segera
di berikan pertolongan, namun korban dengan angka harapan hidup yang
tinggi menjadi prioritas.

Jumlah pasien lebih dari 1 digunakan triage agar tidak terjadinya kesalahan
dalam memilih dan memberikan pertolongan. Apabila Sarana kesehatan
yang tersedia maka dengan triage ini akan sangat efektif.
Sistem Triage
Sistem triage dapat diterapkan keadaan non disaster/ tidak ada bencana dan
disaster/adanya bencana.
Triage Nondisaster: tujuannya Untuk menyediakan perawatan sebaik
mungkin bagi setiap individu pasien, contohnya IGD sehari-hari. Triage
Disaster: tujuannya Untuk menyediakan perawatan yg lebih efektif
untukpasien dalam jumlah banyak contohnya dalam keadaan bencana.
Sistem Klasifikasi
Menggunakan nomor, huruf atau tanda yang digunakan secara nasional
maupun internasional
Prioritas 1 atau Emergensi
Pasien dengan cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta
tindakan medis dan Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan
penilaian cepat dan intervensi segera dan evaluasi. Pasien harus dibawa ke
Ruang Resusitasi/ P1 untuk memperstabilkan jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi maupun status neurologis. Pasien dengan prioritas ini ada waktu
tunggu nol. Contoh kasusnya : Perdarahan berat, asfiksia, cervikal, cedera
pada maxilla, Trauma kepala dgn koma dan proses shock yg cepat. Fraktur
Terbuka & Fraktur Luka bakar lebih dari 30 % , dan Shock tipe apapun
merupakan kasus yang harus segera mendapatkan penanganan. Kode
internasional merah
Prioritas 2 / Urgent
Pasien memerlukan bantuan namun dengan cedera yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa alam waktu dekat. Pasien
mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas. Pasien ini
mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki. Waktu tunggu 30
menit dan pada ruang IGD pasien berada di Area Critical care/P2 (tempat
perawatan kritis). Contohnya pasien dengan Trauma thorax Non asfiksia, Fr.
Tertutup pada tulang panjang, Luka bakar terbatas kurang dari 30 % dan
Cedera pada bagian / jaringan lunak. Kode internasional Kuning.
Prioritas 3 / Non Urgent
Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian
ulang berkala. Pasien yang biasanya dapat berjalan dgn masalah medis yang
minimal, Luka lama dan Kondisi yang timbul sudah lama. Pasien ini berada
diArea Ambulatory / P3. Contohnya: Minor injuri. seluruh kasus - kasus
ambulant / jalan. Kode internasional Hijau.

Prioritas 0 / 4 Kasus kematian


Pasien yang sudah meninggal atau cedera fatal yang jelas tidak mungkin di
resusitasi
Contohnya: pasien Tidak ada respon pada segala rangsangan. Tidak ada
respirasi spontan, Tidak ada bukti aktivitas jantung dan Hilangnya respon
pupil terhadap gerak.kode internasional Hitam
START METHOD
(Simple Triage and Rapid Treatment)
Saat ini tidak ada standar nasional baku untuk triase. Metode triage yang
dianjurkan dapat secara METTAG (triage tagging System) atau sistem triase
penuntun lapangan START (simple triage and rapid Treatment). Terbatasnya
tenaga dan sarana transportasi saat bencana mengakibatkan kombinasi
keduanya lebih layak digunakan.
Label triage berwarna dengan data pasien yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindetifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap
korban. Triage dan pengelompokan berdasarkan label yaitu prioritas 1
(merah), prioritas 2 (kuning), prioritas 3 (hijau), prioritas 0(hitam).
Triage sistem METTAG
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritas tindakan atas korban.
Resusitasi ditempat. Triage sistem penuntun Lapangan START
Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, status
mental. Memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan label) yang
memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin
diselamatkan atau meninggal. Ini memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan resiko besar akan kematian segera
atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Tabel. 1 penilaian triage dengan START

kategorin
Pernafasan
Kritis
dan > 30 / menit
darurat
merah
Luka-luka
< 30 /menit
tidak
berbahaya
kuning
MeninggalTidak ada
tidak mungkin
diselamatkan

Nadi
Tidak Ada

Status mental
Tidak sadarkan
diri

Ada

Sadar/ normal

Tidak ada

Tidak
respon

Sumber : Krisanti Paula dkk 2009

ada

3. PELAYANAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan yang ditujukan
kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya/ anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secara
cepat dan tepat.
Peran, fungsi dan kewenangan perawat
A. Peran dan fungsi perawat gawat darurat
Peran dan tanggung jawab sebagai First Responder
First Responder/Orang yang merespon pertama kali adalah orang yang
terlatih secara medis yang datang pertama kali ke lokasi kejadian gawat
darurat.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pra Rumah Sakit


Segera merespon untuk datang ke lokasi kejadian
Melindungi diri sendiri
Melindungi pasien dan lokasi dari kemungkinan bahaya lebih lanjut
Memanggil bantuan yang tepat (pemadam kebakaran, tim SAR, polisi, dll)
Lakukan pengkajian terhadap pasien
Lakukan perawatan dan tindakan emergency yang dibutuhkan
Pindahkan pasien jika diperlukan
Dokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan

Dalam Rumah Sakit


1. Peran perawat melakukan triase mengkaji dan menetapkan prioritas dalam
spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan
yang bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi
kronis.Perawat yang melakukan triase adalah perawat yang telah
mempunyai kualifikasi spesialis keperawatan gawat darurat dengan adanya
kebijakan pimpinan rumah sakit.
2. Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-individu
dari semua umur dan berbagai kondisi
3. mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas
4. Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarganya
5. Memfasilitasi dukungan spiritual
6. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan memberikan
pelayanan secara multi displin
7. Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah dan akan
diberikan serta untuk kebutuhan tindak lanjut,
8. Mendokumentasi pelayanan yang diberikan

B. Kompetensi perawat Gawat Darurat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kompetensi perawat Gawat darurat adalah kemampuan yang harus dimiliki


oleh seorang perawat gawat darurat untuk melakukan tindakan dengan
didasaran pengkajian secara komprehensif dan perencanaan yang tepat dan
lengkap, kompotensi ini bukan prosedur tindakan terapi kompetensi perawat
harus diikuti dan dilaksanakan sesuai standar operathing Prosedur (SOP)
yang baku.
Berdasarkan peran dan fungsi tersebut diatas, maka perawat yang berkerja
dirumah sakit harus memiliki kompetensi khusus, yang diperoleh melalui
basic pelatihan keperawatan gawat darurat basic 2 atau advance.
Sedangkan perawat bekerja di puskesmas minimal kompetensi keperawatan
gawat darurat basic 1.
Kompetensi tersebut meliputi : pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
harus ditingkatkan atau dikembangkan dan dipelhara sehingga menjamin
perawat dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara profesional .
Kompetensi tersebut diuraikan berdasarkan pendekatan sistem dan fungsi
tubuh sebagai berikut :
a. sistem pernafasan (manajemen airway dan breathing)
mengetahui adanya sumbatan jalan nafas
membebaskan jalan nafas
memberikan nafas buatan
melakukan resusutasi kardio pulmoner
mengetahui tanda-tanda trauma torak
memberikan pertolongan pertama pada trauma torak
b. sistem sirkulasi (jantung)
mengetahu tanda-tanda aritmia jantung, syok
memberikan pertolongan pertama pada aritmia jantung
mengetahui adanya henti jantung
memberi pertolongan pertama pada henti jantung
mengatur posisi baring
c. sistem vaskular
menghentikan perdarahan dengan menekan atau memasang turniquet
melakukan kolaborasi untuk pemasangan infus/transfusi
3. PERL-A (Pupil size, Equality, Reaction to light and Accommodation)
d. sistem saraf
mengetahui pemeriksaan neurologis umum APVU (Alert, Pain, Verbal,
Unrespone)
pemeriksaan PERL-A (Pupil size, Equality, Reation terhadap akomodasi
cahaya)
mengetahui tanda-tanda koma dan memberi pertolongan pertama
memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
mengetahui tanda-tanda kelainan neurologis
mengetahu tanda-tanda stroke dan memberi pertolongan pertaa
mengetahui tanda-tanda kelainan neurologis

8. memberikan pertolongan pertama pada keadaan dengan


neurologis.
e. sistem immunologis
1. mengetahui tanda-tanda syok anafilaksis
2. memberikan pertolongan pertama
f. sistem gastro intestinal
1. mengetahui tanda-tanda akut abdomen
g. sistem skeletal
1. mengetahui tanda-tanda patah tulang
2. mampu memasang bidai
3. mampu mentransfortasi penderita dengan patah tulang
h. sistem integumen
1. memberikan pertolongan pertama pada luka
2. memberikan pertolongan pada luka bakar
i. sistem farmakologis/ toksikologis
1. memberikan pertolongan pertama pada keracunan
2. memberikan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat
3. melakukan pertolongan pertama pada gigitan binatang
j. sistem reproduksi
1. mengenai kelainan darurat obstetrik atau ginekologi
2. melakukan pertolongan pertama gawat darurat kebidanan
k. aspek psikologis
1. mampu mengindentifikasi gangguan psikososial
2. mampu memberikan pertolongan pertama

kelainan

C. Kewenangan perawat
1. Kewenangan perawat seorang perawat dalam pertolongan gawat darurat
didasarkan pada kemampuan perawat memberikan pertolongan gawat
darurat yang diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan khusus.
2. Perawat yang mendapat pelatihan tersebut memperoleh sertifikat yang
diakui oleh profesi keperawatan maupun profesi kesehatan lainnya
3. Perawat yang telah mendapat sertifikat tersebut memperoleh izin untuk
melaksanakan praktek keperawatan gawat darurat sesuai lingkup
kewenangannya.

PENGKAJIAN TRIAGE
SOAP SYSTEM
Tujuan
Untuk menguraikan pengkajian
sistem SOAP
Apakah SOAP itu ?

S = data subyektif
O= data obyektif
A = assess / penilaian
P = plan / perencanaan
S - Subyektif
Beri pertanyaan utk menemukan keluhan utama
Perawat triage sebagai detektif
Informasi minimal dan analisa gejala
Gunakan pertanyaan terbuka
Dapatkan sutu pernyataan ringkas
O - Obyektif
evaluasi fisik
data observasi penampilan pasien
data pengukuran tanda vital :
- suhu
- pernapasan
- nadi
- tekanan darah
- saturasi oksigen
data dari lokasi yang diperiksa
A - Assessment
Mengkaji dan mengevaluasi kumpulan data subyektif dan obyektif
P - Plan
menegakkan prioritas & menempatkan pasien sesuai kondisi
melakukan tes > lanjut jika perlu
intervensi spt O2, bidai, membalut

Ringkasan
Melakukan sebuah proses triage yang sistematis, Mengumpulkan data
subyektif dan obyektif yang cukup. Mengkaji berdasarkan pada keakutan
pasien. Merencanakan intervensi yang sesuai. Dokumentasi yang lengkap.
Apa yang harus didokumentasikan? Tes diagnostik yang dilakukan, intervensi
yang telah diberikan, disposisi dan re- evaluasi dan perubahan kondisi
pasien.
Kesimpulan
Menggambarkan keluhan utama seakurat mungkin. Gunakan kata - kata
yang bisa dimengerti pasien. Dokumentasikan harapan - harapan pasien dan
hal - hal yang mempersulit pencarian data spt hambatan bahasa.
Dokumentasikan bila ada konflik antara data subyektif dan obyektif.
Tanggung jawab etik Setiap pasien memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan pelayanan dalam proses triage

Keputusan triage
kehidupan pasien tergantung pada keputusan triage yang kita buat.
Latihan soal
Korban kecelakaan tabrak lari yang mengalami aspirasi, pernapasan
tersengal-sengal, nadi kecil dan cepat.
Apa kondisi triase pada klien tersebut ?
a. Gawat darurat
d. Tidak gawat tidak
darurat
b. Gawat tidak darurat
c. Darurat tidak gawat
2. Klien yang mencoba bunuh diri dengan minum baygon karena putus asa
dengan penyakit kankernya pada stadium IV yang sudah diderita sejak 2
tahun yang lalu
Termasuk dalam manakah kondisi klien ?
a. Gawat darurat
b. Gawat tidak darurat
c. Darurat tidak gawat
d. Kegawatan Psikiatri
3. Ny. K tertabrak sepeda motor saat akan menyebrang jalan, dan langsung
dibawah ke IGD, saat dilakukan pengkajian tampak adanya darah pada kepala,
hidung dan telinga, klien tampak tidak sadar, saat dipanggil klien tidak menjawa
dan hanya berespon saat diberikan rangsangan nyeri dan ekstrimitas fleksi, saat
dihitung tanda tanda vital tekanan darah 100 / 90 mmHg, nadi 110x/menit,
pernafasan 32 x/,menit.
Kategori manakah kondisi klien ?
urgent
non urgent
emergency
non emergency
1.

a.
b.
c.
d.

Daftar Pustaka
Boswick John. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta.EGC
Don Hillary. 1997. Perawatan Penderita Dalam Keadaan Kritis . Jakarta; Binarupa
Aksara
Gallok & Hudak. 1997. Keperawatan Kritis. Jakarta.EGC
Jevon & Beverley. 2008. Pemantuan pasien kritis. Jakarta.EMS
Krisanty Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat darurat. Jakarta. CV Trans info
Media.
Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah sakit. 2005. Direktorat
bina keperawatan Departemen Kesehatan RI
Oman s kathleen dkk. 2008. Panduan belajar Keperawatan Emergency. Jakarta.EGC
Rab Tabrani. 2007. Agenda Gawat Darurat Critical Care.Bandung, PT Alumni
Talbot Laura. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis. Jakarta.EGC
Diposkan oleh Imaculata osse di 02.27

Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: KEPERAWATAN

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
KEHIDUPAN SEORANG PERAWAT

perawat juga harus belajar


KEHIDUPAN SEORANG PERAWAT

perawat juga harus belajar


KEHIDUPAN SEORANG PERAWAT

perawat harus eksis


MENGENAI SAYA

Imaculata osse
Lihat profil lengkapku
ARSIP BLOG

2014 (6)

Oktober (4)

September (2)

Konsep Keperawatan Gawat Darurat-Triase

Peran Etik dalam Tindakan Keperawatan


LAMAN

Beranda
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

:::Welcome To My Blog:::

Hertyn Frianka
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
proud to be a pharmacist and bussiness woman, double job indeed(amin)
Lihat profil lengkapku

Menemukanmu, sesederhana itu.

o
o
o
o
o
o
o
o
o

TUGAS BAHASA INGGRIS 3


Tugas 2 Passive Voice
TUGAS 1 CONDITIONAL CLAUSE
BISNIS ONLINE PERUSAHAAN X
contoh kasus pelanggaran etika bisnis
etika periklanan
masalah etika bisnis kasus HIT
TEORI ETIKA BISNIS

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Kami ingin memberitahu masyarakat umum bahwa Evely...


mencari pinjaman online untuk membantu MDO Anda me...
artikelnya bagus jangan lupa mampir ke saya kak ht...
PERHATIAN! PERHATIAN...
Halo, semua orang, silakan, saya cepat ingin mengg...
Halo, aku Mrs. Sandra Ovia, pemberi pinjaman uang ...
boleh minta pustaka nya
Apakah Anda dalam setiap kesulitan keuangan? Apaka...
Saya bernama MORAIDA LUNA. Saya ingin menggunakan ...
Apakah Anda seorang pebisnis atau wanita? Apakah A...

manajemen bencana oleh dokter


- Jumat, 31 Mei 2013

PRINSIP MANAJEMEN BENCANA OLEH DOKTER

Disaster atau bencana adalah keadaan kerusakan serius yang mengenai suatu
komunitas kehidupan yang dapat mengancam atau menyebabkan kematian atau
luka-luka dan juga kerusakan bangunan yang membutuhkan waktu berhari-hari
dalam membangun kapasitas dan membutuhkan mobilisasi dan pengaturan khusus
dari sumber daya yang ada dibandingkan keadaan yang tersedia pada keadaan
normal (Bradt, Abraham, & Franks, 2003).
Kegiatan penting lain yang termasuk di dalamnya adalah mitigasi dan perencanaan,
respon, serta pemulihan (Moe, 2006).
Kedokteran Kebencanaan (disaster medicine) adalah suatu pendekatan dan aplikasi
yang kolaboratif terhadap berbagai disiplin ilmu kesehatan dalam upaya
pencegahan, persiapan, respon, dan penanggulangan dari suatu masalah kesehatan
yang terjadi akibat suatu bencana. Kerangka konsep tentang kedokteran
kebencanaan dapat diilustrasikan seperti pada gambar 1 (Bradt, Abraham, &
Franks, 2003).

Gambar 1: Kerangka Konsep irisan antara ilmu-ilmu kedokteran klinis, kesehatan


masyarakat dan disaster management (Bradt et al, 2003).
Pembahasan tentang disaster management dalam kurikulum juga harus mencakup
keseluruhan fase dalam siklus bencana. Mahasiswa juga harus diperkenalkan
dengan keseluruhan fase tersebut, baik sebelum, saat maupun setelah
bencana (Ireland, Ea, Kontzamanis, & Michel, 2006).

Jones, (2001) menyatakan bahwa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan


memiliki implikasi terhadap desain dan pengembangan pendidikan kedokteran.
Akibatnya, metode klasik yang selama ini digunakan untuk mengajar mahasiswa
kedokteran perlu diperbarui dan ditingkatkan dalam rangka memenuhi harapanharapan tersebut. Dalam rangka memenuhi standar internasional, kita perlu
mendidik dokter untuk memiliki pemahaman budaya
lokal danketerampilan yang diperlukan untuk mengadakan pelayanan kesehatan
terkait bencana alam. Inilah 2 hal yang menjadi fokus khusus dari blok ini.
Lebih luas lagi, dapat kita amati adanya perubahan global dalam sistem pelayanan
kesehatan, bergeser dari perawatan kuratif menjadi lebih ke arah preventif.
Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan dengan kualitas yang lebih
baik (Prideaux, 2000). Tentunya tuntutan ini dapat dipenuhi salah satunya dengan
cara meningkatkan kedalaman dan kualitas pendidikan kedokteran.
Blok Disaster management merupakan Blok ke 21 dari Kurikulum Ilmu
Kedokteran Berbasis Kompetensi dengan metode PBL. Kegiatan Blok ini
membutuhkan waktu selama 7 minggu termasuk 1 minggu untuk evaluasi, dengan
muatan 5 SKS (Jamal, 2011).
Blok Disaster management ini memberikan pemahaman yang menyeluruh
dan keterampilan yang tepat, praktis dan sederhana sesuai dengan jenjang
akademik mahasiswa dalam bidang manajemen bencana. Blok ini juga menekankan
pada pentingnya kerjasama yang baik antara profesi dokter dengan seluruh
komponen masyarakat dalam manajemen bencana (Jamal, 2011).
Dengan bekal konsep pengajaran di atas, para mahasiswa diharapkan kelak
akan mempunyai pola pikir yang sama bahwa di dalam penanggulangan bencana
tidak mungkin profesi kedokteran bekerja sendirian namun justru kita harus berada
dalam satu sistem yang mampu bekerjasama dengan siapapun. Meskipun demikian,
kemampuan profesionalisme kedokteran harus tetap dikedepankan, dengan selalu
meng-update ilmu dan keterampilan melalui berbagai pelatihan kelak sehingga
peranan dokter akan menjadi bagian utama di dalam patient care & patient
safety pada setiap penanggulangan bencana yang dapat terjadi di mana saja,
kapan saja dan kalaupun harus bekerjasama dengan siapapun. (Jamal, 2011).
Prinsip Peran Profesi Dokter dalam Penanggulangan Bencana
a.

Peran Dokter dalam Keadaan Bencana


Dokter merupakan salah satu praktisi kesehatan yang sangat diperlukan
dalam keadaan bencana. Peran dokter tersebut diantaranya:

Melakukan penanganan kasus kegawatan darurat trauma maupun non trauma


(seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)
Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana

Mendiagnosis keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban dalam
triase

Menetapkan diagnosis terhadap pasien kegawatan dan mencegah terjadinya


kecatatan pada pasien

Memberikan pelayanan pengobatan darurat

Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana

Memberikan rekomendasi
penanganan lebih lanjut

rujukan

ke

rumah

sakit

Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitatif

b.

Tenaga Dokter dalam Tim Penanggulangan Krisis

apabila

memerlukan

Dalam keadaan bencana diadakannya mobilisasi SDM Kesehatan, diantaranya


dokter, yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim
Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA), dan Tim Bantuan
Kesehatan. Berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk masing-masing tim
tersebut:
a.

Tim Gerak Cepat


Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya kejadian
bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri dari Dokter Umum/BSB 1 orang,
Dokter Spesialis Bedah 1 orang, dan Dokter Spesialis Anastesi 1 orang.

b.

Tim RHA
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak
Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter
umum minimal 1 orang dikirimkan.

c.

Tim Bantuan Kesehatan


Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim
Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka
dilapangan. Kebutuhan tenaga dokter selain yang telah tercantum diatas juga perlu
disesuaikan pula dengan jenis bencana dan kasus yang ada, yaitu:
No
.

Jenis Bencana

Spesialisasi Tenaga Dokter yang


Dibutuhkan

Gempa Bumi

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam,


anak, obsgyn, anastesi, DVI, jiwa, bedah
plastik, dan forensik.

Banjir Bandang/
Tanah Longsor

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam,


pulmonologi, anak, obsgyn, anastesi, DVI, jiwa,

bedah plastik, dan forensik.


3

Gunung Meletus

Bedah umum, penyakit dalam, anastesi dan


ahliintensive care, bedah plastik, forensic, dan
kesehatan jiwa.

Tsunami

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam,


anak, anastesi, DVI, pulmonologi, kesehatan
jiwa, bedah plastik, dan forensik.

Ledakan Bom/
Kecelakaan
Industri

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam,


anastesi, kesehatan jiwa, bedah plastik, dan
forensik.

Kerusuhan
Massal

Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam,


anastesi, DVI, kesehatan jiwa/psikiater, dan
forensik.

Kebakaran
Hutan

Pulmonologi dan penyakit dalam.

Tabel 2.2.1. Kebutuhan Tenaga Dokter Berdasarkan Jenis Bencana

Kompetensi Tenaga Dokter


Berikut kompetensi-kompetensi dari tenaga dokter yang dapat dimiliki untuk
melakukan penanggulangan bencana:
1.

PPGD-GELS untuk Dokter (Pelatihan Penanganan Gawat Darurat-General


Emergency Life Support).
General Emergency Life Support atau GELS adalah pelatihan dasar penanganan
kasus gawat darurat trauma maupun non trauma bagi para dokter. Tujuannya untuk
menyiapkan tenaga dokter yang kompeten dalam menangani keadaan-keadaan
yang mengancam jiwa atau kecacatan. GELS dirancang dan disusun oleh Tim
Pengembangan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
Departemen Kesehatan yang terdiri dari pada pakar di bidangnya pada tahun 2004.
Secara umum, materi yang diberikan sebagai berikut:

a.

Materi Umum

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Geomedic


Mapping, Interpersonal Komunikasi, Peningkatan Mutu Pelayanan Gawat Darurat,
Hak dan Kewajiban Dokter.
b.

Materi Penunjang
Prinsip Penanganan Bencana, Komunikasi dan Transportasi Bencana, Etika
Hukum Kesehatan, Keracunan

c.

Materi Teknik Medis Utama

Dasar-dasar PPGD

Airway, Breathing, and Circulation Problem and Management

CPR/RJP dan Permasalahannya

Jenis-jenis Syok dan Penanganannya

d.

Materi Teknis Medis Spesialistik

Initial Assessment Trauma (ABC pada Trauma)

Trauma Kepala, Thoraks, Abdomen, Muskuloskeletal

Syok dan Tenggelam

Kegawatdaruratan Bayi dan Anak

Kegawatan Paru dan Jantung

Kegawatan Obgyn

Kegawatan Penyakit Dalam

Kegawatan pada Bidang Psikiatri

Kegawatan Neurologi

e.

Skill Station dan Simulasi

Skill Station Airway, Breathing, Circulation

Skill Station CPR/RJP

Skill Station Animal Lab

Skill Station Stabilisasi dan Transportasi

Skill Station Membaca Kelainan EKG dan Megacode Test

Skill Station Resusitasi dan Penanganan Kegawatan Bayi dan Anak

Skill Station Penanganan Persalinan, Distocia Bahu, dan Ekstraksi Vakum

Simulasi Penanganan Bencana di Posko, Lapangan, dan IGD

2.

ATLS (Advanced Trauma Life Support)


ATLS adalah sebuah program pelatihan bagi dokter medis dalam pengelolaan
trauma akut, yang dikembangkan oleh American College of Surgeons. Tujuan dari
program ini adalah menerapkan ilmu dan teknologi ATLS dari American College of
Surgeons Committee on Trauma ke dalam sistem Pelayanan Medis Gawat Darurat
yang dapat meningkatkan pelayanan dan keterampilan para dokter dalam upaya

penanganan penderita trauma dengan metode ATLS. Materi yang diberikan


diantaranya initial assessment and management; airway & ventilator management;
shock management; trauma pada bagian tubuh tertentu, dan trauma pada
pediatric, geriatric, serta wanita; cara stabilisasi dan transportasi;,dan manajemen
dalam bencana.

3.

ACLS (Advanced Cardiac Life Support)


Pelatihan ACLS ditujukan bagi dokter umum, dokter spesialis dan perawat
(terutama perawat ICU, ICCU, Unit Gawat Darurat atau Ambulans)
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilam dan sertifikasi penanganan kasuskasus
kegawatdaruratan
kardiovaskular.
Materi
yang
diberikan
diantaranyaBradycardia/PEA/Asystole/VF/Pulseless VT, Pharmacology, Ischemic
Chest Pain/ACS, Airway Management, Skill station (Arrhythmia Recognition,
BLS/PEA & Asystole, VF & Pilseless VT, Airway management), Acute Pulmonary
Edema, Hypotension & Shock, Tachycardia Algorithm, dan Megacode Team.

1 comments:

Cynthia Johnson mengatakan...


Nama saya adalah Cynthia Johnson. kita hipotek, pinjaman rumah, kredit mobil, pinjaman Hotel,
tawaran komersial Umum Mr John Carlson, orang harus memperbarui semua situasi keuangan di
dunia / perusahaan untuk membantu mereka yang terdaftar pemberi pinjaman uang pinjaman
pribadi, kredit, kredit konstruksi, rendah suku bunga 2% dll kredit modal, pinjaman usaha dan
pinjaman kredit buruk bekerja, start up. Kami membiayai proyek di tangan dan perusahaan Anda /
mitra dan saya juga ingin menawarkan pinjaman pribadi untuk klien mereka. hubungi kami melalui
e-mail untuk informasi lebih lanjut: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
16 Juli 2015 14.43

Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

2015 (1)

2014 (4)

2013 (28)

Desember (1)

Oktober (5)

Mei (18)

prinsip waralaba

teknologi pemekatan bahan alam

manajemen bencana oleh dokter

patofisiologi sleep disorders

beta dua adrenergik dalam pengobatan asma

peran dokter dalam merawat pasien

pelayanan kesehatan dalam keluarga

jenis kemasan plastik

alkaloid isokuinoline

Pengaruh kosolven dalam kelarutan zat

ACE inhibitor sebagai bahan bioaktif laut

perkembangan bahan bioaktif laut

minyak ikan sebagai bahan nutrasetika

kerang sebagai bahan nutrasetika

bahasa indonesia 3

bahasa indonesia 2

KLKP pertemuan 4

KLKP pertemuan 3
April (2)

Maret (2)

2012 (23)

2011 (11)

2010 (17)

o
o

Universitas Gunadarma
Universitas Indonesia

:::Welcome To My Blog::: Copyright 2011 Bloggerized by FoolBlogger for Celebrity News.

Berbagi Bersama...

Beranda
Artikel
Kuis
Sosiometri
Download

Kasus Keperawatan Gawat Darurat

Tn. M, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat mengendarai mobilnya di jalan tol sekitar
pukul 14.30 WIB. Pada saat kejadin Tn. M pingsan, petugas menemukan adanya darah pada daerah
perut, ternyata ada luka robek pada perut sepanjang 8x1x1 cm disertai adanya jejas seluas 10x6 cm dan
7x5 cm pada dada sebelah kiri. Petugas juga melihat ada hematom pada daerah frontal seluas 5x5 cm.
Beberapa saat kemudian Tn. M sadar. Ketika akan dikeluarkan dari mobil Tn. M menjerit kesakitan,
ternyata ditemukan tungkai bawah kiri bagian atas patah, tampak membengkok dan bengkak, ditemukan
luka robek 4x1x1 cm yang terus mengeluarkan darah.

Setelah berhasil dikeluarkan dari mobil, Tn. M segera dibawa ke puskesmas terdekat yang mempunyai
fasilitas gawat darurat dan tiba pukul 15.00 WIB. Di puskesmas Tn. M diperiksa, BP 120/80 mmHg, HR
88 x/menit dan RR 20 x/menit. Perawat puskesmas mengolesi semua luka dengan betadin, kemudian
memasang spalk pada kaki kiri. Kemudian perawat menyarankan Tn. M dirujuk ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas lebih lengkap karena menduga Tn. M mengalami trauma abdomen.
Tn. M segera dibawa ke IGD RS X tanpa terpasang oksigen karena kehabisan dan hanya terpasang
infus NaCl 0,9% pada lengan kiri (menggunakan infus set). Pada saat di IGD pukul 17.00 WIB, Tn. M
kembali pingsan. BP 100/60 cm, HR 96x/menit, tekanan nadi lemah, RR 28x/menit. Tn. M hanya
mengeluarkan suara menggumam ketika dipanggil tanpa membuka mata dan menarik tangannya ketika
dicubit. Beberapa saat kemudian Tn. M sadar dan mengeluh nafasnya berat dan agak sesak, serta nyeri
pada perut dan kaki kiri.
Tn. M ditangani seorang perawat B yang dibantu oleh 2 orang ko ass (dokter muda) dan 2 orang
mahasiswa akper. Perawat B baru 1 minggu bekerja di IGD dan belum pernah mendapat pelatihan
BTCLS. Sebelumnya Perawat B bekerja di Ruang Perawatan Penyakit Dalam. Perawat senior lainnya
yang berjumlah 4 orang sedang menangani pasien lain. Saat itu Ruang IGD tampak penuh, seluruh bed
terisi pasien. IGD mempunyai kapasitas 6 bed untuk penyakit dalam dan 6 bed untuk kasus bedah, serta
IGD kebidanan dan Neonatus. Perawat B melihat adanya luka robek setelah membuka spalk, luka
tampak kotor dan tulang terlihat serta ada sebagian jaringan lunak yang hilang sehingga luka tidak bisa
ditutup. Setelah mengatur tetesan infus menjadi 30 tetes/menit, Perawat B langsung meminta ko ass dan
mahasiswa akper untuk melakukan hecting pada luka robek di tungkai dan memasang spalk.

20 menit kemudian BP turun menjadi 80 mmHg/palpasi dan HR 110 x/menit dengan tekanan nadi yang
lemah. Perawat B melaporkan kondisi Tn. M kepada dokter jaga. Dokter jaga segera meminta
memasang alat bed side monitor dan memasang infuse 1 jalur lagi menjadi 2 jalur. 10 menit kemudian
Tn. M tidak dapat dibangunkan, BP 62/39 mmHg, HR 120 x/menit dan nadi radialis tidak teraba,
pernafasan gasping, saturasi oksigen 80%. 15 menit kemudian Tn. M apneu dan pada monitor EKG
tampak gambaran flat. Perawat melakukan resusitasi jantung paru selama 10 menit, akhirnya Tn. M tidak
tertolong dan dinyatakan meninggal. Kronologis kejadian dan pertolongan terhadap Tn. M telah
didokumentasikan dalam berkas rekam medic secara lengkap dari mulai datang sampai meninggal.

30 menit kemudian keluarga Tn. M datang dan sangat sedih melihat Tn. M sudah meninggal. Keluarga
merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan petugas di IGD karena merasa pertolongan kurang
maksimal sehingga Tn. M sampai meninggal. Keluarga bertambah marah ketika Perawat B mengatakan
dengan ketus bahwa ia sudah melakukan pertolongan secara maksimal. Keluarga menyatakan akan
menuntut pihak rumah sakit.

Diskusi :
Buat analisis secara komprehensif dengan mempertimbangkan konsep dan prinsip keperawatan gawat
darurat pada berbagai sistem tubuh!
Labels: Evaluasi, Gawat Darurat, kasus

Komentar (29)
+1

Nana Herdiana 165 minggu yang lalu


Assalamualaikum... menurut saya pd pasien ini telah terjadi syok hipovolemik akibat internal bleeding
yang tdk teratasi segera hal ini terlihat pd penurunan TTV scr drastis juga didapat adanya jejas pd
abdomen, bagaimana menurut yang lain?

Jawab
3 Jawab Aktif 163 minggu yang lalu
0

Nurya(Extensi.2012) 164 minggu yang lalu


Menurut analisa saya.pd Tn.M terjadi Hypovolumic syok.adanya tanda-tanda perdarahan abdomen.se
harusnya kalau dah jelas tanda-tandanya dah hrs terpasang inf.2 len(jalur} jalur satu cairan dasar
RL/Nacl dgn guyur sesuai cairan yg ke luar dgn terpsang DC di hitung balanya .dan inf ke dua pasang
inf.dgn koloid {fima haest} atau bla perlu tranfusi drh .dan pasang oksigen dgn adekuat bila perlu intubasi
dan sambung dgn ventilator.wasallam
Jawab
+1

dyah m ext crb 164 minggu yang lalu


menurut saya bahwa pada penerimaan pasien pertama di igd petugas tidak melakukan triage dalam
keperawan gawat darurat Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan pasien yang terancam
hidupnya harus di beri prioritas utama.standar waktu jg harus diperhatikan yaitu kurang dari 5 menit, dan
dilakukan oleh perawat profesional yg mempunyai sertifikat BTCLS, minimal di igd bekerja selama 6
bulan , pada perawatan kegawat daruratan perawat harus terampil dalam pengkajian
Sistem Triase
Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3
menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse
Association) meliputi:
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Dissability of Neurity)
E ( Ekspose)
F (Full-set of Vital sign)
Pulse Oximetry
Trise two-tier
Sistenm ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas

mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.


Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan:
1. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemberian obat
4. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang bertugas,
cepat tanpa perlu menunggu antri.
V. KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS
61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status
sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant)
VI. Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan
dan memerlukan perhatian segera.
sehingga diharapkan kita dapat memberikan pelayanan keperawatan maksimial untuk mencegah kemtian
karena keterlambatan dalam pertolongan pertama,
terimakasih barangkali ada yg mau nambahim
Jawab
0

abank sugir 164 minggu yang lalu


asalamu alaikum wr.wb...sebelumnya sy mau koreksi tentang narasi diatas.di awal narasi diceritakan
bahwa " Tn. M, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat mengendarai mobilnya di jalan
tol sekitar pukul 14.30 WIB. Pada saat kejadin Tn. M pingsan, petugas menemukan adanya darah pada
daerah perut, ternyata ada luka robek pada perut sepanjang 8x1x1 cm disertai adanya jejas seluas 10x6
cm dan 7x5 cm pada dada sebelah kiri. Tn. M dibawa ke IGD RS X oleh petugas."
nah,,menurut narasi tuan M dibawa ke IGD RS X terlebih dahulu oleh petugas sebelum dibawa ke
puskesmas.apakah benar demikian?atau memeang tuan M dibawa ke Puskesmas terlebih dulu.?
menurut sy pasien tersebut meninggal akibat kekurangan darah dan oksigen..sehingga kematian jaringan
akan bertambah cepat dan bertambah parah..terutama kematian jaringan otak,karena suplay darah dan
Oksigen ke otak berkurang.
dari narasi tersebut diatas, menurut sy mungkin penanganan gawat darurat di puskesmas yang kurang
baik,tidak diberikan oksigen dan sebaiknya dirujuk dengan didampingi oleh petugas kesehatan disertai

oksigen dan infus yang terpasang.


demikian menurut pendapat saya,,,,bagaimana menurut teman2 yg lain?
Jawab
3 Jawab Aktif 130 minggu yang lalu
0

Nurya(jasus12) 164 minggu yang lalu


menurut saya, ada beberapa faktor penyebab meninggalnya pasien tersebut. yg pertama, telah terjadi
syock hipovolemik . kedua, adanya kesalahan dalam evakuasi korban yg kurang hati-hati saat dilokasi
kejadian. ketiga, SDM petugas medis IGD yang kurang memadai dan kurang berpengalaman dalam
menangani kasus ini.
Jawab
0

trisugesti ekxt crbn 164 minggu yang lalu


masalah TnM tidak dapat pertolongan dgn baik disini perawat hanya melihat keadaan ygn terlihat saja
padahal terdapat haematom pada daerah frontal seluas5x5cm.adanya jejas seluas 10x6cm dan7x5cm
pada dada seb kikri yang mungkin terjadi perdarahan di jantung dan difrontal sehingga suplai 02 ke otak
terhambat yang mengakibatkan TnM merasa berat dan sesak wkt bernafas.dan adanya luka robek di bag
perut .mungkin kalau dibawa ke IGD langsung dan dpt pertolongan perawat yg berpengalaman serta
dokter yang profesional. mungkin Tn M tdk secepat itu meninggal .itulah pendapat saya silahkan yang
lain wasalam
Jawab
0

Aam(Regsuskuningan) 164 minggu yang lalu


menurt saya ketka tn.m tbrkan t'dapat p'darahan shga tn.m mengalmi kekrang darah yg kelur dr luka
tsb,,
ktka dbwa k'pusksmas tn.m dtindak hnya dtndak menutpi luka sja,hrz'a ktka d'igd pusksms d'tndkan
pngkajian ABC scra cpt sblm drjuk k'rs.x agar pmenuhn O2 kdlm tbh lancr dlu,,krang'a fsltas puskrmas yg
tdk memadai drjuk k'rs x tnpa o2 menimbulkan krang'a o2 yg msk dlm tbh,,
dtg'a tn.m k'igd hrz'a yg dkaji da 2 perwt yg prtma mengkaji dan perwt yg k'2 tndkan t'hdp luka,

ksmpulan'a perwtn gawat darrt yg dlakukan puskesmas n'rs.x kurang dlm melakukan tndkan k'perwtn
gawat darurat.. mhn koreksi kalo da yg slh..mksh
Jawab
0

Asep Budiman 164 minggu yang lalu


Assalamu alaikum. wr.wb. menurut Analisa saya. pasien mengalami syok hipovolemik karena adanya
perdarahan pada abdomen dan perdarahan pada tungkai atas yg terus mengeluarkan darah. yg harus
dilakukan ketika di puskesmas perawat jaga semestinya memberikan pertolongan sementara dg
membersihkan dan menutup area luka yg terus mengeluarkan darah dg kassa yg tebal (kassa tampon)
agar perdarahan tdk terus terjadi. Sehingga kejadian syok tdk bertambah parah. dan idealnya ketika
pasien di rujuk ke RS, selalu di oservasi TTV dan dipasangkan Oksigen agar suplai Oksigen ke
Pembuluh darah otak adekuat. Pada saat di RS, observasi kembali TTV ganti cairan infus dg RL yg
mengandung cairan dan elektrolit, dan Oksigen yg adekuat. Pasien mengalami kematian batang otak
karena suplai Oksigen ke Otak berkurang dg adanya data saturasi Oksigen hanya 80%. Saat pasien
dinyatakan meninggal, perawat harus melakukan inform konsen dgn menjelaskan kronologi kejadian dan
sebab pasien meninggal ke keluarga, agar tdk terjadi salah paham. Jelaskan dgn detail dan tidak boleh
ketus. terima kasih.
Jawab
0

arif wr 164 minggu yang lalu


rame juga diskusinya ya oom...dosennya malah baru buka lagi blognya sendiri..hehehe (tengsin)...terima
kasih semuanya, keep spirit and keep learning !
Jawab
1 Jawab Aktif 163 minggu yang lalu
+1

ery suryatin 163 minggu yang lalu


Ass.wr.wb. bissmillah sy coba ikut koment ttg kasus narasi diatas.
Mmg benar dan sangat jelas bahwa Tn. M mengalami Syock Hipovolemik krn loss bleeding dan
kekurangan Oksigen!!! loss bleeding akibat perdarahan dari daerah luka di daerah perut, dada sblh kiri,

dan tungkai bawah kiri sebelah atas, di perparah dg tidak di pasangnya infus two line pd px tsb, selain itu
yg terpenting pd px yg mengalami Syock tsb dr awal di tangani tidak diberikan O2 sesuai kebutuhan yg
mengakibatkan px mengalami penurunan kesadaran beberapa kali dan akhirnya mengalami kematian
batang otak karena berkurangnya suplai O2 ke otak. Ditandai dg data pada alat bed side monitor
didapatkan saturasi O2 80 % .dan 10 mnt kemudian gambaran EKG Flat. Terlepas dari itu semua ada
beberapa hal yg jd bahan evaluasi menurut sy ttg kejadian dalam narasi di atas :
1. Dlm narasi tsb tdk di jelaskan scra jelas ttg "petugas" yg pertama kali menemukan Tn M apakah
Polisi/petugas kesehatan, sehingga bisa merinci begitu detail ttg luka dan kondisi px tsb!
2. Tn M di bawa ke Puskesmas yg memiliki fasilitas "gawat darurat", dlm narasi tsb px hanya di berikan
tindakan seadanya dan lgsg di rujuk ke RS tanpa O2.
3. Saat sampai di RS terlepas siapa perawat yg menangani px apakah dia pernah mengikuti pelatihan
BTCLS atau tidak, yg jelas setiap px yg datang ke RS bukankah harus dilakukakan KLASIFIKASI
TRIASE apakakah px tsb termasuk golongan EMERGENCY, URGENCY, NON URGEN, atau
EXPEXTANT, Sehingga bisa melakukan tindakan selanjutnya yaitu TRIASE yg standar ( ABCDEF...)
4. Dlm narasi tsb jg di sbtkan ada dokter jaga yg bertugas dan bertanggung jawab, 4 perawat senior IGD,
1 perawat baru yg notabene baru 1 minggu bertugas di IGD dan blm pernah pelatihan BTCLS, 2 Ko Ass,
dan mhsswa AKPER, mekipun semua perawat senior sibuk menangani px lain apakah pd saat
menangani px Tn M tdk dilakukan klasifikasi Triase oleh perwat baru tsb dan ko ass, sehingga dokter
ataupun perawat senior seperti terkesan lambat dalam mengambil alih tugas menangani px Tn M.
5. Dan yg wajib serta tidak bisa di lupakan adalah dalam narasi tsb tidak di jelaskan apakah tindakan yg
telah dilakukan pd px tsb sudah ada INFORMED-CONCENT atau tidak sebelumnya. Di Narasi tidak di
jelaskan adanya persetujuan tindakan Medis atau Keperawatan yg di setujui oleh px/ klg/ petugas yg
berwenang dan bertanggung jwb misalkan POLISI, karena setiap tindakan yg dilakukan pada px harus
memenuhi TANGGUNG GUGAT dan TANGGUNG JAWAB sesuai dg PRINSIP dan ETIKA
KEPERAWATAN dan MEDIS yg berlaku yg nantinya di Dokumentasikan secara lengkap dan resmi dalam
CATATAN MEDIC, sehingga tidak terjadi TUNTUTAN di belakang hari seperti yg di ceritakan dalam
narasi.
6. Dalam penanganan px baik di puskesmas/ klinik/ RS harus di lakukan secara tepat, cermat, dan
Profesional baik segi tindakan ataupun sikap/ perilaku petugas kesehatan dan sesuai dg Standar yg
Berlaku.
Intinya dalam diskusi ini kita harus memperhatikan dari berbagai aspek, itu sebagian kecil evaluasi
menurut saya....barangkali ada tambahan dari rekan2....terimakasih.
Jawab
0

julaeha ext mjl 163 minggu yang lalu


assalamualaikum wr.wb....menurut saya,,sama halnya dengan pendapat teman2 yang lain.kematian yang
terjadi akibat syok hipovolemik akibat pendarahan yang multipel.penanganan kegawat daruratan tingkat

pertama kurang sigap.sebaiknya penanganan pertama yang harus lbih diperhatikan sebelum dilakukan
rujukan.mengenai tuntutan yang terjadi,pihak rumah sakit tak perlu khawatir asalkan penanganan sesuai
dengan SOP nya...terimakasih..
Jawab
0

Suwarca Majalengka 163 minggu yang lalu


Assalamu alaikum. Wr.wb. Menurut analisa saya, sama halnya dengan pendapat rekan2 yang lain.
kematian pasien diakibatkan karena mengalami syok hipovolemik akibat adanya perdarahan yang terus
menerus pada fraktur tungkai bawah kiri bagian atas, dan di area abdomen. Perawat seharusnya
melakukan resusitasi cairan dg RL dan memasang oksigen, lalu perawat melakukan cek darah lengkap
secara berkala. Bila Hb <10 maka harus dilakukan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan. lakukan
inform concent kepada keluarga tentang tindakan2 keperawatan yg kita lakukan dan resiko terburuk yang
akan terjadi pada pasien.secara profesional dan tidak ketus. Wss.
Jawab
0

Nina Y (Regsus 2010) 161 minggu yang lalu


Assalamualaikum wr.wb. menurut saya tindakan pertama kita bebaskan airway kemudian pasang O2
,selanjutnya kita lakukan observasi TTV dan segera pasang infus lalu berikan cairan isotonik NACL.
setelah itu kita lakukan cek HB Cito, bila HB < 10 gr % pasang tranfusi darah sesuai kebutuhan. pasang
DC untuk menilai output urine. bila terjadi perdarahan hebat segera def perdarahan dengan kasa tebal.
setelah itu kita konsul ke dokter spesialis bedah untuk menentukan tindakan selanjutnya. wasalam
terimakasih.
Jawab
0

mamat r.afandi 161 minggu yang lalu


Assalamualaikum wr.wb. Menurut pendapat saya tindakan pertama sangat menentukan sekali terhadap
keberhasilan pasien.Kematian pasien disebabkan karena pasien mengalami syok hipovolemik akibat
adanya perdarahan yang terus menerus pada fraktur tungkai bawah kiri bagian atas, perdarahan intra
abdomen,pasien juga mengalami trauma dada kiri dan HI.Seharusnya pada waktu di puskesmas,pasien
diberikan oksigen,karena pasien mengalami pingsan pada saat kejadiaan.Perawat puskesmas

seharusnya melakukan resusitasi cairan dengan RL (blood set ).Pada saat merujuk pasien,seharusnya
menggunakan oksigen dan jangan sampai persediaannya habis.Pada saai di IGD seharusnya perawat
B,melakukan pengkajian secara mendetail dan melakukan operan dengan perawat puskesmas.Setelah
itu laporan ke dokter jaga dan melaksanakan intruksinya.Perawat IGD harus mempunyai
keterampilan,kemampuan yang kompeten dalam menangani kasus kegawat daruratan.Dalam
memberikan keterangan pada pasien dan keluarganya,harus jelas ,sopan dan tidak
ketus.wasalam.terimakasih.
Jawab
0

etih supriyati 161 minggu yang lalu


ass. maaf saya tidak akan mengomentari masalah KU Tn, M ..
saya hanya menyayangkan kenapa dimana-mana keluarga pasien slalu menyalahkan petugas. masalah
pasien ditolak utk rwat inap gara2 ruangan penuh juga keluarga pasien sampe ngamuk ,apalagi masalah
Tn, M yang gak sampe tertolong padahal takdir itu ditangan Tuhan kan?????
Jawab
0

E.Nurhasanah 150 minggu yang lalu


Assalamu"alaikum...Pa dosen..tugas untuk REGsus yang ini ya?? terus dimasukkin ke CD?
Maaf saya baru buka blog nya ^_^
Jawab
0

santos 149 minggu yang lalu


waduh tugas mlog nya susah di cari...pak dosen bikin juga di wordprees nya biar gampang di cari
Jawab
0

NANI 131 minggu yang lalu

Problem of Mr. M very complicated.. how come patient with that condition withour oxygen? Who's wrong?
human, condition or vasility?
Jawab
1 Jawab Aktif 131 minggu yang lalu
0

Haris tngkt 4 reg 130 minggu yang lalu


secara prosedur sudah benar pada saat pertolongan pertama ,akan tetatpi setelah tuan M datang k
pusesmas di puskesmas fasilitas penunjangnya belum lengkap ( fakta puskesmas-puskesmas di
indonesia fasilitasnya belum lengkap ) ,sehingga yang seharusnya tuan M ini pada saat di puskesmas
tuan M sudah bisa d tangani denganbaik dan di beri oksigen ,tetapi karena d puskesmas ini fasilitasnya
kurang di tambah oksigen yang habis ,mengakibatkan kondisi tuan M ini memburuk bukan malah
membaik dan salah satu penyebab meninggalnya tuan M ini juga karena dari puskesmas ke RS X tdk di
berikan oksigen padahal perjanan dari puskesmas ke RS lumayan lama dari jm 15.00 dari puskesmas
sampai d RS X jm 17.00 ,secara logika juga kondii tun M pasti memburuk di tambah lagi seampainya d
RS X tuan M hanya di tangani oleh 1 perawat yg belum bersertifikat BTCLS dab baru 1 minggu bekerja d
RS X ,2 koas dan 2 mahasiswa akper yang belum berpengalaman dalam menangani pasien seperti tuan
M ini ,selain itu perawt B atau koas atau mahasiswa akper sehrusnya memebritahu dokter jaga IGD itu
pada saat tuan M ini masuk IGD ,sehingga tuan M ini akan lebih bisa di tangani oleh dokter jaga yang
sudah berpengalaman atau jangan menunggu kondisi pasien ini mengalami penuruan ,tuan M ini juga
mengalami penurunan TTV secara drastis .
dan untuk perawat B seharusnya dalam penyampain berita duka kematian tuan M kepada keluarga
,perawat B harus dengan sikap seorang perawat yg profesional dalam penyampainnya ,jangan malah
ketus ,
intinya kita harus menjadi seorang perawat yg profesional.
Jawab
0

Ibnu Roseno Aji 130 minggu yang lalu


assalamualaikum.wr.wb,,saya akan coba ikuti diskusi ini,,dari hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik pda
Tn. M..telah terjadi shock hipovolemik karena adanya pendarahan terus menerus pada perut. Tn. M juga
telah mengalami fraktur pada bagian tungkai. kesalahan pertama pada penanganan adalah pasien tidak
segera di bawa ke RS. padahal keadaan Tn. M dalam keadaan yang harus segera mendapatkan
perawatan secara intensif. kedua ketika tiba di RS, tidak langsung mendapatkan suplai oksigen yang

sangat dibutuhkan Tn. M. ketiga kurang layaknya tenaga medis yang ditempatkan di IGD, karena perawat
IGD tersebut belum pernah mengikuti pelatihan BTCLS, yang seharusnya menjadi syarat mutlak bagi
perawat IGD mengikuti BTCLS. kurang nya kordinasi yang baik antra perawat dengan dokter, karena
kurangnya pengalaman perawat sehingga tidak segera berkomunikasi dengan dokter pada saat Tn. M
baru tiba di RS.
bukan hanya itu dalam penyampaian berita duka kepada keluarga Tn. M harus dengan bahasa dan sikap
yang baik. tidak boleh dengan sikap ketus.
dalam penanganan tindakan medis harus didukung dengan tenaga medis yang profesional dan fasilitas
yang memadai.
Jawab
0

lilis.Tgk.4.Reg.Kmp1 129 minggu yang lalu


kasus yang terjadi pada Tn.M merupakan kasus yang berpotensial menimbulkan kematian jika tidak
segera dilakukan pertolongan. dari pengkajian dan pemeriksaan fisik yang berangsur-angsur menurun
bisa ditimbulkan karena Tn.M mengalami shock hipovolemik, karena Tn.M mengalami perdarahan pada
bagian perut dan tungkai. kebutuhan oksigenasi juga tidak terpenuhi sehingga membuat Tn.M sesak
ditambah lagi adanya jejas pada bagian paru kiri. Penanganan tidak segera dilakukan oleh perawat IGD
di RS X, seharusnya perawat segera memenuhi kebutuhan oksigenasi dengan memberikan oksigen
kepada klien, dan segera dipasang 2 jalur infus di karenakan adanya perdarahan sehingga kebutuhan
cairan klien terpenuhi dan klien tidak kehilangan banyak cairan. perawat tersebut belum mengikuti
pelatihan BTCL sehingga tidak mempunyai keahlian khusus dalam memberikan pelayanan gawat
darurat.
dalam penyampaian informasi kepada keluarga harus dilakukan dengan baik dan sopan, keluarga dalam
keadaan berduka seharusnya memberikan motivasi kepada keluarga.
keperawatan gawat darurat dilakukan oleh tenaga medis yang berwenang, baik itu secara keahlian,
situasi dan delegasi. dalam kasus ini perawat dikatakan belum berwenang secara keahlian dikarenakan
belum pernah mengikuti pelatihan BTCLS.
Jawab

Tulis komentar baru

Komentar sebagai Tamu atau masuk log:

Masuk log ke IntenseDebate


Login to WordPress.com
Masuk log Twitter

Nama
Email
Alamat situs (opsional)

Ditampilkan disebelah komentar kamu

Tidak ditampilkan pada publik

Kalau kamu punya situs web, tautkan disini.

Kirim Komentar
Berlangganan

Comments byIntenseDebate

Newer PostOlder PostHome


Search

Kategori
Anatomi android aplikasi berita ebook edukasiendokrin epidemiologi Evaluasi Fisiologi gadgetGawat

Darurat informatika

kesehatankasus keperawatan

komunitas keperawatan

medikal

bedah klip

patofisiologi prototipe protoyping puisiRehat rekam medik elektronik religi rsud gunung

video musik Nostalgia

jati

cirebon simpus simrs sistem

informasisistem

integumen Sistem

pencernaan sistem reproduksiSistem Respirasi sistem saraf software

Kardiovaskuler Sistem

Teknologi

Arsip

2013 (3)

2012 (37)

December (10)

Tips Mengambil Kunci Yang Ketinggalan Dalam Mobil

Petunjuk Mengikuti Diskusi

Muskuloskeletal sistem

Kasus Keperawatan Gawat Darurat

3M : Mengajar, Mendidik & Membimbing

Askep Tn. M. dengan Diabetes Melitus

Askep Tn. S. Dengan Sifilis

Menopause

Obrolan Umi dan Hanun

Mengajak Mahasiswa Kreatif

Mengakali Zoom Camera di Samsung Galaxy Ace 2

November (26)

March (1)

2011 (2)

2010 (14)

2009 (60)

2008 (10)

Watermark template. Powered by Blogger.

TERBARU HEADLINE RUBRIK EVENT Masuk PILIHAN Pelayanan Pasien Dengan" Sistem
Triage" di Unit Gawat Darurat 22 September 2012 12:00:47 Diperbarui: 24 Juni 2015 23:59:56

Dibaca : 18,264 Komentar : 15 Nilai : 12 UGD/Romana Tari/2012 Seorang teman bernama Heny
pernah bercerita pada saya tentang ketidakpuasannya dengan sistem pelayanan di Unit gawat
darurat ( UGD ) sebuah rumah sakit swasta di wilayah Surabaya selatan. "Mbak, pelayanan di
Unit gawat darurat sini ternyata lama ya" " Oya, mohon maaf, kamu sakit apa sehingga harus ke
UGD ?" " Jariku kemasukan duri mawar, sudah mulai bengkak" " Oh begitu, kira - kira
pasiennya ketika kamu berobat waktu itu banyak tidak?" " Ada kecelakaan mbak. Ambulance
datang bawa tiga pasien, Aku sempat lihat. whuiiih berdarah - darah..aku ngeri lihatnya sampai
aku kepingin pulang saja tidak jadi berobat, tapi jariku sudah tidak tahan sakitnya.Ya terpaksa
aku menunggu" Begitu sedikit percakapan saya dengan seorang teman yang mengadu cara
pelayanan pasien di UGD. Ya, memang ruang Unit Gawat Darurat selalu identik dengan
kecelakaan dan berbagai peristiwa darurat lain yang berkaitan dengan kebutuhan untuk
pertolongan segera. Bagi orang yang berkecimpung di dunia medis tentu sudah sangat paham
dengan model pelayanan di UGD. Mari kita lihat satu persatu bagaimana sebenarnya pelayanan
di UGD. Unit Gawat Darurat atau UGD dan beberapa ada yang menyebut juga IRD ( Instalasi
Rawat Darurat ).IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) maupun Emergency Room. Adalah sebuah unit
yang melayani pasien dalam kondisi gawat darurat berdasarkan Triage ( Triase ) yang ditentukan
oleh dokter UGD. Sedangkan Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien berdasarkan
berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan
standar pelayanan UGD yang dimiliki. Triage dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa
intervensi tindakan apapun. Awal mula Sistem Triage digunakan oleh seorang dokter Militer
bernama Dominique Jean Larrey . Triage sendiri berasal dari bahasa Perancis trier yakni seleksi
berdasar prioritas kegawat daruratan kondisi seeorang yang membutuhkan bantuan medis.
Mengapa perlu dilakukan Triage dan apa sebabnya di UGD tidak berlaku sistem antrian seperti
di poliklinik rawat jalan? Setiap Unit Gawat Darurat selalu mengupayakan efisiensi dan
efektifitas pelayanan. Sedapat mungkin mereka berupaya menyelamatkan sebanyak - banyaknya
dalam waktu sesingkat singkatnya bila ada kondisi pasien dengan kegawat daruratan medis
datang berobat ke UGD. Dengan demikian sumber daya manusia dan sarana di UGD sangat
menentukan keberhasilan pelayanan kepada pasien. Di Poliklinik pada umumnya pasien yang
datang adalah pasien dengan keluhan yang berulang maupun keluhan yang masih dapat ditunda.
Sangat jarang pasien dengan kecelakaan dan bencana alam atau serangan jantung dan stroke di
bawa ke poliklinik. Kendati ada kasus gawat darurat seringkali diarahkan ke UGD untuk segera
mendapat bantuan agar tidak tertunda dalam antrian panjang pelayanan poliklinik. Sumber daya
manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan para pasien di UGD.
Dokter dan paramedis yang bertugas di UGD dituntut untuk dapat melakukan triase secepat dan
setepat mungkin. Ilmu teoritis dan pengalaman sangat penting bagi petugas UGD, agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triase. ( Ilustrasi dok pri/bcrt/2012 ) Triase
dikelompokan dalam beberapa macam dengan cara tanda berikut: pasien dengan tanda status
merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat, tanda kuning berarti pelayanan
dapat ditunda, tanda hijau pasien tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda.
Sedangkan tanda hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat
tipis. Ruang UGD atau instalasi rawat darurat erat kaitannya dengan keberadaan ambulance yang
mengirim pasien. Pada kasus kasus kecelakaan dan serangan jantung maupun stroke sudah dapat
dipastikan Ambulance yang lebih banyak membawa pasien dengan kategori merah. Maka dari itu

ketika pasien yang datang terlebih dahulu dengan kasus tergolong kondisi triase kelompok hijau
kadang terpaksa ditunda pelayanannya untuk segera mendahulukan kasus kecelakaan misalnya
luka bakar, kecelakaan, stroke dan serangan jantung. Lebih jelasnya dapat kita beri contoh
misalkan pada pasien label merah adalah pasien dengan keadaan gawat darurat kecelakaan, patah
tulang, perdarahan otak dan luka bakar atau pasien dengan serangan hipertensi stroke,
kegagalan fungsi jantung dan gagal nafas, tidak sadar. Sedangkan pada pasien dengan label
kuning adalah pasien misalnya dengan penyakit infeksi luka ringan, usus buntu, patah tulang,
luka bakar ringan. Pasien yang mendapat label hijau adalah pasien dengan kondisi kesehatan
yang masih dapat ditunda pelayanan, misalkan benturan memar di permukaan kulit, luka lecet,
tertusuk duri, dan demam ringan, radang lambung. Pasien dengan tanda triage hitam adalah
pasien yang tidak memungkinkan memiliki harapan hidup kendati dilakukan tindakan medis.
Misalnya pasien dengan kondisi kerusakan berat dari seluruh organ penting tubuh, misalnya
akibat kecelakaan, bencana alam dan luka bakar. Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat
darurat harus peka menggunakan kemampuan mata, telinga, indra peraba lebih peka, tanggap
situasi, cepat dan tepat dalam menilai perubahan mendadak pasien yang berada di UGD,
sewaktu - waktu kondisi status triage bisa berubah. Menunjang kelancaran pelayanan UGD tak
kalah penting adalah kesigapan petugas Ambulance selama dalam perjalanan dari menjemput
pasien hingga ke rumah sakit untuk mendapat pelayanan Unit Gawat darurat. Dalam perjalanan
petugas UGD yang menjemput juga sudah melakukan triage dalam perjalanan dan melakukan
koordinasi pada petugas UGD yang siap menyambut kedatangan ambulance untuk penanganan
lebih lanjut. ( Ilustrasi dok pri/bcrt/2012 ) Semoga informasi tentang pelayanan di ruang Unit
Gawat Darurat dengan model pemilahan menggunakan Triage dapat menambah wawasan sistem
pelayanan kesehatan. Salam hangat WPC Kolaborasi Kampretos Arif Subagor dan Romana Tari
( foto - foto dokumen pribadi ) http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/09/08/weekly-photochallenge-foto-kolaborasi/ Bidan Care / Romana Tari /bidancare TERVERIFIKASI Bidan
Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi
kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup, Mari hidup
sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare Selengkapnya... IKUTI Share 2 0 0
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN
MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL nyamanberobat freez
httplifestylekompasianacomhobi20120908weeklyphotochallengefotokolaborasi ambulance wpc
emergency unitgawatdarurat medis kesehatan TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0
NILAI : 12BERI NILAI Nizar Ali BERMANFAAT Selsa BERMANFAAT Faizal Amin Haderi
MENARIK Arif Subagor BERMANFAAT Maria G Soemitro BERMANFAAT Kampret Klik
INSPIRATIF PAK DHE SAKIMUN BERMANFAAT Qinimain Zain BERMANFAAT
Selanjutnya KOMENTAR : 15 Bidan Care / Romana Tari23 September 2012 02:23:34 Bunda
Siti Swandari tercinta....apa kabar bunda, rasanya setetes embun tiap lihat senyum bunda yang
elalu meberi semangat dan mendoppingku untuk giat menulis hehehe..maafin bunda saya
kemarin kemarin agak lelet hehehehe Balas Nanang Diyanto23 September 2012 03:07:14
Wakakakakakakakaka kalau duri bandenh bolehlah masuk ke gawat darurat, tapi kalau durinya
bapakk-bapak? Wakakakakakaka pasti reserse wakakakakakakaka :-) Balas PAK DHE
SAKIMUN 23 September 2012 04:32:06 Yang lebih mengerikan itu malah kalau label
putih......hihihihihihiiiiiiiiiiii Nggak ada ya... Balas Mbah Ukik23 September 2012 02:45:03 Hati

tertusuk duri kekasih perlu dibawa ke UGD mana Mbak? He...he...he... ------ Apa sih bedanya
UGD, IGD, dan IRD ? Balas Faizal Amin Haderi23 September 2012 10:46:16 Wow ... Jadi
ngerti label melabelin pasien ... Pernah Mengalami bersitegang dengan dokter UGD Gara-gara
tidak dilayani .... Waktu itu pake baju Hijau .... Hahahahaha Balas Mutiara Biyantoro23
September 2012 05:02:20 ooo ternyata pasien UGD di golongkan dengan label sendiri-sendiri
sesuai tingkat kegawatannya too? Share yang bermanfaat,mbak bidan.. Salam hangat:) Balas Siti
Swandari23 September 2012 02:18:13 Pelayanan RS memang banyak dikeluhkan, tapi kita harus
maklum, yang sakit butuh pelayanan cepat, tenaga medisnya terbatas, dan tulisan diatas
jawabannya. Kita harus saling mengerti dan saling bantu,demi kebaikan semua.... tx Sukses
selalu, terus berkarya dan cayang Balas Bidan Care / Romana Tari23 September 2012 03:08:58
mas Nanaaaaaaaaaaaaaaang, tak uncali nald heacting lhooo hehehehe Balas Bidan Care /
Romana Tari23 September 2012 06:31:27 hehehehehe..mas Irsyam aku emoh walau gratis Balas
Har23 September 2012 02:37:14 Kalo tertelan duri bandeng masuk kategori warna apa? :roll:
Balas Selanjutnya KIRIM FEATURED ARTICLE Yuk Kita Dukung Ahok Nyagub Jalur
Independen! Putra Noe Santoro24 Februari HEADLINE 1 Penumpang Transjakarta Tak Lagi
Jadi Korban PHP Rena Widyawinata14 Maret 2016 2 Ecollab, Bangunan Hemat Energi dan
Ramah Lingkungan dengan Arsitektur Unik robi kurniawan14 Maret 2016 3 Bijak Gunakan
Kebebasan Berpendapat, Mempengaruhi dan Berpikir Andre Panzer13 Maret 2016 4 Angkutan
Umum Mogok Demi Gugat Transportasi Berbasis Online Kuncoro Toro14 Maret 2016 5 5 Tahun
Perang, Warga Suriah Tersisa Sepertiga Abanggeutanyo14 Maret 2016 NILAI TERTINGGI
Jangan Memilih Ahok Karena Dia Kristen atau Tionghoa? Reza aka Fadli Zontor14 Maret Ahok
itu Berbahaya: Lha kok Mengajak Heru Memiskinkan Pejabat yang Korup Thamrin Sonata14
Maret Calon Serius, Penggembira, dan Hanya Lewat di Pilkada DKI Susy Haryawan14 Maret
Sesudah Deparpolisasi, Lantas? S Aji14 Maret Kawanan Ahok Mirip Teroris ISIS yang Maunya
Ribut Terus Gatot Swandito14 Maret TERPOPULER Ahok itu Berbahaya: Lha kok Mengajak
Heru Memiskinkan Pejabat yang Korup Thamrin Sonata14 Maret Jangan Memilih Ahok Karena
Dia Kristen atau Tionghoa? Reza aka Fadli Zontor14 Maret Ahok: Logika yang Terbalik, Teman
Ahok untuk KPK Bubar GTogar Sigiro14 Maret Risma - Dasyat Mampu Bendung Laju Ahok I
Ketut Guna Artha14 Maret Saya Pendukung Ahok, Tapi Saya Bela Ahmad Dhani Motulz Anto14
Maret TREN DI GOOGLE Saya Pendukung Ahok, Tapi Saya Bela Ahmad Dhani Motulz Anto14
Maret 2016 Ahok Robek Tradisi, Tantang Megawati, Skak DPR Senayan, dan Bakar Spirit
Teman Ahok Asaaro Lahagu11 Maret 2016 Istriku Adik Kandungku Ninawati Coke13 Juli 2012
Inilah Kesalahan Karni Ilyas Daniel H.T.10 Maret 2016 TNI-AU Membungkamkan Ratna
Sarumpaet Daniel H.T.14 Maret 2016 GRES Praveen, Debby dan Tradisi yang Hilang Yudha
Pratomo14 Maret Waspada Makan Fastfood A&* Levy Aditya Wiradibrata14 Maret Paradoks
Inovasi Teknologi Alat Kesehatan Fauzan Zidni14 Maret Rektor di Indonesia Berupaya
Menghidupkan Kembali GBHN Victor Simpre14 Maret Tamparan Keras untuk Kaum
Hedonisme Akut Irvan Oktaviandry14 Maret Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bidancare/pelayanan-pasien-dengan-sistem-triagedi-unit-gawat-darurat_5517be5081331103699de35a

Anda mungkin juga menyukai