Menu
Skip to content
Beranda
Profil
Download
Askep
Bahan Kuliah
Category
Hobby
Quotes
Peran Perawat dalam Manajemen Bencana
Agu23
Apa sih peran perawat pada saat bencana??
Hmmmpastilah ada..hehe,,coz perawat merupakan salah satu dari sekian banyak tenaga
kesehatan yang punya andil besar didunia persilatan,,ehh dunia kesehatan ;)
So,,bwt sobat2 yg ambil jrsan perawat, bkerja sbg perawat, org tua perawat , suami/istri perawat,
kakek nenek perawat *maksa.com*,, pastilah harus tahu deskripsi peran perawat yg sebenarnya
dalam menanggulangi bencana..
Nihh dia,,silahkan diliat SOB ^^
Fase-Fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu;
fase preimpact,
fase impact
fase postimpact
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari
badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik
oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga
terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga
tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum
dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan,
marah, tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.
TIM BANTUAN KESEHATAN (BERDASARKAN KEPMENKES 066/MENKES/SK/II/2006)
Tim yang Diberangkatkan Berdasarkan Kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA
Kembali dengan Laporan Hasil Kegiatan Mereka di Lapangan
JUMLAH KEBUTUHAN SDM KES DI LAPANGAN UTK JML PENDUDUK/ PENGUNGSI
10.000 20.000 ORANG
Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam
membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan
post impact.
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik,
pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana.
Tujuan utama
Tujuan tindakan asuhan keperawatan komunitas pada bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut
PERAN PERAWAT
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian
cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih
efektif. (Triase )
TRIASE
Merah paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar
pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan
kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
Kuning penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun
belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan
selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera
medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
Hijau prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor,
minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
7.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik
(hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan
masyarakat yang tidak mengungsi
C. Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.
Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
Share this:
Berbagi
Sukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
This entry was posted on Agustus 23, 2011, in Keperawatan Bencana and tagged disaster,
manajemen bencana, peran perawat dalam penanggulangan bencana, perawat bencana.
Bookmark the permalink.
6 Komentar
Navigasi pos
Devi berkata:
Januari 21, 2012 pukul 5:59 am
Thax y mbak Winda..
sgt bermanfaat
slm knal.. :)
Balas
Ners Winda berkata:
Mei 12, 2012 pukul 4:26 am
makasih jg mbak..salam kenal balik dari saya ;)
Balas
sof-man berkata:
Januari 22, 2013 pukul 6:37 am
maksut yaa ini,brooo.peran perawat dalam penaganan lansia saat bencana
Balas
Ners Winda berkata:
Januari 29, 2013 pukul 2:38 pm
kalau penanganan lansia pada saat bencana mungkin lebih kepada membantu pemenuhan
perawatan diri yang meliputi personal higiene, istirahat dan nutrisinya karena umumnya pd
lansia terjadi penurunan fungsi tubuh..atau kalau msh gak jelas nanti admin cari lagi yg lbh
lengkap ya ^^
Balas
Ners Winda berkata:
September 4, 2012 pukul 12:45 am
Iya dek..sama2 yah,,salam kenal jg..^^
Balas
Mohon tinggalkan komentarnya ya SOBAT ^__^
Gravatar
Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)
Nama (wajib)
Situs web
Cari:
Cari
Blog di WordPress.com. | Tema Bouquet.
Ikuti
Ikuti SMART NURSE
Daftarkan saya
KONSEP
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TRiASE
Pada bagian ini dibahas tentang situasi gawat darurat, triage dan peran
perawat, dengan harapan pembaca maupun peserta didik mampu:
Menjelaskan pengertian peran, fungsi dan uraian tugas perawat dalam pelayanan
gadar
1.
Dewasa ini terjadi peningkatan jumlah pasien yang masuk ke ruang IGD.
Banyak alasan yang menyebabkan pasien membutuhkan perawatan gawat
darurat. Baik cidera, penyakit-penyakit kritis, penyakit infeksi. Namun tidak
bisa di hindari bahwa masih banyak terbatasan dari fasilitas IGD, baik
keterbatasan dari jumlah kemampuan daya tampung pasien, kemampuan
dan pengetahuan akan perkembangan terbaru dari tim kesehatan. Hal ini
dapat diperbaiki apabila tim kesehatan pada IGD mempunyai standar
penangulanganan dalam kondisi gawat darurat.
Situasi Gawat Darurat
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
1. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong dapat
meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas pertama.
Sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang termasuk
keadaan adalah pasien keracunan akut dengan penurunan kesadaran,
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi atau
pemaparan pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan ini
2. Gawat tidak Darurat
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan setelah dilakukan resusitasi
segera konsulkan ke dokter spesialis untuk penanganan selanjutnya. Yang
termasuk pasien gawat tidak darurat adalah: pasien kanker stadium lanjut
yang mengalami keracunan akut.
3. Darurat tidak Gawat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat.
Pasien biasanya sadar tidak ada ganguan pernapasan dan sirkulasi serta
tidak memerlukan resusitasi dan dapat langsung diberi terapi definitive.
Pasien dapat dirawat di ruang rawat inap atau jika keadaannya ringan dapat
di pulangkan untuk selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan
4. Tidak Gawat tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau asimptomatis. Setelah mendapat
terapi definitive penderita dapat dipulangkan dan selanjutnya kontrol ke
poliklinik rawat jalan.
Langkah membagi menjadi 4 keadaan sesuai dengan kondisi klien berdasar
yang prioritas kondisi yang paling mengancam nyawa. Kondisi yang
mengancam nyawa di nilai berdasarkan jalan nafas (airway), pernafasan
(breathing), sirkulasi (circulation) dan kondisi neurologis (disabilty).
mengetahui dan mampu menilai dari pasien yang sesuai dengan keadaan
Dalam penanganan keadaaan gawat darurat tidak dapat hindari faktor lain
yang memegang peranan adalah sarana dan prasarana dari Instlansi rawat
darurat. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Multi disiplin & multi profesi
Kerjasama yang tinggi dalam penangan keadaan gawat darurat sangat
dibutuhkan baik dari multi displin, maupun multi profesi, hal ini menjadi satu
kesatuan, contohnya dalam ruangan igd terjadi dari tim profesi medis,
perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium, petugas farmasi dan
lainnya.
Mempunyai pemimpin & struktur organisasi.
Adanya unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di ruang IGD
dengan wewenang penuh
Mempunyai pola urutan pelayanan.
IGD harus bisa bekerjasama dengan unit pelayanan medis terkait yang ada
diluar maupun didalam instansi pelayanan kesehatan tersebut, baik pra
rumah sakit maupun rumah sakit dalam menyelenggarakan terapi definitif.
Sebagai contoh :
Dalam kesiagaan menghadapi musibah massal/bencana meliputi:
Mempunyai
Mempunyai
Jumlah pasien lebih dari 1 digunakan triage agar tidak terjadinya kesalahan
dalam memilih dan memberikan pertolongan. Apabila Sarana kesehatan
yang tersedia maka dengan triage ini akan sangat efektif.
Sistem Triage
Sistem triage dapat diterapkan keadaan non disaster/ tidak ada bencana dan
disaster/adanya bencana.
Triage Nondisaster: tujuannya Untuk menyediakan perawatan sebaik
mungkin bagi setiap individu pasien, contohnya IGD sehari-hari. Triage
Disaster: tujuannya Untuk menyediakan perawatan yg lebih efektif
untukpasien dalam jumlah banyak contohnya dalam keadaan bencana.
Sistem Klasifikasi
Menggunakan nomor, huruf atau tanda yang digunakan secara nasional
maupun internasional
Prioritas 1 atau Emergensi
Pasien dengan cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta
tindakan medis dan Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan
penilaian cepat dan intervensi segera dan evaluasi. Pasien harus dibawa ke
Ruang Resusitasi/ P1 untuk memperstabilkan jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi maupun status neurologis. Pasien dengan prioritas ini ada waktu
tunggu nol. Contoh kasusnya : Perdarahan berat, asfiksia, cervikal, cedera
pada maxilla, Trauma kepala dgn koma dan proses shock yg cepat. Fraktur
Terbuka & Fraktur Luka bakar lebih dari 30 % , dan Shock tipe apapun
merupakan kasus yang harus segera mendapatkan penanganan. Kode
internasional merah
Prioritas 2 / Urgent
Pasien memerlukan bantuan namun dengan cedera yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa alam waktu dekat. Pasien
mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas. Pasien ini
mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki. Waktu tunggu 30
menit dan pada ruang IGD pasien berada di Area Critical care/P2 (tempat
perawatan kritis). Contohnya pasien dengan Trauma thorax Non asfiksia, Fr.
Tertutup pada tulang panjang, Luka bakar terbatas kurang dari 30 % dan
Cedera pada bagian / jaringan lunak. Kode internasional Kuning.
Prioritas 3 / Non Urgent
Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian
ulang berkala. Pasien yang biasanya dapat berjalan dgn masalah medis yang
minimal, Luka lama dan Kondisi yang timbul sudah lama. Pasien ini berada
diArea Ambulatory / P3. Contohnya: Minor injuri. seluruh kasus - kasus
ambulant / jalan. Kode internasional Hijau.
kategorin
Pernafasan
Kritis
dan > 30 / menit
darurat
merah
Luka-luka
< 30 /menit
tidak
berbahaya
kuning
MeninggalTidak ada
tidak mungkin
diselamatkan
Nadi
Tidak Ada
Status mental
Tidak sadarkan
diri
Ada
Sadar/ normal
Tidak ada
Tidak
respon
ada
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kelainan
C. Kewenangan perawat
1. Kewenangan perawat seorang perawat dalam pertolongan gawat darurat
didasarkan pada kemampuan perawat memberikan pertolongan gawat
darurat yang diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan khusus.
2. Perawat yang mendapat pelatihan tersebut memperoleh sertifikat yang
diakui oleh profesi keperawatan maupun profesi kesehatan lainnya
3. Perawat yang telah mendapat sertifikat tersebut memperoleh izin untuk
melaksanakan praktek keperawatan gawat darurat sesuai lingkup
kewenangannya.
PENGKAJIAN TRIAGE
SOAP SYSTEM
Tujuan
Untuk menguraikan pengkajian
sistem SOAP
Apakah SOAP itu ?
S = data subyektif
O= data obyektif
A = assess / penilaian
P = plan / perencanaan
S - Subyektif
Beri pertanyaan utk menemukan keluhan utama
Perawat triage sebagai detektif
Informasi minimal dan analisa gejala
Gunakan pertanyaan terbuka
Dapatkan sutu pernyataan ringkas
O - Obyektif
evaluasi fisik
data observasi penampilan pasien
data pengukuran tanda vital :
- suhu
- pernapasan
- nadi
- tekanan darah
- saturasi oksigen
data dari lokasi yang diperiksa
A - Assessment
Mengkaji dan mengevaluasi kumpulan data subyektif dan obyektif
P - Plan
menegakkan prioritas & menempatkan pasien sesuai kondisi
melakukan tes > lanjut jika perlu
intervensi spt O2, bidai, membalut
Ringkasan
Melakukan sebuah proses triage yang sistematis, Mengumpulkan data
subyektif dan obyektif yang cukup. Mengkaji berdasarkan pada keakutan
pasien. Merencanakan intervensi yang sesuai. Dokumentasi yang lengkap.
Apa yang harus didokumentasikan? Tes diagnostik yang dilakukan, intervensi
yang telah diberikan, disposisi dan re- evaluasi dan perubahan kondisi
pasien.
Kesimpulan
Menggambarkan keluhan utama seakurat mungkin. Gunakan kata - kata
yang bisa dimengerti pasien. Dokumentasikan harapan - harapan pasien dan
hal - hal yang mempersulit pencarian data spt hambatan bahasa.
Dokumentasikan bila ada konflik antara data subyektif dan obyektif.
Tanggung jawab etik Setiap pasien memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan pelayanan dalam proses triage
Keputusan triage
kehidupan pasien tergantung pada keputusan triage yang kita buat.
Latihan soal
Korban kecelakaan tabrak lari yang mengalami aspirasi, pernapasan
tersengal-sengal, nadi kecil dan cepat.
Apa kondisi triase pada klien tersebut ?
a. Gawat darurat
d. Tidak gawat tidak
darurat
b. Gawat tidak darurat
c. Darurat tidak gawat
2. Klien yang mencoba bunuh diri dengan minum baygon karena putus asa
dengan penyakit kankernya pada stadium IV yang sudah diderita sejak 2
tahun yang lalu
Termasuk dalam manakah kondisi klien ?
a. Gawat darurat
b. Gawat tidak darurat
c. Darurat tidak gawat
d. Kegawatan Psikiatri
3. Ny. K tertabrak sepeda motor saat akan menyebrang jalan, dan langsung
dibawah ke IGD, saat dilakukan pengkajian tampak adanya darah pada kepala,
hidung dan telinga, klien tampak tidak sadar, saat dipanggil klien tidak menjawa
dan hanya berespon saat diberikan rangsangan nyeri dan ekstrimitas fleksi, saat
dihitung tanda tanda vital tekanan darah 100 / 90 mmHg, nadi 110x/menit,
pernafasan 32 x/,menit.
Kategori manakah kondisi klien ?
urgent
non urgent
emergency
non emergency
1.
a.
b.
c.
d.
Daftar Pustaka
Boswick John. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta.EGC
Don Hillary. 1997. Perawatan Penderita Dalam Keadaan Kritis . Jakarta; Binarupa
Aksara
Gallok & Hudak. 1997. Keperawatan Kritis. Jakarta.EGC
Jevon & Beverley. 2008. Pemantuan pasien kritis. Jakarta.EMS
Krisanty Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat darurat. Jakarta. CV Trans info
Media.
Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah sakit. 2005. Direktorat
bina keperawatan Departemen Kesehatan RI
Oman s kathleen dkk. 2008. Panduan belajar Keperawatan Emergency. Jakarta.EGC
Rab Tabrani. 2007. Agenda Gawat Darurat Critical Care.Bandung, PT Alumni
Talbot Laura. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis. Jakarta.EGC
Diposkan oleh Imaculata osse di 02.27
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: KEPERAWATAN
Imaculata osse
Lihat profil lengkapku
ARSIP BLOG
2014 (6)
Oktober (4)
September (2)
Beranda
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
:::Welcome To My Blog:::
Hertyn Frianka
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
proud to be a pharmacist and bussiness woman, double job indeed(amin)
Lihat profil lengkapku
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Disaster atau bencana adalah keadaan kerusakan serius yang mengenai suatu
komunitas kehidupan yang dapat mengancam atau menyebabkan kematian atau
luka-luka dan juga kerusakan bangunan yang membutuhkan waktu berhari-hari
dalam membangun kapasitas dan membutuhkan mobilisasi dan pengaturan khusus
dari sumber daya yang ada dibandingkan keadaan yang tersedia pada keadaan
normal (Bradt, Abraham, & Franks, 2003).
Kegiatan penting lain yang termasuk di dalamnya adalah mitigasi dan perencanaan,
respon, serta pemulihan (Moe, 2006).
Kedokteran Kebencanaan (disaster medicine) adalah suatu pendekatan dan aplikasi
yang kolaboratif terhadap berbagai disiplin ilmu kesehatan dalam upaya
pencegahan, persiapan, respon, dan penanggulangan dari suatu masalah kesehatan
yang terjadi akibat suatu bencana. Kerangka konsep tentang kedokteran
kebencanaan dapat diilustrasikan seperti pada gambar 1 (Bradt, Abraham, &
Franks, 2003).
Mendiagnosis keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban dalam
triase
Memberikan rekomendasi
penanganan lebih lanjut
rujukan
ke
rumah
sakit
b.
apabila
memerlukan
b.
Tim RHA
Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak
Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter
umum minimal 1 orang dikirimkan.
c.
Jenis Bencana
Gempa Bumi
Banjir Bandang/
Tanah Longsor
Gunung Meletus
Tsunami
Ledakan Bom/
Kecelakaan
Industri
Kerusuhan
Massal
Kebakaran
Hutan
a.
Materi Umum
Materi Penunjang
Prinsip Penanganan Bencana, Komunikasi dan Transportasi Bencana, Etika
Hukum Kesehatan, Keracunan
c.
Dasar-dasar PPGD
d.
Kegawatan Obgyn
Kegawatan Neurologi
e.
2.
3.
1 comments:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
2015 (1)
2014 (4)
2013 (28)
Desember (1)
Oktober (5)
Mei (18)
prinsip waralaba
alkaloid isokuinoline
bahasa indonesia 3
bahasa indonesia 2
KLKP pertemuan 4
KLKP pertemuan 3
April (2)
Maret (2)
2012 (23)
2011 (11)
2010 (17)
o
o
Universitas Gunadarma
Universitas Indonesia
Berbagi Bersama...
Beranda
Artikel
Kuis
Sosiometri
Download
Tn. M, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat mengendarai mobilnya di jalan tol sekitar
pukul 14.30 WIB. Pada saat kejadin Tn. M pingsan, petugas menemukan adanya darah pada daerah
perut, ternyata ada luka robek pada perut sepanjang 8x1x1 cm disertai adanya jejas seluas 10x6 cm dan
7x5 cm pada dada sebelah kiri. Petugas juga melihat ada hematom pada daerah frontal seluas 5x5 cm.
Beberapa saat kemudian Tn. M sadar. Ketika akan dikeluarkan dari mobil Tn. M menjerit kesakitan,
ternyata ditemukan tungkai bawah kiri bagian atas patah, tampak membengkok dan bengkak, ditemukan
luka robek 4x1x1 cm yang terus mengeluarkan darah.
Setelah berhasil dikeluarkan dari mobil, Tn. M segera dibawa ke puskesmas terdekat yang mempunyai
fasilitas gawat darurat dan tiba pukul 15.00 WIB. Di puskesmas Tn. M diperiksa, BP 120/80 mmHg, HR
88 x/menit dan RR 20 x/menit. Perawat puskesmas mengolesi semua luka dengan betadin, kemudian
memasang spalk pada kaki kiri. Kemudian perawat menyarankan Tn. M dirujuk ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas lebih lengkap karena menduga Tn. M mengalami trauma abdomen.
Tn. M segera dibawa ke IGD RS X tanpa terpasang oksigen karena kehabisan dan hanya terpasang
infus NaCl 0,9% pada lengan kiri (menggunakan infus set). Pada saat di IGD pukul 17.00 WIB, Tn. M
kembali pingsan. BP 100/60 cm, HR 96x/menit, tekanan nadi lemah, RR 28x/menit. Tn. M hanya
mengeluarkan suara menggumam ketika dipanggil tanpa membuka mata dan menarik tangannya ketika
dicubit. Beberapa saat kemudian Tn. M sadar dan mengeluh nafasnya berat dan agak sesak, serta nyeri
pada perut dan kaki kiri.
Tn. M ditangani seorang perawat B yang dibantu oleh 2 orang ko ass (dokter muda) dan 2 orang
mahasiswa akper. Perawat B baru 1 minggu bekerja di IGD dan belum pernah mendapat pelatihan
BTCLS. Sebelumnya Perawat B bekerja di Ruang Perawatan Penyakit Dalam. Perawat senior lainnya
yang berjumlah 4 orang sedang menangani pasien lain. Saat itu Ruang IGD tampak penuh, seluruh bed
terisi pasien. IGD mempunyai kapasitas 6 bed untuk penyakit dalam dan 6 bed untuk kasus bedah, serta
IGD kebidanan dan Neonatus. Perawat B melihat adanya luka robek setelah membuka spalk, luka
tampak kotor dan tulang terlihat serta ada sebagian jaringan lunak yang hilang sehingga luka tidak bisa
ditutup. Setelah mengatur tetesan infus menjadi 30 tetes/menit, Perawat B langsung meminta ko ass dan
mahasiswa akper untuk melakukan hecting pada luka robek di tungkai dan memasang spalk.
20 menit kemudian BP turun menjadi 80 mmHg/palpasi dan HR 110 x/menit dengan tekanan nadi yang
lemah. Perawat B melaporkan kondisi Tn. M kepada dokter jaga. Dokter jaga segera meminta
memasang alat bed side monitor dan memasang infuse 1 jalur lagi menjadi 2 jalur. 10 menit kemudian
Tn. M tidak dapat dibangunkan, BP 62/39 mmHg, HR 120 x/menit dan nadi radialis tidak teraba,
pernafasan gasping, saturasi oksigen 80%. 15 menit kemudian Tn. M apneu dan pada monitor EKG
tampak gambaran flat. Perawat melakukan resusitasi jantung paru selama 10 menit, akhirnya Tn. M tidak
tertolong dan dinyatakan meninggal. Kronologis kejadian dan pertolongan terhadap Tn. M telah
didokumentasikan dalam berkas rekam medic secara lengkap dari mulai datang sampai meninggal.
30 menit kemudian keluarga Tn. M datang dan sangat sedih melihat Tn. M sudah meninggal. Keluarga
merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan petugas di IGD karena merasa pertolongan kurang
maksimal sehingga Tn. M sampai meninggal. Keluarga bertambah marah ketika Perawat B mengatakan
dengan ketus bahwa ia sudah melakukan pertolongan secara maksimal. Keluarga menyatakan akan
menuntut pihak rumah sakit.
Diskusi :
Buat analisis secara komprehensif dengan mempertimbangkan konsep dan prinsip keperawatan gawat
darurat pada berbagai sistem tubuh!
Labels: Evaluasi, Gawat Darurat, kasus
Komentar (29)
+1
Jawab
3 Jawab Aktif 163 minggu yang lalu
0
ksmpulan'a perwtn gawat darrt yg dlakukan puskesmas n'rs.x kurang dlm melakukan tndkan k'perwtn
gawat darurat.. mhn koreksi kalo da yg slh..mksh
Jawab
0
dan tungkai bawah kiri sebelah atas, di perparah dg tidak di pasangnya infus two line pd px tsb, selain itu
yg terpenting pd px yg mengalami Syock tsb dr awal di tangani tidak diberikan O2 sesuai kebutuhan yg
mengakibatkan px mengalami penurunan kesadaran beberapa kali dan akhirnya mengalami kematian
batang otak karena berkurangnya suplai O2 ke otak. Ditandai dg data pada alat bed side monitor
didapatkan saturasi O2 80 % .dan 10 mnt kemudian gambaran EKG Flat. Terlepas dari itu semua ada
beberapa hal yg jd bahan evaluasi menurut sy ttg kejadian dalam narasi di atas :
1. Dlm narasi tsb tdk di jelaskan scra jelas ttg "petugas" yg pertama kali menemukan Tn M apakah
Polisi/petugas kesehatan, sehingga bisa merinci begitu detail ttg luka dan kondisi px tsb!
2. Tn M di bawa ke Puskesmas yg memiliki fasilitas "gawat darurat", dlm narasi tsb px hanya di berikan
tindakan seadanya dan lgsg di rujuk ke RS tanpa O2.
3. Saat sampai di RS terlepas siapa perawat yg menangani px apakah dia pernah mengikuti pelatihan
BTCLS atau tidak, yg jelas setiap px yg datang ke RS bukankah harus dilakukakan KLASIFIKASI
TRIASE apakakah px tsb termasuk golongan EMERGENCY, URGENCY, NON URGEN, atau
EXPEXTANT, Sehingga bisa melakukan tindakan selanjutnya yaitu TRIASE yg standar ( ABCDEF...)
4. Dlm narasi tsb jg di sbtkan ada dokter jaga yg bertugas dan bertanggung jawab, 4 perawat senior IGD,
1 perawat baru yg notabene baru 1 minggu bertugas di IGD dan blm pernah pelatihan BTCLS, 2 Ko Ass,
dan mhsswa AKPER, mekipun semua perawat senior sibuk menangani px lain apakah pd saat
menangani px Tn M tdk dilakukan klasifikasi Triase oleh perwat baru tsb dan ko ass, sehingga dokter
ataupun perawat senior seperti terkesan lambat dalam mengambil alih tugas menangani px Tn M.
5. Dan yg wajib serta tidak bisa di lupakan adalah dalam narasi tsb tidak di jelaskan apakah tindakan yg
telah dilakukan pd px tsb sudah ada INFORMED-CONCENT atau tidak sebelumnya. Di Narasi tidak di
jelaskan adanya persetujuan tindakan Medis atau Keperawatan yg di setujui oleh px/ klg/ petugas yg
berwenang dan bertanggung jwb misalkan POLISI, karena setiap tindakan yg dilakukan pada px harus
memenuhi TANGGUNG GUGAT dan TANGGUNG JAWAB sesuai dg PRINSIP dan ETIKA
KEPERAWATAN dan MEDIS yg berlaku yg nantinya di Dokumentasikan secara lengkap dan resmi dalam
CATATAN MEDIC, sehingga tidak terjadi TUNTUTAN di belakang hari seperti yg di ceritakan dalam
narasi.
6. Dalam penanganan px baik di puskesmas/ klinik/ RS harus di lakukan secara tepat, cermat, dan
Profesional baik segi tindakan ataupun sikap/ perilaku petugas kesehatan dan sesuai dg Standar yg
Berlaku.
Intinya dalam diskusi ini kita harus memperhatikan dari berbagai aspek, itu sebagian kecil evaluasi
menurut saya....barangkali ada tambahan dari rekan2....terimakasih.
Jawab
0
pertama kurang sigap.sebaiknya penanganan pertama yang harus lbih diperhatikan sebelum dilakukan
rujukan.mengenai tuntutan yang terjadi,pihak rumah sakit tak perlu khawatir asalkan penanganan sesuai
dengan SOP nya...terimakasih..
Jawab
0
seharusnya melakukan resusitasi cairan dengan RL (blood set ).Pada saat merujuk pasien,seharusnya
menggunakan oksigen dan jangan sampai persediaannya habis.Pada saai di IGD seharusnya perawat
B,melakukan pengkajian secara mendetail dan melakukan operan dengan perawat puskesmas.Setelah
itu laporan ke dokter jaga dan melaksanakan intruksinya.Perawat IGD harus mempunyai
keterampilan,kemampuan yang kompeten dalam menangani kasus kegawat daruratan.Dalam
memberikan keterangan pada pasien dan keluarganya,harus jelas ,sopan dan tidak
ketus.wasalam.terimakasih.
Jawab
0
Problem of Mr. M very complicated.. how come patient with that condition withour oxygen? Who's wrong?
human, condition or vasility?
Jawab
1 Jawab Aktif 131 minggu yang lalu
0
sangat dibutuhkan Tn. M. ketiga kurang layaknya tenaga medis yang ditempatkan di IGD, karena perawat
IGD tersebut belum pernah mengikuti pelatihan BTCLS, yang seharusnya menjadi syarat mutlak bagi
perawat IGD mengikuti BTCLS. kurang nya kordinasi yang baik antra perawat dengan dokter, karena
kurangnya pengalaman perawat sehingga tidak segera berkomunikasi dengan dokter pada saat Tn. M
baru tiba di RS.
bukan hanya itu dalam penyampaian berita duka kepada keluarga Tn. M harus dengan bahasa dan sikap
yang baik. tidak boleh dengan sikap ketus.
dalam penanganan tindakan medis harus didukung dengan tenaga medis yang profesional dan fasilitas
yang memadai.
Jawab
0
Nama
Email
Alamat situs (opsional)
Kirim Komentar
Berlangganan
Comments byIntenseDebate
Kategori
Anatomi android aplikasi berita ebook edukasiendokrin epidemiologi Evaluasi Fisiologi gadgetGawat
Darurat informatika
kesehatankasus keperawatan
komunitas keperawatan
medikal
bedah klip
patofisiologi prototipe protoyping puisiRehat rekam medik elektronik religi rsud gunung
jati
informasisistem
integumen Sistem
Kardiovaskuler Sistem
Teknologi
Arsip
2013 (3)
2012 (37)
December (10)
Muskuloskeletal sistem
Menopause
November (26)
March (1)
2011 (2)
2010 (14)
2009 (60)
2008 (10)
TERBARU HEADLINE RUBRIK EVENT Masuk PILIHAN Pelayanan Pasien Dengan" Sistem
Triage" di Unit Gawat Darurat 22 September 2012 12:00:47 Diperbarui: 24 Juni 2015 23:59:56
Dibaca : 18,264 Komentar : 15 Nilai : 12 UGD/Romana Tari/2012 Seorang teman bernama Heny
pernah bercerita pada saya tentang ketidakpuasannya dengan sistem pelayanan di Unit gawat
darurat ( UGD ) sebuah rumah sakit swasta di wilayah Surabaya selatan. "Mbak, pelayanan di
Unit gawat darurat sini ternyata lama ya" " Oya, mohon maaf, kamu sakit apa sehingga harus ke
UGD ?" " Jariku kemasukan duri mawar, sudah mulai bengkak" " Oh begitu, kira - kira
pasiennya ketika kamu berobat waktu itu banyak tidak?" " Ada kecelakaan mbak. Ambulance
datang bawa tiga pasien, Aku sempat lihat. whuiiih berdarah - darah..aku ngeri lihatnya sampai
aku kepingin pulang saja tidak jadi berobat, tapi jariku sudah tidak tahan sakitnya.Ya terpaksa
aku menunggu" Begitu sedikit percakapan saya dengan seorang teman yang mengadu cara
pelayanan pasien di UGD. Ya, memang ruang Unit Gawat Darurat selalu identik dengan
kecelakaan dan berbagai peristiwa darurat lain yang berkaitan dengan kebutuhan untuk
pertolongan segera. Bagi orang yang berkecimpung di dunia medis tentu sudah sangat paham
dengan model pelayanan di UGD. Mari kita lihat satu persatu bagaimana sebenarnya pelayanan
di UGD. Unit Gawat Darurat atau UGD dan beberapa ada yang menyebut juga IRD ( Instalasi
Rawat Darurat ).IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) maupun Emergency Room. Adalah sebuah unit
yang melayani pasien dalam kondisi gawat darurat berdasarkan Triage ( Triase ) yang ditentukan
oleh dokter UGD. Sedangkan Triage adalah sebuah tindakan pengelompokan pasien berdasarkan
berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan
standar pelayanan UGD yang dimiliki. Triage dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa
intervensi tindakan apapun. Awal mula Sistem Triage digunakan oleh seorang dokter Militer
bernama Dominique Jean Larrey . Triage sendiri berasal dari bahasa Perancis trier yakni seleksi
berdasar prioritas kegawat daruratan kondisi seeorang yang membutuhkan bantuan medis.
Mengapa perlu dilakukan Triage dan apa sebabnya di UGD tidak berlaku sistem antrian seperti
di poliklinik rawat jalan? Setiap Unit Gawat Darurat selalu mengupayakan efisiensi dan
efektifitas pelayanan. Sedapat mungkin mereka berupaya menyelamatkan sebanyak - banyaknya
dalam waktu sesingkat singkatnya bila ada kondisi pasien dengan kegawat daruratan medis
datang berobat ke UGD. Dengan demikian sumber daya manusia dan sarana di UGD sangat
menentukan keberhasilan pelayanan kepada pasien. Di Poliklinik pada umumnya pasien yang
datang adalah pasien dengan keluhan yang berulang maupun keluhan yang masih dapat ditunda.
Sangat jarang pasien dengan kecelakaan dan bencana alam atau serangan jantung dan stroke di
bawa ke poliklinik. Kendati ada kasus gawat darurat seringkali diarahkan ke UGD untuk segera
mendapat bantuan agar tidak tertunda dalam antrian panjang pelayanan poliklinik. Sumber daya
manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan para pasien di UGD.
Dokter dan paramedis yang bertugas di UGD dituntut untuk dapat melakukan triase secepat dan
setepat mungkin. Ilmu teoritis dan pengalaman sangat penting bagi petugas UGD, agar tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triase. ( Ilustrasi dok pri/bcrt/2012 ) Triase
dikelompokan dalam beberapa macam dengan cara tanda berikut: pasien dengan tanda status
merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat, tanda kuning berarti pelayanan
dapat ditunda, tanda hijau pasien tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda.
Sedangkan tanda hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat
tipis. Ruang UGD atau instalasi rawat darurat erat kaitannya dengan keberadaan ambulance yang
mengirim pasien. Pada kasus kasus kecelakaan dan serangan jantung maupun stroke sudah dapat
dipastikan Ambulance yang lebih banyak membawa pasien dengan kategori merah. Maka dari itu
ketika pasien yang datang terlebih dahulu dengan kasus tergolong kondisi triase kelompok hijau
kadang terpaksa ditunda pelayanannya untuk segera mendahulukan kasus kecelakaan misalnya
luka bakar, kecelakaan, stroke dan serangan jantung. Lebih jelasnya dapat kita beri contoh
misalkan pada pasien label merah adalah pasien dengan keadaan gawat darurat kecelakaan, patah
tulang, perdarahan otak dan luka bakar atau pasien dengan serangan hipertensi stroke,
kegagalan fungsi jantung dan gagal nafas, tidak sadar. Sedangkan pada pasien dengan label
kuning adalah pasien misalnya dengan penyakit infeksi luka ringan, usus buntu, patah tulang,
luka bakar ringan. Pasien yang mendapat label hijau adalah pasien dengan kondisi kesehatan
yang masih dapat ditunda pelayanan, misalkan benturan memar di permukaan kulit, luka lecet,
tertusuk duri, dan demam ringan, radang lambung. Pasien dengan tanda triage hitam adalah
pasien yang tidak memungkinkan memiliki harapan hidup kendati dilakukan tindakan medis.
Misalnya pasien dengan kondisi kerusakan berat dari seluruh organ penting tubuh, misalnya
akibat kecelakaan, bencana alam dan luka bakar. Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat
darurat harus peka menggunakan kemampuan mata, telinga, indra peraba lebih peka, tanggap
situasi, cepat dan tepat dalam menilai perubahan mendadak pasien yang berada di UGD,
sewaktu - waktu kondisi status triage bisa berubah. Menunjang kelancaran pelayanan UGD tak
kalah penting adalah kesigapan petugas Ambulance selama dalam perjalanan dari menjemput
pasien hingga ke rumah sakit untuk mendapat pelayanan Unit Gawat darurat. Dalam perjalanan
petugas UGD yang menjemput juga sudah melakukan triage dalam perjalanan dan melakukan
koordinasi pada petugas UGD yang siap menyambut kedatangan ambulance untuk penanganan
lebih lanjut. ( Ilustrasi dok pri/bcrt/2012 ) Semoga informasi tentang pelayanan di ruang Unit
Gawat Darurat dengan model pemilahan menggunakan Triage dapat menambah wawasan sistem
pelayanan kesehatan. Salam hangat WPC Kolaborasi Kampretos Arif Subagor dan Romana Tari
( foto - foto dokumen pribadi ) http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/09/08/weekly-photochallenge-foto-kolaborasi/ Bidan Care / Romana Tari /bidancare TERVERIFIKASI Bidan
Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi
kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup, Mari hidup
sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare Selengkapnya... IKUTI Share 2 0 0
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN
MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL nyamanberobat freez
httplifestylekompasianacomhobi20120908weeklyphotochallengefotokolaborasi ambulance wpc
emergency unitgawatdarurat medis kesehatan TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0
NILAI : 12BERI NILAI Nizar Ali BERMANFAAT Selsa BERMANFAAT Faizal Amin Haderi
MENARIK Arif Subagor BERMANFAAT Maria G Soemitro BERMANFAAT Kampret Klik
INSPIRATIF PAK DHE SAKIMUN BERMANFAAT Qinimain Zain BERMANFAAT
Selanjutnya KOMENTAR : 15 Bidan Care / Romana Tari23 September 2012 02:23:34 Bunda
Siti Swandari tercinta....apa kabar bunda, rasanya setetes embun tiap lihat senyum bunda yang
elalu meberi semangat dan mendoppingku untuk giat menulis hehehe..maafin bunda saya
kemarin kemarin agak lelet hehehehe Balas Nanang Diyanto23 September 2012 03:07:14
Wakakakakakakakaka kalau duri bandenh bolehlah masuk ke gawat darurat, tapi kalau durinya
bapakk-bapak? Wakakakakakaka pasti reserse wakakakakakakaka :-) Balas PAK DHE
SAKIMUN 23 September 2012 04:32:06 Yang lebih mengerikan itu malah kalau label
putih......hihihihihihiiiiiiiiiiii Nggak ada ya... Balas Mbah Ukik23 September 2012 02:45:03 Hati
tertusuk duri kekasih perlu dibawa ke UGD mana Mbak? He...he...he... ------ Apa sih bedanya
UGD, IGD, dan IRD ? Balas Faizal Amin Haderi23 September 2012 10:46:16 Wow ... Jadi
ngerti label melabelin pasien ... Pernah Mengalami bersitegang dengan dokter UGD Gara-gara
tidak dilayani .... Waktu itu pake baju Hijau .... Hahahahaha Balas Mutiara Biyantoro23
September 2012 05:02:20 ooo ternyata pasien UGD di golongkan dengan label sendiri-sendiri
sesuai tingkat kegawatannya too? Share yang bermanfaat,mbak bidan.. Salam hangat:) Balas Siti
Swandari23 September 2012 02:18:13 Pelayanan RS memang banyak dikeluhkan, tapi kita harus
maklum, yang sakit butuh pelayanan cepat, tenaga medisnya terbatas, dan tulisan diatas
jawabannya. Kita harus saling mengerti dan saling bantu,demi kebaikan semua.... tx Sukses
selalu, terus berkarya dan cayang Balas Bidan Care / Romana Tari23 September 2012 03:08:58
mas Nanaaaaaaaaaaaaaaang, tak uncali nald heacting lhooo hehehehe Balas Bidan Care /
Romana Tari23 September 2012 06:31:27 hehehehehe..mas Irsyam aku emoh walau gratis Balas
Har23 September 2012 02:37:14 Kalo tertelan duri bandeng masuk kategori warna apa? :roll:
Balas Selanjutnya KIRIM FEATURED ARTICLE Yuk Kita Dukung Ahok Nyagub Jalur
Independen! Putra Noe Santoro24 Februari HEADLINE 1 Penumpang Transjakarta Tak Lagi
Jadi Korban PHP Rena Widyawinata14 Maret 2016 2 Ecollab, Bangunan Hemat Energi dan
Ramah Lingkungan dengan Arsitektur Unik robi kurniawan14 Maret 2016 3 Bijak Gunakan
Kebebasan Berpendapat, Mempengaruhi dan Berpikir Andre Panzer13 Maret 2016 4 Angkutan
Umum Mogok Demi Gugat Transportasi Berbasis Online Kuncoro Toro14 Maret 2016 5 5 Tahun
Perang, Warga Suriah Tersisa Sepertiga Abanggeutanyo14 Maret 2016 NILAI TERTINGGI
Jangan Memilih Ahok Karena Dia Kristen atau Tionghoa? Reza aka Fadli Zontor14 Maret Ahok
itu Berbahaya: Lha kok Mengajak Heru Memiskinkan Pejabat yang Korup Thamrin Sonata14
Maret Calon Serius, Penggembira, dan Hanya Lewat di Pilkada DKI Susy Haryawan14 Maret
Sesudah Deparpolisasi, Lantas? S Aji14 Maret Kawanan Ahok Mirip Teroris ISIS yang Maunya
Ribut Terus Gatot Swandito14 Maret TERPOPULER Ahok itu Berbahaya: Lha kok Mengajak
Heru Memiskinkan Pejabat yang Korup Thamrin Sonata14 Maret Jangan Memilih Ahok Karena
Dia Kristen atau Tionghoa? Reza aka Fadli Zontor14 Maret Ahok: Logika yang Terbalik, Teman
Ahok untuk KPK Bubar GTogar Sigiro14 Maret Risma - Dasyat Mampu Bendung Laju Ahok I
Ketut Guna Artha14 Maret Saya Pendukung Ahok, Tapi Saya Bela Ahmad Dhani Motulz Anto14
Maret TREN DI GOOGLE Saya Pendukung Ahok, Tapi Saya Bela Ahmad Dhani Motulz Anto14
Maret 2016 Ahok Robek Tradisi, Tantang Megawati, Skak DPR Senayan, dan Bakar Spirit
Teman Ahok Asaaro Lahagu11 Maret 2016 Istriku Adik Kandungku Ninawati Coke13 Juli 2012
Inilah Kesalahan Karni Ilyas Daniel H.T.10 Maret 2016 TNI-AU Membungkamkan Ratna
Sarumpaet Daniel H.T.14 Maret 2016 GRES Praveen, Debby dan Tradisi yang Hilang Yudha
Pratomo14 Maret Waspada Makan Fastfood A&* Levy Aditya Wiradibrata14 Maret Paradoks
Inovasi Teknologi Alat Kesehatan Fauzan Zidni14 Maret Rektor di Indonesia Berupaya
Menghidupkan Kembali GBHN Victor Simpre14 Maret Tamparan Keras untuk Kaum
Hedonisme Akut Irvan Oktaviandry14 Maret Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bidancare/pelayanan-pasien-dengan-sistem-triagedi-unit-gawat-darurat_5517be5081331103699de35a