Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS

DISUSUN OLEH :

PUTRI UTAMI WULANDARI R (1914201030)

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

( ) ( Ns. Ledia Restipa, M.Kep )

PROGRAM PENDIDIKAN S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa,karena atas
rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Laporan Pendahuluan Abortus”.
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas preklinik dengan mata kuliah
Keperawatan Maternitas.
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pihak
lain yang berkepentingan pada umumnya.

Padang, 24 Desember 2021

Putri Utami Wulandari Rangkuti

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii

BAB I..........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................................1

LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................................................1

A. Defenisi.............................................................................................................................................1

B. Etiologi.............................................................................................................................................1

C. Patofisiologi......................................................................................................................................2

D. WOC.................................................................................................................................................4

E. Klasifikasi.........................................................................................................................................4

F. Tanda dan Gejala............................................................................................................................5

G. Komplikasi.......................................................................................................................................6

H. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................................6

I. Penatalaksanaan..............................................................................................................................6

Asuhan Keperawatan Teoritis.................................................................................................................7

1. Pengkajian.....................................................................................................................................7

2. Diagnos keperawatan...................................................................................................................7

3. Intervensi keperawatan................................................................................................................8

4. Implementasi..............................................................................................................................11

5. Evaluasi.......................................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan sel


telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup diluar kandungan. Ini
merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup), sebelum 28 minggu namun
setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature (Manuaba, 2013).

Menurut Rahmani (2013) dalam Rochmawati (2014) bahwa: “Faktor-faktor


yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia paritas, riwayat
abortus, jarak kehamilan, sosial ekonomi, pendidikan, penyakit infeksi, alkohol,
merokok, dan status perkawinan”. Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan
ibu dan janin yang dikandungnya. Seorang ibu membutuhkan waktu selama 2-3
tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan
mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Bila jarak kehamilan dengan anak
sebelumnya kurang dari 2 tahun, Rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.
Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan
pertumbuhan janin akan kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau
perdarahan (abortus).

Abortus dapat terjadi secara tidak disengaja maupun disengaja. Abortus yang
langsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang dilakukan
dengan sengaja disebut abobtus provokatus, dan abortus yang terjadi selama 3 kali
berturut-turut disebut hatibitualis (Prawirohadjo, 2010).

Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan
abortus (BBC,2016). Estimasi angka kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak
40-50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus perhari (Sedgh G et al, 2016).
Menurut (Kementrian Kesehatan, 2017). Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun
2015 yang tercatat hasil Sensus Penduduk Antar Survei (SUPAS) sebanyak 305 per

1
100.000 kelahiran hidup. AKI turun dari 4.999 kasus di tahun 2015 menjadi 4.912
kasus di tahun 2016 dan menurun lagi pada tahun 2017 yaitu sebanyak 1.712 kasus.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Pendahuluan ini agar saya sebagai
mahasiswa Keperawatan mengetahui tentang Abortus, cara pencegahan dan cara
penanganan pada klien dengan masalah sistem reproduksi “abortus”

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defenisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batgasan yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2008).

Abortus inkompleks adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus (Nugroho,
2011).

B. Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi


terdapat beberapa faktor sebagai berikut (Nanny, 2011) :

1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden
abortus dengan trisomy meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Resiko ibu
mengalami aneuploid yaitu diatas usia 35 tahun karena kelainan kromosom akan
meningkat pada usia diatas 35 tahun.
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi seperti:
a. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom
termasuk kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
c. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
d. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat-obatan dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

1
4. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
b. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes melitus.
c. Hipertensi meyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
5. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati dan penyakit diabetesmelitus dan kelainan yang terdapat dalam Rahim.
6. Riwayat abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya
abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus. Data
menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan akan beresiko mengalami
abortus sebesar 15% (Soeparda, 2010).
7. Faktor anatomi
Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15% kejadian yang
ditemukan
8. Faktor infeksi
Infeksi temasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma, rubella,
cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterine sering dihubungkan dengan
abortus.
9. Obat-obatan rekreasional dan toksin lingkungan
Peranan penggunaan obat- obatan rekreasional tertsntu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini meruoakan salah satu yang
mengakibatkan abortus.
C. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian


diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam
uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.

2
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised abortion)
( Prawirohardjo, 2006).

3
D. WOC

4
E. Klasifikasi

Menurut Mochtar abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Abortus spontan
Merupakan abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mat disebabkan oleh faktor-faktor ilmiah. Abortus
spontan terbagi sebagai berikut:
a. Abortus komplektus (keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahi kosong
b. Abortus inkomplektus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta.
c. Abortus insipiensi (keguguran sedang berlangsung) adalah abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
d. Abortus iminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan akan
terjadi.
e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalam Rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran
berturut-turut 3 kali atau lebih.
g. Abortus septik adalah keguguran diseertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
2. Abortus provakatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-
alat. Abortus ini tebagi menjadi:
a. Abortus medisinalis merupakan abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alas an bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli.
b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan illegal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
F. Tanda dan Gejala

menurut (Mitayani, 2011) tanda dan gejala abortus inkomplektus adalah:

1. Terlamat haid.

5
2. Perdarahan pervaginaan, tidak akan berhenti sampai hasil konsepsi dikeluarkan.
3. Rasa mulas atau kram perut.
4. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah.

G. Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi


dan syok (Waalsh, 2008).

1. Perdarahan
Perdarahan daoat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperrentrofleksi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didaptkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-
3 hari setelah abortus
2. Pemeriksaan doppler atau USG untguk menentukan apakah janin masih hidup.
(Arif Mansjoer, 2001).
I. Penatalaksanaan

Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera


diberikan cairan infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila
terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil
konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus

6
segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa
berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus
dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus.
Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari
plastik. Pasca tindakan disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan
kontraksi uterus ( Prawirohardjo, 2006)

7
Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pada anamnesis yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang dan riwayat terdahulu Riwayat kesehatan klien, yang terdiri atas :
Riwayat penyakit sekarang, Riwayat pembedahan, Riwayat penyakit yang pernah
dialami, Riwayat penyakit keluarga, Riwayat kehamilan, Riwayat seksual,
Riwayat pemakaian obat, Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan
dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan
baik sebelum dan saat sakit, Pemeriksaan Fisik

2. Diagnos keperawatan
Menurut Lowdermilk (2013) dan SDKI (2016) diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul adalah sebagai berikut :

a) Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan akibat


keguguran, kehilangan cairan aktif
b) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan

Diagnose keperawatan menurut NANDA adalah sebagai berikut:

a) Resiko ketidak seimbangan cairan


b) Resiko syok
c) resiko

7
3. Intervensi keperawatan

8
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Monitor cairan(4130)
Resiko ketidak Keseimbangan cairan (0601) a) Menentukan jumlah intake /asupan cairan

seimbangan cairan a) Tekanan darah normal b) Memeriksa turgor kulit dengan memegang jaringan seperti
b) Turgor kulit elastic mencubit kulit
c) Membran mukosa lembab c) Mengukur tekanan darah
d) Tidak kehausan d) Memantau warna, kualitas dan berat jenis urin
Hidrasi (0602) e) Memeriksa membran mukosa dan respon haus
a) Tidak ada peningkatan suhu tubuh f) Memantau cairan melalui Intravena (IV)
b) Tidak haus Manajemen cairan(4120)
c) Intake cairan normal a) Memantau status gizi
d) Output urin normal b) Timbang berat badan setiap hari
c) Memantau status hidrasi seperti denyut nadi, tekanan darah dan
membran mukosa
Resiko syok Keparahan syok : Hipovolemik (0419) Manajemen hipovolemi(4180)

a) Tidak ada penurunan tekanan darah a) Pemeriksa tanda dan gejala hipovolemi (frekuensi nadi
b) Nadi normal meningkat, tekanan darah menuru, turgor kulit kering,haus)
c) Tidak lesu b) Berikan asupan cairan oral
d) Tidak akral dingin, kulit lembab c) Berikan cairan IV RL
e) Tidak pucat d) Berikan produk darah untik mengganti volume darah

Manajemen pendarahan(4010)

a) Identifikasi penyebab pendarahan


b) Pantau nilai hemoglobin
c) Pantau intake output
d) Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah jika diperlukan
Resiko infeksi Keparahan Infeksi(0703) Pencegahan Infeksi(6550)

a) Tidak ada kemerahan a) Monitor tanda dan gejala infeksi


9
b) Tidak ada cairan yang berbau b) Pantau TTV
c) Tidak demam c) Kaji kondisi pengeluaran darah warna dan bau
d) Tidak hipotermia d) Anjurkan klien melakukan personal hygiene : ganti balutan
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
dan menilai data yang baru (Arif Muttaqin, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Menurut (Arif Muttaqin, 2009)

11

Anda mungkin juga menyukai