Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS KELOLAAN

SIKLUS PRAKTEK KEBIDANAN KEGAWAT


DARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL G1P0A0
USIA KEHAMILAN 5-6 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI RSUD LUBUK SIKAPING
KABUPATEN PASAMAN

NAMA : ROZI MAWADDA R

NIM : 2215901171

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL G1P0A0
USIA KEHAMILAN 5-6 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI RSUD LUBUK SIKAPING
KABUPATEN PASAMAN

Oleh :
Rozi Mawadda R (2215901171)

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal : Mei 2023

Mengetahui,

(Olvinda Eka Zulfi, S.Keb Bd)


Pembimbing Akademik (Nina

Pembimbing Lahan Fitri, S.ST M.Keb)

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

(Febriniwati Rifdi, S.ST, M.Biomed)

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat juga didefenisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan
Tindakan segera guna menyelamatkan nyawa/ jiwa (Campbell, 2000)(dalam
Agung Putri Harsa, dkk, 2022).
Sedangkan kegawatdaruratan obstetric adalah kondisi Kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesuadah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Agung Putri Harsa,
dkk, 2022).
Kasus gawat darurat obstetric adalah kasus obstetric yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002).
Masalah kegawatdaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi
kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara bersamaan
(Agung Putri Harsa, dkk, 2022).
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan
merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan
berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah,
2019).
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa

ii
antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan
dan kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati, 2020).
Pada umumnya kehamilan berlangsung dengan normal menghasilkan bayi
sehat, cukup bulan dan melalui jalan lahir. Akan tetapi hal itu tidaklah sama bagi
setiap Wanita, karena dalam kehamilan terjadi perubahan fisik maupun emosional
ibu. Hal ini dapat memberikan pengaruh pada ibu dan bayi selama hamil. System
penilaian resiko, tidak dapat memprediksi apakah ibu akan melalui proses
kehamilan dengan atau tanpa resiko. Dengan demikian upaya asuhan kebidanan
dalam ANC, diharapkan mampu menjadi fasilitator dalam pelaksanaan
manajemen kehamilan dan persalinan (Agung Putri Harsa Satya, dkk 2022).
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu yang
terhitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Pada keadaan normal, ibu hamil
akan melahirkan pada saat bayi telah aterm (mampu hidup di luar Rahim) yaitu
saat usia kehamilan (UK) <37 minggu - 42 minggu, tetapi kadang-kadang
kehamilan justru berakhir sebelum janin mencapai aterm (UK <37 minggu).
Kehamilan dapat pula melewati batas waktu yang normal, kadang-kadang
meskipun usia kehamilan telah lewat dari 42 minggu, masih belum ada tanda tanda
persalinan. Kelainan dalam lamanya kehamilan dapat dibagi menjadi: 1) abortus,
2) partus prematurus, dan 3) kehamilan posterm (Lidia aditama, 2019).
Abortus didefenisikan sebagai kehamilan yang berakhir pada usia kurang
dari 20 minggu atau berat bayi kurang dari 500 gram sehingga bayi tidak dapat
hidup diluar Rahim. Data kemenkes RI pada tahun 2013 menyebutkan bahwa
abortus merupakan penyebab ke -4 kematian ibu dan menyumbang sekitar 1,6%
kematian ibu di indonesia. Abortus dapat terjadi secara spontan atau provocatus.
Abortus spontan merupakan abortus yang terjadi karena dengan sendirinya secara
tidak sengaja (keguguran) sedangkan abortus provocatus merupakan abortus yang
terjadi karena disengaja (digugurkan) (Lidia Aditama, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan Ibu hamil pada Ny. F G1P0A0, Usia Kehamilan 5-6
Minggu dengan Abortus Imminens di RSUD Lubuk Sikaping Kabupaten
Pasaman”.

2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. F G1P0A0, Usia
Kehamilan 5-6 Minggu dengan Abortus Imminens di RSUD Lubuk Sikaping
Kabupaten Pasaman?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. F
G1P0A0, Usia Kehamilan 5-6 Minggu dengan Abortus Imminens di RSUD
Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan pengkajian data subjektif
b. Untuk dapat melakukan pengkajian data objektif
c. Untuk dapat melakukan Analisis
d. Untuk dapat melakukan Penatalaksanaan
e. Untuk dapat melakukan Pendokumentasian
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumber informasi sebagai sumber bacaan dan dapat
dipergunakan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan tentang abortus iminens, serta penanganan
kegawatdaruratan melalui kolaborasi dalam menghadapi kasus Abortus
imminens.
b. Bagi Profesi
Dapat memberikan asuhan kebidanan secara professional dan sebagai
bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga
kesehatan lainnya dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus
abortus imminens.
c. Bagi Institusi dan Instansi
Dapat digunakan oleh bidan khususnya dalam meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan pada kasus abortus imminens serta sebagai

3
sebagai sumber bacaan atau referensi untuk menaikkan kualitas
pendidikan kebidanan khususnya pada kasus abortus imminens. d. Bagi
Dinas Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk dinas kesehatan
dibidang penatalaksanaan Abortus Imminens.
e. Bagi ibu hamil
Diharapkan dapat menambah pengetahuan seluruh ibu hamil dan
seluruh Wanita dalam mengenali masalah Abortus Imminens.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Muda


1. Abortus
a. Defenisi
Abortus didefenisikan sebagai kehamilan yang berakhir pada usia kurang
dari 20 minggu atau berat bayi kurang dari 500 gram sehingga bayi tidak dapat
hidup diluar Rahim (Lidia Aditama Putri, 2019).
Abortus adalah keadaan yang terjadi bila setiap perempuan hamil
mengalami kehamilan terhenti, baik disengaja maupun tidak. Berakhirnya
kehamilan sebelum janin mampu hidup, yaitu Ketika usia kehamilan belum
mencapai 20 minggu (Agung Putri Harsa, 2022).
b. Klasifikasi Abortus
Abortus dapat terjadi secara spontan atau provocatus. Abortus spontan
merupakan abortus yang terjadi karena dengan sendirinya secara tidak disengaja
(keguguran), sedangkan abortus provocatus merupakan abortus yang terjadi
karena disengaja (digugurkan). Abortus Provocatus dibagi menjadi dua, yaitu : 1)
Abortus Provocatus Therapeutic / artificialis
Adalah pengguguran kehamilan secara disengaja karena adanya indikasi
medis yaitu jika kehamilan dilanjutkan dikhawatirkan dapat membahayakan jiwa
ibu. Seperti ibu menderita kanker serviks, ibu dengan penyakit jantung ( rheuma),
ibu dengan hipertensi esensial, atau penyakit lain yang bisa membahayakan jiwa
ibu.
Menurut silitonga, et al. (2017) prevalensi kejadian abortus spontan setiap
tahunnya diindonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan dan 2.500 jiwa ibu
diantaranya tidak dapat diselamatkan (Lidia Aditama, mudlikkah 2019). 2)
Abortus Provocatus Criminalis
Adalah pengguguran kehamilan secara disengaja tanpa adanya indikasi medis.
Tindakan abortus provocatus Criminalis merupakan Tindakan yang illegal dan
melanggar hukum. Menurut Purwaningrum dan Fibrina (2017), dari 208 juta
kehamilan yang terjadi didunia, 41 juta mengarah pada kasus aborsi kriminalis. Di
negara berkembang, prevalensi kasus abortus provocatus criminalis sebesar 90%
5
dan berkontribusi terhadap kematian ibu sebesar 11-13% ((Lidia Aditama,
mudlikkah 2019).
c. Etiologi
Ibu hamil yang mengalami abortus spontan umumnya tidak hanya
disebabkan oleh satu penyebab saja, melainkan dari kumpulan beberapa penyebab
yang secara bersamaan menyebabkan terjadinya abortus.
Beberapa factor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya abortus antara
lain :
1) Kelainan Ovum dan Embrio
Sebagian abortus spontan disebabkan oleh kelainan ovum yaitu sekitar
48,9% dan paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenik embrio yang berupa trisomy autosom.
2) Kelainan Genitalia Ibu
a) Anomaly kongenital (hypoplasia uteri, uterus bikornis)
b) Kelainan letak uterus (retrofleksi uteri fixate)
c) Tidak sempurnanya persiapan uterus untuk nidasi akibat kekurangan
kadar hormon estrogen/ progesterone, endometriosis, atau mioma
submucosa)
d) Uterus terlalu cepat merenggang (misalnya pada kehamilan ganda
atau molahidatidosa)
e) Distorsio uterus, misalnya akibat terdorong oleh tumor pelvis (Lidia
Aditama, 2019).
3) Gangguan Sirkulasi Plasenta
Abortus dapat disebabkan oleh adanya gangguan yang terjadi pada
sirkulasi plasenta, misalnya ibu yang menderita hipertensi,
preeklamsia, nefritis, atau terjadi anomalia plasenta.
4) Penyakit Ibu
a) Infeksi, misalnya karena pneumonia, typoid, pyelitis, dll. Kematian
janin bisa terjadi karena toxin atau infasi kuman/ virus pada fetus. b)
Keracunan, misalnya karena alcohol, asap rokok, atau gas racun, dsb.

6
c) Ibu Asfiksia, karena ibu menderita penyakit dekompensasi kordis,
penyakit paru berat, anemia gravis, dll.
d) Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme.
e) Ibu yang menderita hipotiroid, diabetes mellitus, dll.
Antagonis, Rhesus
5) Antagonis Rhesus
Abortus dapat terjadi jika ibu dan janin memiliki rhesus yang berbeda
6) Korpus luteum terlalu terlalu cepat atropi, incompetensi serviks,
serviciris
7) Perangsangan ibu hingga uterus kontraksi sangat terkejut, penggunaan
obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan trauma langsung
pada fetus.
8) Penyakit Bapak
Suami berusia lanjut, malnutrisi atau memiliki penyakit kronis seperti
TBC, dekompensasi cordis, nefritis (Lidia Aditama, 2019).
d. Klasifikasi Klinis
Abortus diklasifikasikan menjadi 1) abortus iminens, 2) abortus insipiens,
3) abortus completes, 4) abortus incompletes, 5) missed abortion, 6) abortus
habitualis, dan 7) abortus infecsiosus atau abortus septik.
2. Abortus Iminens
a. Defenisi Abortus Iminens
Abortus iminenns merupakan abortus pada tingkat permulaan dimana bayi
masih hidup di dalam uterus ibu dan merupakan ancaman terjadinya keguguran
(Lidia Aditama, 2019).
Abortus iminens adalah perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis keguguran iminens ditentukan karena pada Wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai sedikit nyeri abdomen atau
tidak sama sekali, uterus membesar sesuai usia kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Keguguran iminens berbeda dengan
perdarahan implantasi, yaitu perdarahan dalam jumlah sedikit di awal kehamilan
akibat menembusnya vili korealis kedalam desidua pada saat implantasi embrio.

7
Perdarahan impalntasi umumnya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti dan
tidak disertai mulas perut (Agung Putri Harsa, dkk 2022).
b. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis dari abortus iminens:
1) Perdarahan pervaginam (bercak hingga sedang)
2) Perut terasa sedikit mulas
3) Pada pemeriksaan luar TFU (tinggi fundus uteri) masih sesuai
dengan usia kehamilan
4) Pada pemeriksaan dalam servik (ostium uteri) masih tertutup, dan/
atau
5) Pada pemeriksaan tes urin masih menunjukkan hasil positif.
c. Penegakkan Diagnosis
1) Informasi yang harus digali dalam anamnesis
Anamnesis pada kasus abortus perlu dilakukan dengan
memperhatikan kenyamanan pasien, menanyakan hanya hal-hal yang
penting untuk asuhan pasca keguguran, dan tidak bertujuan untuk
menggali kehidupan pribadi pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis abortus meliputi
sebagai berikut :
a) Penilaian Kesehatan umum
Meliputi penampakan umum, tanda-tanda vital, tanda-tanda
kelemahan, letargi, anemia atau kurang gizi, tanda-tanda atau
bekas kekerasan fisik umum (sesuai indikasi).
b) Pemeriksaan abdomen
Meliputi palpasi uterus, perhatikan ukuran dan apakah terasa
lunak, perhatikan bila ada massa lain di abdomen, perhatikan
bila ada bekas luka abdomen akibat pembedahan sebelumnya.
c) Pemeriksaan panggul
Pada pemeriksaan meliputi pemeriksaan genitalia luar untuk
melihat adanya kelainan atau tanda-tanda infeksi, pemeriksaan
dengan speculum, untuk menginspeksi serviks dan saluran

8
vagina, lihat apakah terdapat pembukaan serviks, perhatikan
bila ada kelainan atau benda asing, perhatikan tanda-tanda
infeksi, seperti nanah atau cairan lain dari mulut Rahim, bila
dijumpai ambillah sampel untuk di kultur, bila mungkin dan
berikan antibiotic sebelum aspirasi, dan sitologi serviks dapat
dilakukan pada tahap ini, bila ada indikasi dan tersedia serta
pemeriksaan bimanual untuk memperhatikan ukuran, bentuk,
posisi, dan mobilitas uterus, menilai massa adneksa
(tambahan), menilai konsistensi ruang rectovaginalis (cul-de
sac), yang dapat menunjjukkan adanya infeksi dan memastikan
status kehamilan berdasarkan ukuran uterus (Agung Putri
Harsa, dkk 2022).
d. Penatalaksanaan
Apabila ada tanda dan gejala klinis yang menunjjukkan ibu mengalami
abortus iminens, maka kehamilan ibu masih dapat dipertahankan dan ada harapan
bahwa kehamilan masih berlangsung terus. Adapun penatalaksaan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Ibu dianjurkan untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan
pervaginam berhenti dan nyeri perut telah hilang.
2) Berikan obat-obatan hormonal yang mengandung progesterone untuk
menguatakan kandungan ibu
3) Berikan obat spasmolitik untuk meredakan (kontraksi) nyeri perut yang
dialami ibu.
4) Ibu dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama ± 2
minggu atau selama trimester pertama kehamilan (Lidia Aditama,
Mudlikah 2019).
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan ultrasonografi atau dopler untuk menentukan apakah
janin masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
2) Tes kehamilan (Chrisdiono, M Achadiat, 2004).

9
f. Pathways

Factor pertumbuhan kelainan plasenta penyakit ibu


Hasil konsepsi
Abortus

Inkompletus kompletus imminen insipient habitualis infeksius missed abortion

Curetase

Post
anestesi

Penurunan jaringan jaringan masuknya alat Syaraf terputus terbuka
kuretase Oblongata
ↆↆↆↆ
Penurunan merangsang proteksi invasi Syaraf area sensori kurang
bakteri Vegetative motorik
ↆ ↆ ↆ ↆ Peristaltic nyeri invasi bakteri resti infeksi ↆ ↆ ↆ
Penyerapan keterbatasan resti
Cairan aktifitas infeksi
Di kolon
ↆↆ
Gangguan gangguan
Eliminasi pemenuhan
Konstipasi ADL

10
BAB III
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL G1P0A0
USIA KEHAMILAN 5-6 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI RSUD LUBUK SIKAPING
KABUPATEN PASAMAN

Hari/ Tanggal : Jumat/ 12 mei 2023


Tempat : Ruangan Ponek RSUD Lubuk Sikaping
I. Pengkajian Data Subjektif
A. Identitas
Nama : Ny. F
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Pendidikan/Kelas : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sundata
Nama Suami : Tn. Y
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya, ibu mengatakan keluar
flek-flek sejak 5 hari yang lalu, serta ibu mengatakan sakit ari-ari
kadang-kadang, Ibu mengatakan itensitas nyeri yang dirasakan sedang
(skala 3 ) masih bisa ditoleransi.
2. Riwayat Menstruasi :
Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulannya.
a. Siklus menstruasi : 30 hari
b. Banyaknya : 3-4 kali ganti doek perhari
c. Lamanya : 4-5 hari

11
d. Keluhan : tidak ada
3. Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. Hari Pertama Haid Terakhir : 30-04-2023
b. Tafsiran Persalinan : 06-02-2024
c. Hasil USG : UK 5-6 minggu (tanggal 9 mei 2023)
4. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah di derita :
1) Jantung : tidak ada
2) Hipertensi : tidak ada
3) Ginjal : tidak ada
4) DM : tidak ada
5) Asma : tidak ada
6) TBC : tidak ada
7) Epilepsi : tidak ada
8) PMS : tidak ada
9) Riwayat operasi yang pernah diderita : ibu mengatakan tidak
pernah melakukan operasi apapun
b. Riwayat Alergi :
1) Jenis makanan : tidak ada
2) Jenis obat-obatan : tidak ada
3) DLL : tidak ada
6. Riwayat Kesehatan Keluarga :
1) Jantung : tidak ada
2) Hipertensi : tidak ada
3) Ginjal : tidak ada
4) DM : tidak ada
5) Asma : tidak ada
6) TBC : tidak ada
7) Epilepsy : tidak ada
8) Riwayata Gameli : Tidak ada
12
7. Pola makan sebelumnya:
1) Makan
Makan pagi : 1 mangkok bubur kacang hijau +1 potong roti + 1
gelas susu ibu hamil
Makan siang : ½ piring nasi ukuran sedang + 1 potong tempe + 1
potong ayam goreng + 1 potong labu siam yang direbus + air putih
Makan malam : ½ piring nasi putih ukurang sedang + 1 potong
tempe + 1 potong ayam goreng + 1 potong labu siam yang direbus
+ 1 gelas susu + air putih
2) Minum : 7-8 gelas/ hari
3) Makan hari ini : ibu mengatakan sejak pagi ia belum makan
4) Minum : 1 gelas air putih
8. Pola Eliminasi :
a. BAK :
Frekuensi : 7-8 kali/hari
Keluhan : tidak ada
b. BAB :
Frekuensi : 1 kali/hari
Keluhan : tidak ada
9. Pola Hubungan Seksual :
a. Frekuensi saat hamil : ibu mengatakan tidak berhubungan seksual
sejak ia diketahui hamil sampai hari ini
10. Aktifitas Sehari-hari :
a. Pekerjaan : ibu mengatakan seorang ibu rumah tangga yang aktif
melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, mengepel
lantai, mencuci piring, menyapu rumah, kadang mengangkat
pakaian yang siap dicuci ke tempat jemuran
b. Keluhan : ibu merasa lelah dan kecapekkan
11. Pola Istirahat
a. Istirahat siang : ibu mengatakan ia tidak rutin melakukan istirahat
pada siang harinya

13
b. Istirahat malam : 7-8 jam
12. Pola Kebiasaan :
a. Merokok : tidak ada
b. Minum alcohol : tidak ada
c. Minum jamu : tidak ada
d. Obat-obatan : tidak ada
13. Keadaan Psikososial :
a. Perkawinan : perkawinan 1
b. Status perkawinan : sah
c. Kehamilan : direncanakan
d. Status emosional : baik
e. Hubungan dengan keluarga : baik
f. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : baik
g. Pengambilan keputusan dalam keluarga : musyawarah dengan suami
dan keluarga
h. Psikologi ibu : ibu kelihatan sedikit cemas
14. Pelaksanaan Kegiatan Spiritual : ya
II. Pengkajian Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. GCS : E : 4, M : 6, V : 5
4. TTV
TD : 100/70 mmhg RR : 19 x/i
N : 80x/I S : 36℃
TB : 160 cm BB sekarang : 64 kg
IMT : 25 BB sebelum hamil : 64 kg
Kategori IMT overweight
B. Pemeriksaan Khusus
1. Wajah : wajah ibu terlihat tidak pucat, ibu tidak gelisah 2. Mata :
konjungtiva : merah muda, sklera : putih
14
3. Mulut : bibir ibu terlihat tidak pecah-pecah,
4. Gigi : caries : tidak ada
5. Leher : tidak terdapat benjolan di belakang telinga dan benjolan di leher
6. Dada dan aksila : tidak dilakukan
7. Abdomen :
Inspeksi :
1) Bekas luka operasi : tidak ada
2) Pengeluaran pervaginam :
Warna : merah kecoklatan
Jumlah : hanya bercak saja tidak ada jaringan atau bekuan darah
yang keluar, tidak membasahi pembalut ibu
Jenis darah : flek dan tidak mengalir
Palpasi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
8. Ekstermitas :
Ekstermitas atas : oedema : tidaka ada, sianosis pada ujung jari : tidak
ada
Ekstermitas bawah : oedema :tidak ada, varises : tidak ada
Perkusi : refleks patella kanan dan kiri : (+/+)
9. Hasil laboratorium di Rumah Sakit :
Kadar Hb : 14,7gr%
Golongan darah : B
Leukosit : 7.600/mm3
Trombosit : 245.000/mm3
Hematokrit : 42,9%
III.Analisis
Diagnosa : Ibu hamil G1P0A0 usia kehamilan 5-6 minggu dengan abortus
imminens
Masalah : Cemas dengan keadaannya, dan merasakan nyeri ari-ari skala 3

15
IV.Penatalaksanaan
1. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
yang dilakukan, seperti keadaan umum ibu dalam kondisi baik, tanda tanda
vital dalam batas normal seperti TD : 100/70 mmhg, RR : 19x/I, N: 80x/I,
S: 36℃, perdarahan ibu berupa flek dan jumlah perdarahan masih dalam
batas normal serta nyeri ari-ari kadang-kadang yang dirasakan ibu
merupakan kontraksi dari rahim ibu.
(ibu dan keluarga senang dengan informasi hasil pemeriksaan yang
disampaikan).
2. Memberikan dukungan psikologis kepada ibu, dan menyemangati ibu agar
tidak cemas lagi dengan keadaannya sekarang, karena ibu sudah berada di
rumah sakit dan akan mendapatkan pelayanan Kesehatan terbaik. (ibu
sudah tidak cemas lagi).
3. Menganjurkan kepada keluarga dan suami untuk selalu mendampingi ibu
dan memberikan dukungan emosional yang positif agar ibu menjadi
tenang dan senang.
(keluarga sudah melakukan dukungan kepada ibu).
4. Mengajarkan ibu Teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara
mengatur pola nafas, ambil nafas dari hidung keluarkan melalui mulut.
(ibu mau melakukan Teknik relaksasi yang diajarkan).
5. Menganjurkan ibu beristirahat total/ bedress atau mempertahankan tirah
baring agar alirah darah ke daerah rahim lancar dan mengurangi
rangsangan mekanis terhadap rahim. Tidak banyak melakukan Gerakan
atau mengangkat panggul untuk mengurangi pengeluaran darah
pervaginam. Serta melakukan semua kegiatan di tempat tidur seperti
keinginan BAK/BAB, serta makan dan minum.
(ibu dan keluarga mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang
diberikan).
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan seperti
ganti celana setiap kotor oleh darah yang keluar dari vagina atau
menggunakan pembalut yang diganti setiap 2-3 jam dengan dibantu suami
16
dan keluarga.
(ibu mau untuk melakukan perawatan personal hygiene).
7. Memberitahukan kepada keluarga dan ibu untuk memberitahu petugas
ruangan jika ibu mengalami : perdarahan semakin banyak dan meningkat,
muncul kram dan nyeri perut yang hebat, adanya semburan cairan dari
vagina, dan ibu mengalami demam.
(ibu dan keluarga mengerti denga napa yang disampaikan).
8. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga, petugas akan selalu memantau
kondisi ibu seperti keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital ibu. (ibu dan
keluarga senang dengan yang dilakukan petugas).
9. Berkolaborasi dengan tim serta petugas lainnya dalam memantau kondisi
dan keadaan ibu, memastikan kondisi ibu baik. Infus telah terpasang :
Supp RL 20 tetes/menit untuk membantu pemenuhan kebutuhan cairan
ibu, Injeksi asam traneksamat untuk menghentikan perdarahan (3x500mg),
konsumsi asam folat untuk mencegah keguguran mencukupi kebutuhan
asam folat (1x1), pronalges untuk mengurangi rasa sakit pada ibu (3x2/
KP).
(Kolaborasi dengan tim telah dilakukan, dengan hasil infus RL telah
terpasang, obat-obatan telah diberikan).

17
BAB IV

ANALISIS KASUS

Berdasarkan data subjektif dari pasien diketahui bahwa pasien merupakan


ibu hamil G1P0A0 mengalami pengeluaran flek-flek sejak 5 hari yang lalu,
disertai nyeri pada perut bagian bawah itensitas sedang dengan skala nyeri 3,
masih bisa ditoleransi. Setelah di tegakkan diagnosa berdasarkan USG yang
dilakukan pada tanggal 09 mei 2023 (beberapa hari yang lalu) pasien
mengalami abortus Imminens yaitu perdarahan yang terjadi dibawah usia
kehamilan 20 minggu. Setelah dilihat dari hasil pengkajian kepada pasien,
abortus yang dialami pasien dapat terjadi karena usia kehamilan yang masih
muda yaitu 5-6 minggu, serta aktifitas yang dilakukan ibu selama dirumah. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaiti, Nurul, dkk,
2019) pada ibu hamil dengan judul identifikasi abortus imminens pada
trimester pertama mengatakan bahwa pekerjaan sangat berpengaruh pada
kehamilan dimana terdapat ibu yang bekerja sebagai PNS berjumlah 15 orang
(17,2%), wiraswata 12 orang (13,8%), dan IRT 60 orang (69,0%) mengalami
abortus imminens.
Abortus ditandai dengan keluarnya bercak atau flek kecokelatan dari
vagina sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Abortus dapat dibagi menjadi dalam beberapa macam yaitu
abortus imminens, abortus insipient, abortus kompletus, abortus inklompletus,
missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, abortus septik
(prawirohardjo, s, 2016). Abortus adalah keadaan yang terjadi bila setiap
perempuan hamil mengalami kehamilan terhenti, baik disengaja maupun tidak.
Berakhirnya kehamilan sebelum janin mampu hidup, yaitu ketika usia
kehamilan belum mencapai 20 minggu (Agung Putri Harsa, 2022).
Adapun beberapa factor yang dapat menjadi penyebab abortus salah
satunya adalah faktor ibu yaitu umur ibu, paritas, usia kehamilan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status ekonomi, berbagai penyakit
medis, status gizi ibu dan riwayat abortus sebelumnya (jernita megawati, riko
dan yeni, 2017 ).

18
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Linda yanti, 2018) Pada
variable gravida juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
gravida dengan kejadian abortus. Korelasi menunjukan arah negatif, yang
artinya ibu yang hamil pertama kali lebih beresiko mengalami abortus dari
pada ibu yang sudah beberapa kali hamil. Pada variable umur kehamilan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur kehamilan dengan
kejadian abortus. Korelasi menunjukkan arah negatif, yang artinya umur
kehamilan muda, lebih beresiko mengalami abortus dibanding umur kehamilan
yang sudah lanjut. Apalagi jika kurang hati hati bisa berdampak pada terminasi
kehamilan. Begitu juga dengan hasil analsis regresi logistik menunjukan bahwa
usia kehamilan merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan rata rata
responden menderita abortus.
Berdasarkan kasus diatas sebagai seorang tenaga kesehatan terutama bidan
diharapkan untuk mengoptimalkan memberikan asuhan kepada setiap ibu
hamil, bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKB. Dan kepada ibu hamil yang
usia kehamilannya masih muda diharapkan agar menjaga kehamilanya dengan
hati hati karena resiko terjadi abortus besar diusia kehamilan yang masih muda.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian dan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan pendokumentasian SOAP, dapat disimpulkan bahwa :
Ny. F G1P0A0 Usia kehamilan 5-6 minggu dengan abortus Imminens. Hal
ini ditandai dengan pengeluaran flek-flek sejak 5 hari yang lalu, serta ibu
merasakan nyeri perut bagian bawah dengan itensitas sedang. Abortus yang
dialami ibu terjadi karena usia kehamilan ibu yang masih muda, yang mana pada
penelitian sebelumnya ditemukan ada hubungan timbal balik antara usia
kehamilan muda yaitu 1-3 bulan dengan kejadian abortus Imminens. Sedangkan
untuk aktifitas ibu sebagai seorang rumah tangga yang melakukan kegiatan
rumah tangga sampai ibu merasa Lelah dan kecapekkan juga memiliki hubungan
timbal balik terhadap terjadinya kejadian abortus imminens.
Hasil penelitian menyimpulkan umur kehamilan dan pekerjaan secara
bersama sama mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil, namun usia
kehamilan merupakan faktor yang paling singnifikan dalam terjadinya abortus
pada ibu hamil. Diharapkan pada ibu hamil yang usia kehamilanya masih muda,
agar menjaga kehamilanya dengan hati hati karena resiko terjadi abortus besar
diusia kehamilan yang masih muda.
B. Saran
1. Bagi profesi Bidan
Bidan disarankan untuk mampu memberikan asuhan kebidanan dalam
memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien, menjalankan standar
pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan pendekatan manajemen
SOAP, dan diharapkan terjadi penurunan prevalensi abortus terutama pada
ibu hamil muda.
2. Bagi Institusi
a. Rumah sakit
Diharapkan rumah sakit menjadi jembatan dan fasilitas terbaik dalam
memberikan sarana pelayanan yang lebih meningkatkan mutu

20
pelayanan asuhan kebidanan terutama dalam penanggulangan abortus pada
ibu hamil
b. Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau
referensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam
penanganan kejadian abortus pada ibu hamil
c. Klien
Setelah mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan selama masa
hamil diharapkan dapat menambah pengetahuan, kesadaran diri dan
wawasan ibu hamil dalam mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang
sehat dengan kepatuhan terhadap anjuran yang diberikan sehingga dapat
mencegah ibu hamil dari resiko dan komplikasi yang ditimbulkan oleh
abortus imminens.
21
DAFTAR PUSTAKA

Agung Putri Harsa Satya Nugraha, dkk. 2022. Kupas Tuntas seputar Asuhan
Kegawatdaruratan maternal dan Neonatal. Rena Cipta mandiri: Malang

Lidia Aditama Putri, Siti Mudlikah. 2019. Obstetri dan Ginekologi. Guapedia:
Gresik

Dr. Chrisdiono, M. Achadiat S.POG. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan


Ginekologi. EGC: Jakarta

Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 7 No. 2 Oktober 2021


Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 2, AGUSTUS 2018
| Halaman 100
https://www.scribd.com/doc/59443212/Pathways-Abortus

22

Anda mungkin juga menyukai