ABORTUS IMINENS
Disusun Oleh:
dr. Fariz Achmad Haqasya
Pembimbing:
Dengan ini, dinyatakan bahwa makalah yang diajukan oleh: Nama : dr. Fariz Achmad Haqasya
Judul : Laporan Kasus Abortus Iminens
Pendamping,
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Juli 2022
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................5
I. Identitas pasien..............................................................................................................14
II. Riwayat Penyakit..........................................................................................................14
III. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................................16
IV. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................17
V. Diagnosis .......................................................................................................................17
VI. Penatalaksanaan...........................................................................................................17
VII. Tatalaksana...................................................................................................................17
BAB IV...........................................................................................................................18
BAB V............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Laporan Kasus “Abortus Iminens” sebagai
kelengkapan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Kelurahan Ceger. Bahan-bahan
dalam pembuatan tugas ini didapat dari buku-buku yang membahas mengenai “Abortus Iminens”,
jurnal di internet, dan beberapa sumber lainnya.
Terima kasih kepada dokter pembimbing di Puskesmas Kelurahan Ceger dr. Sri Linda
Sitorus yang telah membantu dalam terselesainya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Berdasarkan
studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan abortus (BBC, 2016). Estimasi
kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-50 juta per tahun atau sama dengan 125.000
abortus per hari. Hasil studi Abortion Incidence and Service Avaibility in United States pada
tahun 2016 menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan sejak tahun 1990 di
negara maju tapi tidak di negara berkembang (Sedgh G et al, 2016).
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada umur kehamilan < 20
minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun
disengaja. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus
yang dilakukan dengan sengaja disebut abortus provokatus, dan abortus yang terjadi berulang tiga
kali secara berturut-turut disebut habitualis (Prawirohadjo, 2010). Berdasarkan aspek klinisnya,
abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus iminens (threatened abortion),
abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, dan missed abortion.
Abortus Iminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena
pada saat pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut
bawah, nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan
pada serviks (Rukiyah, 2010).
Hampir 50% dari kasus abortus, jika kehamilan berlanjut janin yang dilahirkan oleh ibu
akan berakibat buruk seperti kelahiran prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio
plasenta dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini juga diketahui bahwa
usia ibu, penyakit sistemik, gangguan metabolisme, pengobatan infertilitas, toksin dari ibu atau
invasi kuman atau virus pada fetus, berat badan ibu (malnutrisi dan avitaminosis) dan struktur
rahim yang abnormal meningkatkan risiko abortus iminens (Yakistiran dkk, 2016).
Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki komplikasi yang
dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan
kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan
yang cepat dan tepat. Sangat penting bagi para tenaga kesehatan untuk mengetahui lebih dalam
tentang abortus iminens agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan
penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi (Sujiyatini, 2009).
5
TI BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Abortus didefinisikan sebagai suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Batasannya adalah usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus
spontan. Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan
disengaja. Abortus terapeutik ialah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi medik.1
Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
abortus iminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit,
abortus komplit, missed abortion, abortus habitualis (recurrent abortion), abortus infeksiosus, dan
abortus septik.1,3
Abortus Iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum 20 minggu tanpa
disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks
tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi,
kram perut bawah, nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan
kelainan pada serviks.3,4
Epidemiologi
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian wanita tiap
100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada tahun 2013, dan
jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian. Jumlah ini menurun sebesar 45% bila
dibandingkan tahun 1993 di mana Maternal Mortality Rate (MMR) pada tahun tersebut sebesar
380 dan jumlah kematian wanita 523.000. Negara berkembang memiliki jumlah MMR empat
belas kali lipat lebih tinggi dibandingkan negara maju. 2
Berdasarkan survei terakhir tahun 2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI), AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di tahun 2007 menjadi 359
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012 namun angka tersebut masih belum
sesuai dengan kesepakatan MDGs (Millennium Development Goals) pada tahun 2015 yaitu 115
per 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut, kematian akibat abortus tercatat mencapai 30
persen. Kebanyakan kasus aborsi terjadi sebelum 12 minggu kehamilan. Hanya 4% yang terjadi di
trimester kedua.2
6
Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak
jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara
spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan
beberapa bulan berikutnya, sering janin sebelum ekspulsi masih hidup dalam uterus.
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya.1,6
Faktor Maternal
a.Infeksi
7
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes
maternal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus
spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh peneliti lainnya. 1,6
c. Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan
defisiensi progesteron. Diabetes tidak menyebabkan abortus jika kadar gula dapat
dikendalikan dengan baik. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon
tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan
dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.1,5,6
d. Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya
menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Nausea serta vomitus yang
lebih sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrient yang
ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus spontan. Sebagaian besar mikronutrien
pernah dilaporkan sebagai unsur yang penting untuk mengurangi abortus spontan.1,5,6
f. Faktor-Faktor Imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan
yang berulang antara lain : lupus anticoagulant (LAC) dan anticardiolipin antibody
(ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta destruksi
plasenta.
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus
spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi
terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh,
karena itu disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis
8
wanita sebelum fertilisasi dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa
percobaan binatang juga selaras dengan hasil observasi tersebut.1,6
h. Laparotomi
Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio atau
kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan
kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan kejadian
yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma
emosional bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus
dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas.1,6
j. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul
dalam proses perkembangan janin, defek duktus mulleri yang dapat terjadi secara
spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian dietilstilbestrol (DES).5,6 Cacat uterus
akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri.
Leiomioma uterus yang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan
abortus, bahkan lokasi leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya.
Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih besar
kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun demikian, leiomioma dapat
dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata
negatif dan histerogram menunjukkan adanya defek pengisian dalam kavum
endometrium. Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat
mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan.
Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat
multiparitas dan tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed
9
abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan
oleh destruksi endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang
memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
k. Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi pada
trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran plasenta mengalami
ruptur pada prolaps yang disertai dengan balloning membran plasenta ke dalam
vagina.1,5,6
Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya
abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom sperma dapat menimbulkan zigot yang
mengandung bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.6
a. Faktor fetal
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada hamil muda. Faktor-faktor
yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan janin antara lain kelainan kromosom,
lingkungan kurang sempurna dan pengaruh dari luar. Kelainan kromosom merupakan
kelainan yang sering ditemukan pada abortus spotan seperti trisomi, poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi
bila lingkungan endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Pengaruh dari luar seperti
radiasi,virus, obat-obat yang sifatnya teratogenik. 1,5,6
b. Faktor plasenta
Seperti endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
Patofisiologi
a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa
desidua.
b. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar,
tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang keluar).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Kuretasi
diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah pendarahan atau infeksi lebih
lanjut.
Klasifikasi
Istilah abortus iminens atau abortus yang mengancam digunakan bila kehamilan
disertai komplikasi pendarahan vagina sebelum minggu ke-20.
11
Tanda & Gejala:
.Nyeri juga terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
Kadang nyeri, rasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah yang menyertai
pendarahan.
12
Serviks tertutup.
.Nyeri juga terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
Nyeri pada perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi kuat.
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian masih tertinggal di rahim.
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap
corpus alienum.
Seluruh dari buah kehamilan telah dilahirkan lengkap. Kontraksi Rahim dan pendarahan
mereda setelah hasil konsepsi keluar.
Serviks menutup.
13
Abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali.
Diagnosis
Diagnosis abortus iminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi pendarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar usia kehamilan, servik belum membuka, dan tes kehamilan positif, yang biasanya terjadi
paruh pertama dari kehamilan. Sering terjadi pendarahan ringan atau yang lebih berat pada awal
gestasi yang menetap sampai berhari-hari atau berminggu-minggu. Dari semua itu setengah dari
kehamilan ini akan mengalami abortus, walaupun resiko lebih rendah jika denyut jantung janin
dapat direkam. Meskipun tanpa terjadinya abortus fetus ini akan mengalami resiko tinggi untuk
terjadinya persalinan preterm, bayi lahir rendah, kematian perinatal. Diagnosis banding dari
abortus iminens antara lain jenis aborsi lainnya, hamil ektopik, dan mola hidatidosa.1,2,5
Tatalaksana
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda – tanda syok makan atasi
dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat – obat uterotonika dan
antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua
dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, tetapi tetap diberikan uterotonika. Untuk abortus
tertunda, obat diberi dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua bisa dikeluarkan,
kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histeromia anterior juga dapat dilakukan dan
para penderita diberikan uterotonika dan antibiotik. Pengobatan pada kelainan endometrium pada
abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
Merokok, minum alkohol, dan coitus sebaiknya dihentikan. Pada serviks inkompeten, terapinya
adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald. 5
Prognosis
Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran, jika kehamilan berlanjut janin
yang dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk seperti kelahiran prematur, ketuban pecah dini,
preeklamsia, solusio plasenta dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dapat terjadi. 5
14
BAB III
IDENTITAS KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. D
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah (sejak 2012)
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Alamat : Jl. SMPN 222 RT 8 RW 2 Kelurahan Ceger
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 29 Juni 2022
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar oleh suami pasien
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang diantar oleh suaminya untuk periksa kehamilan rutin.
15
sakit.
16
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes : disangkal
Riwayat gangguan hormon : disangkal
Riwayat penyakit autoimun : disangkal
F. RIWAYAT OBSTETRI
HPHT : 12 Februari 2022
TP : 19 November 2022
Menarche : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Usia Kehamilan : 20-21 minggu
Riwayat KB :-
ANC : Pasien selama kehamilan sudah 3 kali ANC dan mengonsumsi
asam folat dan SF
Kehamilan Sebelumnya :
Anak ke-1 (2014) : Cukup bulan, normal, 3200 gr, perempuan, di bidan
Anak ke-2 (2016) : Cukup bulan, normal, 3300 gr, laki – laki, di bidan
Anak ke-3 (2018) : Cukup bulan, normal, 3400 gr, perempuan, di PKC
17
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
Tanda Vital
Tekanan Darah : 119/64mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 20x/menit
Status Gizi
Tinggi : 156 cm
Berat : 82 kg
Berat Sebelum Hamil : 75 kg
BMI : 33.69 kg/m2 (obese)
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembapan normal
Kepala : Normocephalic
Mata : konjuntiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia, nyeri tekan (-/-), radang (-/-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-),
Gigi geligi : Warna gigi kekuningan, tidak terdapat plak pada gigi
Uvula : Simetris di tengah
Tonsil : Tonsil (T1/T1), tonsil/faring hiperemis (-)
Leher : Tidak terasa pembesaran KGB dan tiroid
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
18
Palpasi :Iktus cordis teraba di linea midclavicula sinistra sela iga ke-4
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Convex, striae gravidarum (+), linea nigra
Palpasi : Keras, Nyeri Tekan (-), Hepar dan lien tidak bisa dinilai
Perkusi : Timpanic
Auskultasi : Bising usus normoperistaltik
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
Status Obstetrik
TFU : 18 cm
Kontraksi Uterus : (-)
Leopold
o Leopold I : Bokong
o Leopold II : Punggung pada sisi kanan, ekstrimitas pada sisi kiri
o Leopold III : Kepala
o Leopold IV : Konvergen
DJJ : 149 beats/minute
External Genitalia : Pendarahan (-), edema (-), erosi (-)
Internal Genitalia : Inspekulo dan Vaginal Toucher tidak dilakukan.
V. DIAGNOSIS
Ny. D, 28 tahun, G4P3A0 hamil 20 – 21 minggu dengan riwayat abortus iminens dan janin hidup
preesntasi kepala.
VI. PENATALAKSANAAN
Edukasi tanda bahaya kehamilan
Edukasi untuk tidak coitus dan melakukan pekerjaan berat dulu
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : ad bonam
19
Ad sanasionam : dubia ad bonam
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Secara kriteria Ny. D yang saat 17 minggu mengalami gejala pendarahan dari jalan lahir
termasuk dalam kategori abortus yang didefinisikan sebagai pengeluaran hasil konsepsi yang
terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Abortus yang
dialami Ny. D diklasifikasikan sebagai abortus spontan iminens karena abortus tidak dipicu oleh
hal tertentu dan hasil konsepsi tidak keluar dan masih hidup.
Pada pasien terdapat faktor resiko berupa multiparitas (kehamilan diatas 3 kali) dan
aktifitas fisik pasien yang sedang capek sehingga dapat menimbulkan resiko trauma. Sangat
penting bagi para tenaga kesehatan untuk mengetahui lebih dalam tentang abortus iminens agar
mampu cepat dan tepat dalam menegakkan diagnosis lalu memberikan penatalaksanaan yang
sesuai dan akurat, agar dapat mencegah komplikasi.
Meskipun pasien sudah ditangani spesialis obgyn, kemungkinan terjadinya abortus
berulang dapat terjadi oleh karena itu perlunya dilakukan pemantauan berkala seperti pemeriksaan
kehamilan rutin dan edukasi kegawat daruratan kehamilan. Saat ini pasien dalam keadaan baik
namun tetap harus mewasapdai komplikasi pada ibu dan janin, seperti seperti kelahiran prematur,
ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio plasenta dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR).
21
BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini adalah G4P3A0 hamil 20 – 21 minggu dengan riwayat abortus
iminens dan janin hidup preesntasi kepala. Diagnosis didapatkan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Tata laksana yang diberikan pada pasien dengan abortus iminens berupa edukasi sangat penting
untuk mencegah kejadian abortus berulang.
3. Prognosis pada pasien ini baik karena tidak ada tanda gangguan hemodinamik ibu dan janin
dalam kondisi baik.
22
LAMPIRAN
23
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26