Anda di halaman 1dari 34

AIRWAY MANAGEMENT

disusun oleh :
Azka Yumna Kamilah
Eneng Latifah
Reva Nabila Azzahra

Preceptor :
M. Erias Erlangga, dr., Sp.An
Anatomi Jalan Napas
▪ Terdiri dari saluran napas atas (hidung, pharynx, larynx) dan saluran napas
bawah (trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus).
▪ Bagian konduksi udara – hidung, rongga hidung, pharynx, larynx, trakea,
bronkus primer, bronkiolus terminal.
▪ Bagian respirasi tempat pertukaran gas – respiratory bronchioles, saluran
alveolus dan alveoli.
▪ Fungsi sistem respirasi :
 Mensuplai tubuh dengan O2 dan mengeluarkan CO2
 Menyaring udara
 Berperan dalam pembentukan suara
 Memiliki reseptor penciuman
 Eksresi, mengeluarkan udara dan panas
OBSTRUKSI JALAN
NAFAS
o Merupakan keadaan disfungsi pernafasan yang menyebabkan
terjadinya penurunan aliran udara.

o Dapat terjadi sebagian atau komplit


Obstruksi sebagian
Penanganan
o Berdiri di belakang pasien.
o Tempatkan kepalan tangan bagian epigastrik, di atas pusar
dan di bawah tulang rusuk. Letakkan tangan lain di atas
kepalan tangan kanan dan tekan keras kearah perut atas
dengan dorongan cepat dan ke atas.
o Lakukan satu sampai lima dorong perut untuk mendorong
paru-paru dari bawah sampai benda asing keluar.
o Tempatkan bayi menghadap ke bawah di lengan bawah
(pasang lengan bawah di kaki)
o Topang kepala bayi dengan tumit di sisi lain, lakukan satu
sampai lima tamparan di bagian belakang, di antara scapula.
o Jika tidak berhasil. Lakukan lima penekanan kuat pada sternal
seperti pada resusitasi kardiopulmoner: gunakan 2 atau 3 jari
di tengah dada tepat di bawah puting susu. Tekan kira-kira
sepertiga kedalaman dada (sekitar 3 sampai 4 cm).
PENANGANAN JALAN
NAPAS
Penanganan Jalan Nafas Tanpa Alat
Membuka Jalan Napas (triple airway manuever)
▪ Head-tilt, chin lift  tanpa cedera servikal
▪ Jaw thrust  trauma servikal
▪ Open mouth

Membersihkan Jalan Napas

– Finger sweep/cross finger


– Abdominal thrust/Heimlich maneuver
– Back blows  biasa dilakukan pada bayi
Head tilt - chin lift
CARA MELAKUKAN

a) Letakkan tangan pada dahi pasien/korban

b) Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak

tangan penolong.

c) Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung

tulang rahang pasien/korban

d) Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi

pasien/korban secara bersamaan sampai kepala

pasien/korban pada posisi ekstensi.


Jaw thrust
CARA MELAKUKAN

a) Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi


pasien/korban

b) Kedua tangan memegang sisi kepala pasien/korban

c) Penolong memegang kedua sisi rahang

d) Kedua tangan penolong menggerakkan rahang


keposisi depan secara perlahan

e) Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap


terbuka
Penanganan Dengan Alat
Oropharyngeal Airway (OPA)
▪ Indikasi : Dapat dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran tetapi masih dapat
bernapas spontan. Pasien dengan risiko obs jalan napas karena penurunan tonus otot jalan
napas.

▪ Kontraindikasi : pasien sadar dengan reflex muntah yang baik

▪ Cara memasukkan OPA


– Pilih ukuran OPA yang sesuai dengan pasien
– Buka mulut pasien dan bersihkan dari darah,
muntahan, atau sekret
– Masukkan OPA dengan posisi menghadap
langit langit (hard palate)
– Setelah mencapai langit-langit, OPA diputar
180o sehingga bentuk OPA sesuai dengan bentuk jalan napas
ENDO TRACHEAL TUBE (ETT)
▪ Sebagai jalan napas
▪ Untuk oksigenasi
▪ Untuk pemberian ventilasi
▪ Mencegah aspirasi
▪ Jalan pemberian obat (intra trakheal)

22
INDIKASI INTUBASI
▪Apnea
▪Obstruksi parsial dengan penanganan jalan napas yang tidak efektif : trauma fasial,
bengkak laring.
▪Pasien yang membutuhkan penanganan jalan napas secara invasif untuk oksigenasi
atau gagal ventilasi : trauma dada, pneumonia, edema paru akut, COPD
▪Pasien dengan jalan napas efektif dengan prediksi obstruksi jalan napas, aspirasi dan
regurgitasi, dan gagal napas
▪Potensi airway compromise : luka bakar; tumor laring, epiglotis; anafilaksis
▪Cedera kepala : coma (GCS < 8)
▪Penurunan kesadarn ( GCS 9-12) dengan agitasi
▪Shock dengan acidosis

23
kontraindikasi
▪ Trauma esofagus
▪ Trauma wajah
▪ Obstruksi esofagus
ALAT BANTU INTUBASI
▪ S : stetoskop, laringoskop
▪ T : tube dengan ukuran yang sesuai
▪ A : oropharingeral airway
▪ T : tape
▪ I : introducer  mandrain/stylet
▪ C : connector  Bag-valve-mask
▪ S : suction, syringe

25
DESAIN

26
Intubasi Orotrakheal
Menilai kesulitan :
▪ L  look externally  obesitas, leher pendek/gemuk/berotot, mandibula
menonjol, maksila atau gigi condong ke depan, kelainan gigi, cedera
maksilofacial/mandibular
▪ E  evaluasi 3-3-2 rule  bukaan mulut 3 jari, antara hyloid dan dagu 3
jari, notch tiroid dan mulut 2 jari
▪ M  mallampati  klasifikasi tampakan faring saat mulut terbuka maksimal
dan lidah dijulurkan maksimal
▪ O  obstruksi  stridor, epiglotis, abses peritonsilar, abses
▪ N  neck mobility  Temporo Mandibular Joint terbatas, gerakan vertebra
servikalis terbatas.

27
▪ Kelas I  tampak pilar faring,
pallatum molle, dan uvula
seluruhnyta
▪ Kelas II  tampak hanya
bagian atas pilar dan
sebagian besar uvula
▪ Kelas III  tampak hanya
pallatum molle
▪ Kelas IV  tampak hanya
pallatum durum
Intubasi orotrakheal

1. Kepala pasien diganjal dengan bantal setinggi 10 cm.


2. Laringoskop dipegang ditangan kiri, mulut dibuka dengan jari tangan kanan, lalu blade
dimasukkan pada sisi kanan orofaring, hindari tindakan yang akan merusak gigi.
3. Lidah didorong kekiri.
4. Ujung blade pada valeculla, lalu blade diangkat sebesar 45o
5. Mengidentifikasi pita suara
6. ETT dipegang dengan tangan kanan.
7. ETT dimasukan melewati pita suara sampai seluruh balon melewati pita suara dan pita hitam ETT
berada diujung pita suara.
8. Setelah masuk balon dikembangkan dengan syringe sampai tidak terdengar suara kebocoran
saat dilakukan ventilasi.
9. Periksa apakah ETT sudah masuk dengan melihat pengembangan dada, auskultasi vbs kanan-kiri
harus sama. Diperiksa pada 5 tempat, yaitu kedua apex paru, kedua sisi aksilar, dan lambung)
10.Bila terjadi kegagalan intubasi, ulangi lagi setelah pasien dilakukan ventilasi dengan face mask
29
30
31
32
Komplikasi
Saat dilakukan intubasi :
 Malposisi : intubasi bronkus atau esofagus
 Trauma jalan napas : trauma gigi; laserasi gusi, bibir, laring; trauma tenggorokan,
dislokasi mandibula
 Refleks fisiologi : hipoksia, hipercarbia, hipertensi, takikardia, hipertensi intrakranial,
hipertensi intraokular, laringospasm.

Saat tuba pada tempatnya :


 Malposisi : ekstubasi yang tidak disengaja, intubasi bronkial
 Trauma jalan napas : inflamasi dan ulserasi jalan napas, ekskoriasi hidung

Setelah ekstubasi :
 Trauma jalan napas: malfungsi laring; aspirasi; gangguan fonasi; edema dan stenosis
glottis-subglottis atau trakea.
 Spasme laring
 Edema paru tekanan negatif
33
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai