Anda di halaman 1dari 69

MANAJEMEN JALAN NAFAS

&
BANTUAN NAFAS

Dwiana Sulistyanti, dr. SpAn.,MKes

Bagian/SMF Anestesiologi & Perawatan Intensif


Fakultas Kedokteran UNMUL
SUATU SEBAB

PENDERITA
TAK SADAR

RELAKSASI HILANG REFLEKS


OTOT PERLINDUNGAN

LIDAH “KLEP”

SUMBATAN MUNTAH
JALAN NAFAS REGURGITASI

ASPIRASI
A AIRWAY MANAGEMENT
(PENGELOLAAN JALAN NAPAS)

Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin


pertukaran udara secara normal
Diagnosa : Cara melakukan diagnosa terhadap
adanya gangguan jalan napas dapat
diketahui dengan cara L (look), L (listen),
dan F (feel) yang dilakukan dalam satu
gerak.
L : melihat gerakan napas/pengembangan dada dan
adanya retraksi iga
L : mendengar aliran udara pernapasan
F : merasakan adanya aliran udara pernapasan
In unconscious victim,
the muscles in the tongue
may relax, causing the
tongue to block the
airway

Head tilt and chin


lift may open airway
SUMBATAN
SUMBATANJALAN
JALANNAFAS
NAFAS

• Look / Lihat
 Perubahan Status Mental
Agitasi / gelisah  Hipoksemia
Obtundasi / teler  Hiperkarbia
 Gerak Nafas
Normal
See saw / rocking
 Retraksi
 Deformitas
 Debris
Darah / sekret
Muntahan
Gigi
 Sianosis
SUMBATAN
SUMBATANJALAN
JALANNAFAS
NAFAS

• Listen / Dengar
 Bicara normal  Tak ada sumbatan
 Ada suara tambahan
Snoring  Lidah
Gurgling  Cairan
Stridor / crowing  Penyempitan
 Suara parau (hoarseness / dysphonia)

• Feel / Raba
 Hawa nafas
 Krepitasi / fraktur (maxillofacial / laryngeal)
 Deviasi trakhea
 Hematoma
 Getaran di leher
PEMBEBASAN
PEMBEBASANJALAN
JALANNAFAS
NAFAS

PENYEBAB LIDAH
• Manual :
- Non trauma :
Head tilt
Neck lift
Chin lift
Jaw thrust
- Trauma :
Chin lift
Jaw thrust
Dengan in-line manual immobilization” atau
pasang cervical collar

• Bantuan Alat
- Oropharyngeal airway
- Nasopharyngeal airway
HEAD TILT – CHIN LIFT
JAW THRUST
PEMBEBASAN
PEMBEBASAN JALAN
JALAN NAFAS
NAFAS

PENYEBAB BENDA ASING


• Manual

• Penghisap

• Definitive airway

• Pada chocking :
 Back blows
 Abdominal thrust (Heimlich manuver)
 Thoracal thrust
 Cricothyroidotomy
Tindakan yang dilakukan :

I. Tanpa alat :
1. Membuka jalan napas :
Dapat dilakukan dengan :
 Head-tilt (dorong kepala ke belakang)
 Chin-lift maneuver (perasat angkat dagu)
 Jaw-thrust maneuver (perasat tolak rahang)

Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan


kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati
dan mencegah gerakan leher.
2. Membersihkan jalan napas :
Sapuan jari (finger-sweep):
Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut belakang
atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda
asing lainnya) dan hembusan napas hilang.
Cara melakukannya:
• Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya
fraktur tulang leher), kemudian buka mulut
dengan jaw-thrust dan tekan dagu kebawah. Bila
otot lemas (“emaresi maneuver”).
• Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah)
yang bersih dan dibungkus dengan sarung
tangan/kassa untuk membersihkan/mengorek/
mengait semua benda asing dalam rongga mulut.
II. Dengan menggunakan alat :
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak
berhasil sempurna.

A. Pemasangan pipa (tube)


 Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa
nasofaring).
 Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut
pernapasan belum juga baik, dilakukan pemasangan
pipa endotrakhea ( ETT ).
 Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan
napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan
memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
 LMA ( Laryngeal Mask )
BASIC MECHANICAL AIRWAYS

• Oropharyngeal airway
– Indications
• Unconscious patients without a gag reflex
• Breathing or nonbreathing patients
• Used as a bite block in seizures and with
endotracheal tube in place
– Contraindications
• Presence of a gag reflex
• Severe maxillofacial injuries
18
OROPHARYNGEAL AIRWAY
ADVANTAGES

• Allows air to pass around and through the device.


• Helps prevent obstruction by teeth and lips.
• Helps manage unconscious patients who are breathing
spontaneously or need mechanical ventilation.
• Makes suctioning of the pharynx easier.
• Bite block during seizures and ET protection

19
OROPHARYNGEAL AIRWAY
DISADVANTAGES

• Does not isolate the trachea.


• Cannot be inserted when teeth are clenched.
• May obstruct the airway if not inserted properly.
• Can be dislodged easily.
• Should never be inserted in a conscious or semiconscious
patient with a gag reflex.
• May precipitate vomiting and laryngospasm

20
OROPHARYNGEAL AIRWAY
MEASUREMENT/INSERTION

• Sizes range from #0 for infants to #6 for large adults.


• Size the OPA from the corner of the patient’s mouth to the
tip of the earlobe.
• Insert with the curved end facing up until the tip reaches
the level of the uvula, then rotate the airway 180° until it
comes to rest over the tongue.
• Sized too long, can press epiglottis against the entrance to
the larynx causing obstruction.
• Sized too short, may force tongue back causing an
obstruction.
21
Oropharyngeal airway
insertion
BASIC MECHANICAL AIRWAYS
• Nasopharyngeal airway
– Indications
• Breathing patients with a gag reflex
• Maxillofacial injuries
• Patients with clenched teeth
– Contraindications
• Nasal obstructions
• Patients prone to nosebleeds
• Head injuries (basilar skull fractures)

23
NASOPHARYNGEAL AIRWAY
ADVANTAGES
• Can be easily and rapidly inserted
• It bypasses the tongue
• May be used when a gag reflex is present

DISADVANTAGES
• Does not isolate the trachea.
• Smaller than the oropharyngeal airway
• Difficult to suction through
• Can cause severe nosebleeds
• Can cause pressure necrosis of nasal mucosa
• Difficult to insert if nasal damage is present
24
Nasopharyngeal airway
Nasopharyngeal Airway
The patients is spontaneously breathing, have an intact cough and gag reflex

Techniques
• PEMASANGAN OROPHARINGEAL &
NASOPHARINGEAL TUBE
ENDO TRACHEAL TUBE (ETT)
• Kebanyakan terbuat dari polyvynil chloride.
• Kekakuan dan bentuk ETT dapat berubah bila dipasang
sylet/mandren.
• Ujung ETT mempunyai bevel untuk memudahkan
visualisasi dan memasukkan ETT melalui celah pita suara.
• Alat untuk mengalirkan langsung gas anestesi atau oksigen
langsung ke trachea

29
• Pemilihan ukuran ETT bergantung kepada
pertimbangan antara memaksimalkan flow dengan
ETT ukuran besar dan meminimalkan trauma
dengan menggunakan pipa ukuran kecil.
• Adanya cuff berguna untuk: mengurangi aspirasi,
dapat digunakan untuk ventilasi tekanan positif.
• ETT tanpa cuff digunakan pada anak-anak untuk
mengurangi resiko injury mukosa trakea akibat
tekanan dan postintubation croup.
• Jenis ETT ada yang non kinking (spiral) :
digunakan pada operasi kepala-leher dan posisi
tengkurap (prone).

30
• Jenis ETT lain ada yang disebut Double lumen tube yang
dipakai untuk operasi paru.
• Ada 2 jenis cuff :
–Tekanan tinggi volume rendah (high pressure low
volume): beresiko kerusakan iskemik trakhea dan
kurang menyenangkan dipakai dalam waktu lama.
–Volume tinggi tekanan rendah (high volume, low
pressure): kejadian sore throat lebih besar karena
kontak dengan mukosa trakhea lebih luas, aspirasi,
ekstubasi spontan, sulit pemasangannyaakan tetapi
karena lebih sedikit kerusakan mukosa, maka cuff
tekanan rendah lebih banyak digunakan.
• Tekanan cuff dapat meningkat selama anestesi umum,
karena N2O berdifusi dari mukosa trachea kedalam cuff.

31
DESAIN

32
33
ALAT BANTU INTUBASI

• Laryngoscop
• Mandren/stylet
• Flexible Fiberoptic Bronchoscop (FOB)

34
INTUBASI
• Indikasi intubasi:
– pasien dengan resiko aspirasi
– Pasien dengan GCS < 8
– Operasi rongga perut, rongga dada, kepala dan leher
• Ada 2 cara intubasi:
– Nasotrakheal intubasi
– Orotrakhel intubasi
• Persiapan intubasi:
– Alat : laryngoskop, ETT , stylet, lidokain spray
– Pasien : posisi kepala pasien harus setinggi pinggang
anesthesiologist supaya tidak sakit pinggang saat
laryngoskopi.

35
Intubasi Orotrakheal
• Preoksigenasi dengan O2 100%
• Kepala pasien diganjal dengan bantal setinggi
10 cm.
• Laringoskop dipegang ditangan kiri, mulut
dibuka dengan jari tangan kanan, lalu blade
dimasukkan pada sisi kanan orofaring, hindari
tindakan yang akan merusak gigi.
• Lidah didorong kekiri.
36
•Ujung blade pada valeculla, lalu blade
diangkat.
•ETT dipegang dengan tangan kanan. Setelah
masuk cuff dikembangkan sampai tidak
terdengar suara kebocoran saat dilakukan
ventilasi.
•Periksa apakah ETT sudah masuk dengan
melihat pengembangan dada, auskultasi vbs
kanan-kiri harus sama.
•Fiksasi ETT dengan plester
•Bila terjadi kegagalan intubasi, ulangi lagi
setelah pasien dilakukan ventilasi dengan face
mask.
38
39
40
LMA

• Manajemen jalan nafas


mudah
• Dipakai untuk tindakan
rutin dan sulit intubasi
• Tidak dipegangi terus
• Tujuan utama untuk
tindakan rutin anestesi
• Tidak perlu muscle relaxan
• Telah terbukti
Sejarah LMA
• Ditemukan oleh AIJ Brain Dr
• Dipublikasi tahun1985
• Secara komersil diproduksi
1988
• Para klinikus menyatakan LMA
adalah pengembangan alat
anestesi yang terpenting dalam
50 th terakhir
• Digunakan di 90 negara
• Telah dipakai 150 juta pasien
• Tidak ada claim secara hukum
Indikasi LMA
• Alternatif untuk
pemakaian face mask 
rutin dan emergensi dalam
anestesi
• Pasien elektif dimana ETT
tidak diperlukan
• Kesulitan intubasi yang
diprediksi atau tidak
• Pada pasien resusitasi
terutama pasien tidak
sadar
Jenis LMA
• LMA Classic
• LMA Unique
• LMA Proseal
• LMA Fastrach
• LMA Flexible
• CARA PEMASANGAN & MANFAAT LMA

• DAPAT DIGUNAKAN
UNTUK INHALASI
ANESTESI
• MENFASILITASI VENTILASI
• MENFASILITASI INTUBASI
• BANTUAN VENTILASI DAN
JALAN MASUK
BROKHOSKOP SEWAKTU
BRONKHOSKOPI
• PEMASANGAN TDK
MEMBUTUHKAN
LARINGOSCOPE
Perbandingan dengan Alat Lain
Dengan ETT : • Dengan Face Mask :
• Mudah dan cepat • Mudah pemasangannya
pemasangannya walaupun tidak terlatih
• Hemodinamik stabil selama • Memperbaiki SpO2 pada
induksi dan pemulihan
saat pemulihan
• Tidak menimbulkan TTIO
• Tidak melelahkan tangan
• Tanpa pemberian Muscle
Relaxan • Tidak mengganggu wajah
• Tidak menimbulkan batuk • Mudah manipulasi leher
• Memperbaiki SpO2 pada dan wajah
saat pemulihan • Cocok untuk Low Flow
• Tidak menyebabkan sakit
tenggorokan
Keuntungan LMA
• Reusable dan dapat
disterilkan kembali
• Jalan nafas aman dan
reliable
• Mudah tehnik
pemasangannya
• Terbukti aman
B. Pengisapan benda cair (suctioning)
 Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda
cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning).
Pengisapan dilakukan dengan menggunakan alat
bantu pengisap (pengisap manual portabel,
pengisap dengan sumber listrik)

 Membersihkan benda asing padat dalam jalan


napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat
sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang
tidak mungkin diambil dengan sapuan jari, maka
digunakan alat bantuan berupa:
- laringoskop
- alat pengisap (suction)
- alat penjepit (forceps)
3. Mengatasi sumbatan napas parsial :

Dapat digunakan teknik manual thrust :

Abdominal thrust
Chest thrust
Back blow
C. Mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka:
 Pipa orofaring digunakan untuk mempertahan kan
jalan napas dan menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas
terutama pada pasien-pasien tidak sadar.

D. Membuka jalan napas dengan krikotirotomi:


Dapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi:
 Krikotirotomi dengan jarum
 Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau)
Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin
dilakukan, maka dipilih tindakan krikotirotomi dengan
jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil,
dapat dilakukan krikotirotomi dengan pisau
B BREATHING MANAGEMENT
(PENGELOLAAN FUNGSI PERNAPASAN)

Tujuan : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara


memberikan pernapasan buatan untuk
menjamin kebutuhan adanya oksigen dan
pengeluaran gas CO2

Diagnosa : Ditegakkan bila tidak didapatkan adanya


tanda-tanda pernapasan pada pemeriksaan
dengan metode LLF dan telah dilakukan
pengelolaan pada jalan napas tetapi tetap
tidak didapatkan adanya pernapasan.
Tindakan yang dilakukan :

I. Tanpa alat :
Memberikan pernapasan buatan dari mulut ke
mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua)
kali tiupan dan diselingi ekshalasi

II. Dengan alat :


Memberikan pernapasan buatan dengan alat
“Ambu bag” (self inflating bag). Pada alat tersebut
dapat pula ditambahkan oksigen.
Pernapasan buatan dapat pula diberikan dengan
menggunakan ventilator mekanik.
Bantuan pernapasan dan terapi oksigen:

a. Menggunakan masker
b. Penggunaan balon otomatis dan katup searah
(the self inflating bag and valve device).
c. Penggunaan ventilator mekanik
PROCEDURES AND DEVICES

• Mouth-to-mouth/mouth-to-nose
– Requires no adjunctive equipment
– Easy to maintain a good seal
– Provides limited oxygen concentration (16-17%)
– Unattractive procedure
– Risk of communicable disease

62
POCKET MASK

• Prevents direct contact with patient’s mouth


• Can be carried in purse, glove compartment
• One-way valve prevents contact with exhaled air
• Supplemental oxygen inlet (50% oxygen possible)

63
BAG-VALVE DEVICES

• Delivers oxygen or room air to a patient who cannot breath


independently
• Hyperexpands lungs, improving alveolar ventilation
• Prevents hypoxia
• Contains self-inflating bag, one way valves, reservoir, and
transparent face mask
• Available in various sizes

64
BAG-VALVE CONCENTRATIONS

• Without oxygen - 21%


• With oxygen, no reservoir - 60%
• With oxygen and reservoir - 90 to 95%
• With demand valve attachment - 100%
• Should not contain a pop-off valve

65
Manual Assisted Ventilation
• Open the airway
• Apply face mask and obtain
seal
• Deliver optimal minute
ventilation from
resuscitation bag
• Consider cricoid pressure
• Monitor with pulse oximetry
Single-Handed Method
of Face Mask Application
• Base of mask placed over
chin and mouth opened
• Apex of mask over nose
• Mandible elevated, neck
extended (if no cervical
spine injury), and
downward pressure by
mask hand
Two-Handed Method of
Face Mask Application
• Helpful when mask
seal difficult
• Fingers placed
along mandible on
each side
• Assistant provides
ventilation
Inadequate Mask-to-Face Seal

• Identify leak
• Reposition face mask
• Improve seal along cheek(s)
• Change mask inflation or size
• Slightly increase downward
pressure over face
• Use two-handed technique
Dwiana Sulistyanti,
dr.,SpAN., MKes

Anda mungkin juga menyukai