Anda di halaman 1dari 46

AIRWAY & BREATHING

MANAGEMENT

Ns.Dewi Susilaningsih, S. Kep, M. Kep

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia


Tahun Ajaran 2020/2021
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai
adanya suara nafas tambahan) :
• Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan
pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust,
pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan
pipa endotrakeal.
• Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di
daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep,
pengisapan/suction.
• Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
2
Management jalan nafas ???

3
tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal.

Tujuannya???

4
membebaskan jalan napas untuk menjamin
jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenase tubuh

5
Untuk menilai nafas yang tidak adekuat
seorang penolong harus melakukan

6
Look :apakah naik turunnya dinding dada seirama
dengan alunan nafas, kesimetrisan pergerakan
dinding dada selama pernafasan antara sisi kiri-
kanan, kedalaman pernafasan, penggunaan otot
bantu pernafasan, clan retraksi dinding dada.
·         Listen :suara udara yang masuk dan keluar
dari hidung/mulut, apakah bebas, seperti
berkumur, tersengal, merintih ataupun mengi.
·         Feel :rasakan hembusan udara pernafasan.
Perhatikan pula adanya peubahan warna kulit
menjadi keabuan atau kebiruan (sianosis).

7
POKOK BAHASAN

 Bantuan pada sistem


Respirasi :
◦ airway yang bebas
◦ bantuan ventilasi bila napas
spontan tidak adekuat
◦ Suplemen O2

 Alat-alat yang diperlukan untuk


tindakan diatas

8
Airway Control

 Membebaskan jalan napas

Prioritas utama pada


Obstruksi airway yang akut.

 Obstruksi airway  pasien tak sadar

o/k jatuhnya pangkal lidah


ke arah posterior.
9
a. Pasien dengan respirasi distres dan masih
napas spontan :
* berikan suplemen O2
Bila ventilasi tidak adekuat : * berikan bantuan ventilasi

b. Tanda-tanda : stridor – crowing


Cyanosis
(+) aksesoris notot-otot pernapasan

retraksi suprasternal, intercostal, epigastrik

Harus dianggap  obstruksi airway yang komplit

10
 Tehnik untuk membebaskan
airway pada keadaan ini :
Chin lift + head tilt
Jaw trust

Pada pasien trauma 


C.Spine control tanpa
head tilt
11
Head Tilt Chin Lift

Jaw Thrust
12
Non trauma  airway maneuver
Pertama : chin lift

Jaw thrust

Perlahan-lahan Head tilt

13
Pasien-pasien dengan trauma :
C spine control

14
Bila dengan cara-cara diatas

( tanpa alat ) tidak berhasil 

 airway adjunct

15
Airway adjunct

1. Oropharyngeal air way


2. Nasopharingeal airway
3. Endotracheal intubation
4. Crycothyrotomy
5. Tracheostomy

16
Oropharyngeal airway
Nama lain : - Mayo
- Guedel
 Memberikan fasilitas untuk suctioning
 Mencegah endotrakheal tergigit pasien

17
Oropharingeal airway

Sekret,darah, muntahan dibersihkan dulu (


Suction )
Hanya untuk pasien-pasien tak sadar

Komplikasi : - menimbulkan obstruksi


- dapat menstimulasi
muntah dan spasme laring

18
Ukuran Oropharyngeal airway

Orang dewasa :
Besar ukuran : 5
Medium ukuran : 4
Small ukuran : 3
Cara insersi : - dengan bantuan “tounge“ spatel
- disimpan terbalik lalu diputar
perlahan-lahan
19
Teknik Insersi Oropharyngeal Airway

20
Nasopharyngeal airway
 tube  tanpa cuff
dari plastik atau karet yang soft ( lunak )
 dipilih bila insersi oropharingeal  sulit.
 oleh karena :
- trimus,
- trauma masif di mulut,
- interdental wiring
 Alat ini juga berguna :
  pasien-pasien yang napas
 spontan dan masih semiconscious

21
Setiap setelah insersi  pharyngeal airway
( Oro naso ) periksa respirasi

nafas ( - )

bantuan nafas ( positive pressure )

---------------------------------------------
alat mouth to mouth to nose

22
Nasopharyngeal airway

◦ Ukuran : dewasa : large 8-9


medium 7-8
Small 6-7
◦ Teknik insersi :
 Lubrikasi
 Masukan lewat lubang hidung dst

◦ Komplikasi :  masuk oesophagus  distensi gaster


 laryngospasm dan muntah
 perdarahan hidung
Kontras Indikasi : pasien dg trauma basis cranii

23
TEKNIK INSERSI NASOPHARYNGEAL AIRWAY

24
Laryngeal Mask Airway
Laryngeal Mask Airway
( LMA ) sangat bermanfaat
pada pertolongan pasien
yang sulit. terutama bila
ETT atau bag Mask
( sungkup muka ) gaal.
akan tetapi LMA bukan
airway defenitif. bila
seorng terpasang LMA ,
maka setibanya dirumah
sakit harus diganti dengan
airway defenitif
combitube
 alat ini digunakan oleh
petugas di pra rumah sakit
sebelum tiba dirumah sakit
untuk memperoleh jalan nafas
bila airway defenitif tidak
mungkin dilakukan. salah satu
lubang menghubung ke
eksopagus dan lubang lain ke
jalan nafas. lubang esopagus
kemudian ditutup dengan
balon, lubang lain yang
diberikan ventilasi
Endotracheal intubasi

Pada pasien-pasien diatas  secepatnya


intubasi
Keuntungan :
perlindungan airway > adekuat airway lebih
paten, risiko aspirasi lebih rendah
memungkinkan “ clearing airway “ > adekuat
memungkinkan pemberian O2 dengan
konsentrasi tinggi
bantuan ventilasi lebih adekuat ( volume
tidak terkontrol )
dapat sebagai salahsatu pilihan rute
pemberian obat-obatan
27
Waktu memasang ETT :
lakukan penekanan pd krikoid ( oleh orang yg
membantu intubasi )

Tujuan : mencegah regurgitasi

Aspirasi
Tekanan dipertahankan sampai setelah
“ tube “ masuk dan cuff dikembangkan

28
Indikasi pemasangan ETT

Henti jantung dan sedang dilakukan


kompresi jantung luar
Pasien-pasien dengan ventilasi yang tidak
adekkuat ( walaupun o.s. sadar )
Melindungi airway ( koma, areflexia,
henti jantung )
Tidak dapat diventilasi dengan adekuat
dengan cara-cara yang konvensional pada
pasien-pasien yang tidak sadar
29
Hindari intubasi bronchial 
Paru-paru kanan saja
 periksa suara nafas

30
Jangan terlalu asik intubasi

Saat intubasi napas (-)

Bila terlalu lama pasien tdk bernapas

Hipoksi dst

31
Komplikasi Intubasi

 gigi patah
 bibir laserasi
 perdarahan
 Hematom
 Ruptur trachea

32
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Laringoskop  - periksa - lampu


- cara memasang blade
2 jenis Blade :
- Lengkung : macintosh
- Lurus ( Straight) :
(Miller, Wisconsin, Magil)

33
Laringoskop
Blade Lengkung

Laringoskop
Blade Lurus
34
2. Endotracheal tube :
◦ pipa terbuka dikedua ujungnya
◦ bagian proximal  konektor
◦ bagian distal cuff yg dapat
dikembangkan melalui
“ one way inflating valve “
◦ Ukuran : wanita 7 - 8 mm (Orang Barat ),
laki-laki 8 - 8,5 mm ( Orang Barat )

Sesuai dengan ID ( Internal Diameter )


Saat sudah intubasi  tempat yg tepat : 20-22 cm
( tanda ETT)
35
Stylet :
◦ Membantu agar ETT dapat dibentuk sesuai kebutuhan
◦ Jangan lupa  lubrikasi

Alat-alat lain :
– Spuit 10 cc ( untuk mengembangkan cuff )
– Forceps Magill
– Lubrikant
– Suction unit
36
ALAT INTUBASI

37
38
TEKNIK INTUBASI :

◦ Siapkan dan periksa kembali alat-alat yang


tersedia
◦ Siapkan posisi kepala penderita
3 aksis : mulut, pharynx, trachea
Dalam 1 garis lurus agar visualisasi > mudah
 kepala ektensi dan leher flexi
39
Buka mulut dengan tangan kanan, mulai
masukkan blade dari kanan digeser ketengah
sisihkan lidah kekiri.
Cari epiglotis, insersikan tip  blade
di Vallecula  angkat ke anterior
Jangan gunakan gigi depan sebagai fulcrum
( tumpuan )
Setelah rimaglotis  terlihat insersikan ETT
40
Proses intubasi 
jangan lebih dari 30 detik
( > baik < 15 detik )
41
Antara intubasi dan intubasi
(  berikan bantuan nafas )

42
VENTILASI

 Resusitasi  sinkron dengan kompresi


jantung luar
 Bantuan Ventilasi : 12 - 15 x / menit
Volume tidal 10-15 cc/kg BB
Gunakan O2 100 %

43
44
BAGAN PEMBERIAN
OKSIGEN
Konsent
** rasi Nasal Kanule ( 1-5 L/Mnt )
Rendah

Sist.
Aliran Simple Mask ( 6-8 Lt/mnt )
Darah Konsentr
asi Tinggi Reabhrithing Mask ( 9-12 Lt/Mnt )
rendah Non Reabrhiting Mask ( 9-12 Lt/Mnt )

O2
Konsent
Sist.
rasi Venturi Mask ( 24%-50% )
Rendah
Aliran
Darah
Tinggi

Konsent
Ambu Bag ( 12-15 Lt/mnt )
rasi
Tinggi Ventilator ( 24%-100% O2

45
46

Anda mungkin juga menyukai