Anda di halaman 1dari 30

Intubasi dan

Ekstubasi
Ellen Padaunan
• Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui
mulut atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi
orotrakeal (endotrakeal) dan intubasi nasotrakeal.
• Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke
dalam trakea melalui rima glottidis dengan mengembangkan cuff,
sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea
antara pita suara dan bifurkasio trakea.
• Intubasi nasotrakeal yaitu tindakan memasukan pipa nasal melalui
nasal dan nasopharing ke dalam oropharing sebelum laryngoskopi.

Pengertian
• Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea
adalah untuk membersihkan saluran trakheobronchial,
mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah
aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan
oksigenasi bagi pasien operasi.

Tujuan Intubasi
Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal :
• Mempermudah pemberian anestesia.
• Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta
mempertahankan kelancaran pernafasan.
• Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada
keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks
batuk).
• Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.
• Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
• Mengatasi obstruksi laring akut
Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele
tahun 2002 antara lain :
• Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya
tekanan oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi
dengan pemberian suplai oksigen melalui masker nasal.
• Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya
tekanan karbondioksida di arteri.
• Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal
atau sebagai
• bronchial toilet.
• Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang
gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

Indikasi
Indikasi intubasi nasal (Anonim, 1986) antara lain :
• Bila oral tube menghalangi pekerjaan dokter bedah,
misalnya tonsilektomi, pencabutan gigi, operasi pada
lidah
• Pemakaian laringoskop sulit karena keadaan anatomi
pasien.
• Bila direct vision pada intubasi gagal.
• Pasien-pasien yang tidak sadar untuk memperbaiki jalan
nafas.
• Tidak ada kontra indikasi yang absolute; namun
demikian beberapa keadaan trauma jalan nafas
atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus
dilakukan adalah cricothyrotomy pada beberapa
kasus. Trauma servikal yang memerlukan
keadaan imobilisasi tulang vertebra servical,
sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

Kontraindikasi
PERSIAPAN
Alat
A. Laryngoscope
• Terdiri dari: Blade (bilah) dan Handle (gagang)
• Pilih ukuran blade yang sesuai dengan pasien
o Dewasa : No. 3 atau 4
o Anak : No. 2
o Bayi : No. 1
• Pasang blade dengan handle
• Memasang dan melepas laryngoscope selalu dengan sudut 45⁰
• Cek lampu harus menyala terang
• Memegang laryngoscope selalu dengan tangan kiri
• Posisi tangan yang betul adalah memegang pada handle, bukan
pada pertemuan blade dan handle
. Cara intubasi
B. Endotrakeal Tube (ET)
• Pilih ET yang Low Pressure High Volume
• Pilih ukuran yang sesuai: (ID = Internal Diameter)
o Dewasa laki - laki : 8.00 mm – 9.00 mm
Dewasa Perempuan : 7.00 mm – 8.5 mm
atau ± sebesar kelingking kiri pasien
o Anak : ID 4
o Bayi :
Prematur : ID 2,5
Aterm : 3 atau 3,5
Pada anak-anak dipakai rumus :
Diameter (mm) = 4 + Umur/4 = tube diameter (mm)
Rumus lain: (umur + 2)/2
Ukuran panjang ET = 12 + Umur/2 = panjang ET (cm)
• Rumus tersebut merupakan perkiraan dan harus disediakan pipa 0,5 mm lebih
besar dan lebih kecil. Untuk anak yang lebih kecil biasanya dapat diperkirakan
dengan melihat besarnya jari kelingkingnya
• (Selalu menyiapkan satu ukuran di bawah dan di atas, ET memiliki cuff (balon)
yang dapat dikembangkan dengan spuit)
C. Spuit 20cc
D. Stylet (biasanya jadi satu dengan ET)
E. Handsglove steril = Untuk menjaga keselamatan
sebagai tenaga medis
F. Lubrikan = Untuk mempermudah masuknya ET ke trakea
G. Forceps Magill (bila perlu)
• H. AMBU Bag
• Berguna untuk memberikan VTP (Ventilasi Tekanan
Positif) sebelum dilakukan intubasi
• Pada AMBU Bag terdapat:
• o Sungkup untuk muka (face mask)
• o Kantung reservoir
• o Dapat dihubungkan dengan sumber oksigen
I. Plester = untuk fiksasi ET supaya tidak
mudah lepas
J. Oropharyngeal Airways (OPA) = untuk
mencegah ET supaya tidak tergigit
K. Alat suction dengan suction catheter
L. Stetoscope = untuk pengecekan apakah
posisi ET sudah sesuai dengan yang
diinginkan yaitu di trakea
Obat emergency
• Sulfas Atropin (SA) dalam spuit = untuk
mengatasi bradikardi akibat salah satu efek
samping dari laringoskopi
• Aderenalin Epinefrin dalam spuit = sebagai
vasopressor apabila terjadi Cardiac Arrest akibat
tindakan laringoskopi intubasi
Pasien
• Informed consent mengenai tujuan dan risiko
tindakan intubasi laringoskopi
Alat-alat diatur:
• Kiri pasien : laringoskop dalam posisi terbalik
• Kanan pasien : AMBU Bag, ET (Endotrakeal Tube), OPA
(OroPharyngeal Airway), Spuit, Plester
• Sebelum melakukan intubasi WAJIB dilakukan Ventilasi Tekanan Positif
(VTP) O2 100% dengan tujuan untuk mencegah HIPOKSIA, caranya
dengan:
2 jari berada di atas sungkup muka, menekan sungkup muka ke bawah
• 3 jari lain berada di Ramus Mandibula, mengangkat mandibula ke atas
• Dengan gerakan yang lembut, kantung AMBU Bag ditekan sampai dada
terangkat
• VTP dilakukan sampai pasien TIDAK HIPOKSIA lagi yang bisa dilihat
dari Saturasi O2 yang baik atau tidak ada tanda sianosis di sentral
maupun perifer
• Apabila dada tidak terangkat maka dilakukan manuver jalan nafas
kembali untuk membuka nafas

CARA KERJA
• Laringoskop dinyalakan
• Buka mulut dengan tangan kanan,
gerakan jari menyilang (ibu jari
menekan mandibula ke bawah,
jari telunjuk menekan maksila ke
atas)
• Pegang laringoskop dengan tangan kiri
• Masukkan mulai dari sisi kanan
kemudian menyingkirkan lidah ke kiri
• Cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah
laringoskop di valekula (pertemuan
epiglotis dan pangkal lidah)
• Angkat epiglotis dengan elevasi laringoskop
ke atas (jangan menggunakan gigi seri atas
sebagai tumpuan!!!) untuk melihat plica
vocalis
• Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten untuk
melakukan BURP Manuver (Back, Up, Right
Pressure) pada cartilago cricoid sampai terlihat
plica vocalis
• Masukkan ET sampai ujung proksimal
cuff ET melewati plica vocalis
• Kembangkan cuff ET secukupnya
(sampai tidak ada kebocoran udara)
• Cek dengan cara memberikan
VTP. Pada pasien cek dengan
auskultasi menggunakan
stetoskop, bandingkan suara nafas
paru kanan sama dengan paru kiri
• Setelah pasti diletakkan di trakea,
pasang OPA supaya tidak tergigit oleh
pasien
• Fiksasi supaya tidak lepas = mulai
dari sisi sebelah atas kemudian
memutar dan menyilang ke sebelah
bawah.
• Saat prosedur intubasi
o Muntah dengan kemungkinan aspirasi
o Trauma pada laring, faring, trakea dan gigi
o Bradikardi akibat stimulasi Vagus
o Hipoksemia karena prosedur yang lama
o Aritmia jantung
o ETT masuk ke bronkus utama kanan
o Intubasi esophagus

Komplikasi
• Saat ETT terpasang
o Malposisi tube: terlalu tinggi atau terlalu rendah
o Intubasi bronkus utama kanan
o Erosi pada laring atau trakea, nekrosis
o Edema faring
o Ventilasi atau oksigenasi tidak adekuat akibat
obstruksi atau kingking pada tube
o Self extubation
o Aspirasi
o Sinusitis atau otitis media
• Setelah ekstubasi
o Spasme atau edema laring, bisa menyebabkan
obstruksi saluran napas
o Pada trakea terjadi dilatasi, stenosis atau
tracheomalacia
o Granuloma pada laring atau trakea
o Pada laring terjadi stenosis glotiuk atau subglotik
o Paresis atau paralisis pita suara, bisa menyebabkan
aspirasi.
Pengertian
• Ekstubasi adalah tindakan pencabutan
pipa endoktrakea.
• Ekstubasi dilakukan pada saat yang
tepat bagi pasien untuk menghindari
terjadinya reintubasi dan komplikasi
lain

Ekstubasi
• Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul.
• Pemantauan dini komplikasi dan penatalaksanaan
segera dari komplikasi yang timbul.
• Keamanan dan kenyamanan pasien terjamin
selama pelaksanaan prosedur

Tujuan
1. Vitalcapacity 10 – 15 ml/kg BB
2. Tekanan inspirasi diatas 20 cm H2O
3. PaO2 diatas 80 mm Hg
4. Kardiovaskuler dan metabolic stabil
5. Tidak ada efek sisa dari obat pelemas otot
6. reflek jalan napas sudah kembali (batuk, gag)
dan penderita sudah sadar penuh.

Kriteria
Syarat Ekstubasi
• insufisiensi nafas (-)
• hipoksia (-)
• hiperkarbia (-)
• kelainan asam basa (-)
• gangguan sirkulasi (TD turun, perdarahan) (-)
• pasien sadar penuh
• mampu bernafas bila diperintah
• kekuatan otot sudah pulih
• tidak ada distensi lambung
• Melakukan pembersihan mulut sebaiknya dengan kateter yang
steril. Walaupun diperlukan untuk membersihkan trachea atau
faring dari sekret sebelum ekstubasi, hendaknya tidak dilakukan
secara terus menerus bila terjadi batuk dan sianosis.
• Sebelum dan sesudah melakukan pengisapan, sebaiknya diberikan
oksigen.
• Apabila plester dilepas, balon sudah dikempiskan, lalu dilakukan
ekstubasi
• selanjutnya diberikan oksigen dengan sungkup muka

Pelaksanaan Ekstubasi
• Hal-hal yang dapat terjadi setelah sektubasi :
1. Spasme laring
2. Aspirasi
3. Edema laring akut karena trauma selam ekstubasi
• Penyulit lain setelah dilakukan ekstubasi :
1. Sakit tenggorokan
2. Stenosis trachea dan trakheomolasia
3. Radang membran laring dan ulserasi
4. Paralisis dan granuloma pita suara
5. Luka pada sarap lidah

Penyulit Ekstubasi

Anda mungkin juga menyukai