0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan19 halaman
Guideline 2015 untuk manajemen intubasi sulit yang tidak terduga pada orang dewasa memberikan serangkaian tindakan berurutan untuk diambil ketika intubasi gagal, dengan fokus utama pada oksigenasi. Rencana A meliputi upaya intubasi dan ventilasi masker, Rencana B menggunakan alat bantu pernapasan di atas glottis, dan Rencana C adalah upaya terakhir ventilasi masker sebelum beralih ke akses leher depan sebagai
Guideline 2015 untuk manajemen intubasi sulit yang tidak terduga pada orang dewasa memberikan serangkaian tindakan berurutan untuk diambil ketika intubasi gagal, dengan fokus utama pada oksigenasi. Rencana A meliputi upaya intubasi dan ventilasi masker, Rencana B menggunakan alat bantu pernapasan di atas glottis, dan Rencana C adalah upaya terakhir ventilasi masker sebelum beralih ke akses leher depan sebagai
Guideline 2015 untuk manajemen intubasi sulit yang tidak terduga pada orang dewasa memberikan serangkaian tindakan berurutan untuk diambil ketika intubasi gagal, dengan fokus utama pada oksigenasi. Rencana A meliputi upaya intubasi dan ventilasi masker, Rencana B menggunakan alat bantu pernapasan di atas glottis, dan Rencana C adalah upaya terakhir ventilasi masker sebelum beralih ke akses leher depan sebagai
management of unanticipated difficult intubation in adults MOHAMMAD SUDRAJAT Pendahuluan Praktik klinis telah berubah sejak naskah asli Difficult Airway Society (DAS) guidelines for management of unanticipated difficult intubation in 2004 diterbitkan.
Guideline terbaru ini menyediakan serangkaian
tatalaksana yang berurutan untuk digunakan ketika terjadi kegagalan intubasi trakea dan didesain untuk memprioritaskan oksigenasi sementara intervensi pada jalan napas terbatas dan untuk meminimalkan trauma dan komplikasi. Pada prinsipnya anaesthetists harus memiliki rencana cadangan sebelum melakukan teknik utama yang sesuai.
Guideline ini ditujukan untuk kejadian yang tidak
terduga pada intubasi sulit. Setiap pasien harus menjalani peneriksaan yang dilakukan sebelum operasi untuk dinilai seluruh aspek manajemen jalan napasnyatermasuk akses dari leher bagian depan. Preoperative assessment and planning Airway management yang paling aman adalah ketika masalah-masalah potensial dapat diidentifikasi sebelum operasi, sehingga dapat dipersiapkan strategi dan rangkaian rencana untuk mengurangi resiko dari komplikasinya. Oleh karenanya penilaian harus dilakukan secara rutin agar faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan pada penggunaan face-mask ventilation, SAD insertion, tracheal intubation,or front-of-neck access dapat diketahui segera. Rapid sequence induction Penggunaan cuffed tube pada trakea memberikan perlindungan yang baik terhadap kejadian aspirasi.
Suxamethonium adalah traditional neuromuscular
blocking agent of choice karena onsetnya yang cepat dan memungkinkan intubasi tanpa perlu ventilasi bag-mask
Tekanan pada krikoid dilakukan untuk melindungi
jalan napas dari kontaminasi selama periode kehilangan kesadaran dan pemasangan cuffed tracheal tube. Hal ini merupakan komponen standar dari rapid sequence induction di Inggris. Plan A. Mask ventilation and tracheal intubation Inti dari Plan A adalah untuk memaksimalkan kemungkinan keberhasilan intubasi pada percobaan pertama atau jika gagal, untuk membatasi jumlah dan durasi penggunaan laringoskop untuk mencegah adanya trauma jalan napas dan perkembangan situasi menjadi CICO
Semua pasien harus diposisikan secara optimal dan diberi
preoksigensai sebelum induksi anestesi. Blok neuromuskular diperlukan untuk face-mask ventilation dan tracheal intubation. Setiap upaya memasukan laringoskop dan intubasi trakea berpotensi menyebabkan trauma. Percobaan yang berulang-ulang dapat menurunkan keberhasilan intubasi.
Guidelines ini merekomendasikan tiga kali percobaan
intubasi, usaha yang keenppat dapat dilakukan oleh rekan yang lebih berpengalaman. Dan jika belum berhasil maka kegagalan intubasi harus dinyatakan dan dilakukan Plan B. Plan B. Maintaining oxygenation: supraglottic airway device insertion Pada Guideline ini yang ditekankan dari Plan B adalah mempertahankan oksigenasi menggunakan SAD (Supraglotic Airway Device).
Keberhasilan SAD menciptakan kesempatan untuk
berhenti dan memikirkan apakah dengan membangunkan pasien dapat dilakukan upaya intubasi, melanjutkan anestesi tanpa tracheal tube, atau langsung melanjutkan trakeostomi atau krikotiroidotomi.
Jika oksigenasi melalui SAD tidak dapat dicapai
setelah maksimal tiga kali percobaan maka Plan C harus dilakukan. Plan C. Final attempt at face- mask ventilation Jika ventilasi yang efektif belum didapatkan dari tiga kali usaha memasukan SAD, Plan C dapat dilakukan. Beberapa kemungkinan dapat terjadi pada tahap ini. Selama Plan A & B dapat diketahui apakah ventilasi menggunakan face-mask mudah, sulit atau tidak mungkin diulakukan, tetapi situasi dapat berubah dikarenakan percobaan intubasi dan pemasangan SAD melukai jalan napas.
Jika oksigensi dengan face-mask ventilation tidak
adekuat maka pasien harus dibangunkan terkecuali ada kondisi khusus dan akan membutuhkan full antagonis dari blok neuromuskular. Jika tidak mungkin untuk mempertahankan oksigenasi dengan face mask dan terjadi kelumpuhan sebelum hipoksia berkembang menjadi gawat maka kesempatan terakhir menyelamatkan jalan napas tanpa bantuan ke Plan D Plan D: Emergency front-of- neck access Situasi CICO muncul ketika upaya untuk mengelola jalan nafas oleh intubasi trakea, ventilasi face-mask, dan SAD telah gagal. Kerusakan otak hipoksia dan kematian akan terjadi jika situasi tidak cepat diselesaikan.
Krikotiroidotomi dapat dilakukan baik
menggunakan pisau bedah atau teknik kanula. TERIMA KASIH