Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

KB

Pembimbing :
dr. Doddy Sp.OG

Disusun oleh :
Muhammad Ricky - 030.13.
Uray Annisya Defia Putri H – 030.13.196

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KANDUNGAN DAN


KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 4 JUNI 2018 – 27 AGUSTUS 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

“KB ”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit
Umum
Daerah Karawang
Periode 4 Juni 2018 – 27 Agustus 2018

DISUSUN OLEH :

Muhammad Ricky
030.13.

Uray Annisya Defia Putri H


030.13.196

Karawang , Juli 2018


Mengetahui

Dokter pembimbing
dr. Doddy Sp. OG

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan rahmat, kasih sayang dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat ini yang berjudul ”KB” Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik departemenilmu kebidanan dan kandungan Studi Pendidikan Dokter Universitas
Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang.
Dengan selesainya referat ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu meyelesaikan referat ini terutama
kepada:
1. dr. Doddy Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberi masukan dan saran
dalam penyusunan referat.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian referat ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
penulis.
Karena keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa referat ini masih
belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangatlah penulis harapkan untuk menyempurnakan referat ini di kemudian hari,
Terlepas dari segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, Juli 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar belakang .......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3


2.1 Definisi KB ................................................................................ 3
2.2 Tujuan Kontrasepsi .................................................................... 3
2.3 Manfaat kontrasepsi ................................................................... 4
2.4 Syarat kontrasepsi ...................................................................... 4
2.5 Metode kontrasepsi .................................................................... 5
2.5.1 kontrasepsi tanpa alat dan obat-obatan ................................... 5
2.2.2 kontrasepsi mekanik........................................................... 8
2.2.3 kontrasepsi dengan obat-obatan spermatisida .................... 13
2.2.4 kontrasepsi hormonal ......................................................... 14
2.2.5 kontrasepsi dalam rahim (AKDR) ..................................... 22
2.2.6 kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) ................ 27

BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1994 (SDKI) AKI di Indonesia
adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI tersebut sangat lambat, yaitu
menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (SDKI) dan 307 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002/2003), sementara pada tahun 2010 ditargetkan
menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB)
selama kurun waktu 20 tahun telah berhasil diturunkan secara tajam, yaitu 59 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1989 - 1992 menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2002 – 2003. Namun angka tersebut masih di atas negara-negara seperti
Malaysia 10 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 20 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam
18 per 1000 kelahiran hidup, Brunei 8 per 1000 kelahiran hidup dan Singapura 3 per
1000 kelahiran hidup dan saat ini mengalami penurunan cukup lambat.(1,2)

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI


pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”,
yaitu pilar pertama - keluarga berencana, pilar kedua – pelayanan antenatal, pilar
ketiga – persalinan yang aman, pilar keempat – pelayanan obstetri esensial.(3)

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak kelahiran
anak, untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara dengan menggunakan
kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap yang bisa
dilakukan dengan cara sterilisasi.(4)

Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk


membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka,
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan
beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau,
diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan
mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan

1
partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB. Tanggung jawab pria dalam hal
KB sangat penting dalam peranserta program Keluarga Berencana.(5)

Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah


dengan menggunakan kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa
banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu
menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-infomasi
mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari
kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan
atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna
(akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu
diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap
kontrasepsi dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun
kontraindikasinya.
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek
samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian
yang harus dipikirkan adalah benefit atau keuntungan dari penggunaan alat atau obat
kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi.(5)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanen. Yang bersifat permanen pada wanita disebut tubektomi dan pada pria
disebut vasektomi.(6)

2.2 Tujuan Kontrasepsi


 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun
 Menjarangkan kehamilan:20-35 tahun
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35 tahun keatas

Gambar 2.2. Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan


pemakaiannya(7)

3
2.3 Manfaat Kontrasepsi
Manfaat kontrasepsi atau perencanaan keluarga, yaitu:(8)
1. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Penggunaan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau menunda
kehamilan berguna terutama untuk ibu pada usia lanjut yang berisiko tinggi
apabila hamil atau ibu dengan gangguan kesehatan pada kehamilan
sebelumnya. Hal ini juga dapat mengurangi angka aborsi yang tidak aman.
2. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Jarak kehamilan dan kelahiran yang deket meningkatkan risiko komplikasi
pada kehamilan dan persalinan yang berakibat pada tingginya angka kematian
ibu dan bayi.
3. Mencegah penularan HIV/AIDS
Penggunaan kontrasepsi kondom pada laki-laki dan wanita dapat mencegah
penularan penyakit infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Penggunaan
kontrasepsi pada wanita dengan HIV, dapat mencegah kehamilan dan
menurunkan angka bayi yang terinfeksi HIV.
4. Penurunan Angka Kehamilan Remaja
Kehamilan pada remaja meningkatkan risiko bayi preterm dan BBLR.
5. Memperlambat angka pertumbuhan di masyarakat
Kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan kunci untuk memperlambat
pertambahan populasi yang memberikan dampak negatif terhadap ekonomi dan
lingkungan.

2.4 Syarat Kontrasepsi(6)


1) Efek samping yang merugikan tidak ada
2) Lama kerja dapat diatur menurut keinginan
3) Tidak mengganggu hubungan seksual
4) Sederhana, sedapat -dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter.
5) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
6) Dapat diterima pasangan suami istri

4
7) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang terlambat selama
penatalaksanaan.

2.5 Metode Kontrasepsi(9)


Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
 Senggama terputus (coitus interuptus)
 Pembilasan pasca senggama (post coital douche)
 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)
 Pantang berkala (rhythm method)
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
 Pria (kondom pria)
 Wanita (kondom wanita, pessarium ; diafragma vaginal dan cervical
cap.(9)
3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
 suppositorium
 jelly atau cream
 tablet busa
 C-film,
4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)

1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN


1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh
manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang.
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh
sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi
terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari

5
vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun
persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini
dapat menimbulkan neurasteni.(9)
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama
terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan
per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat
(cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma
secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek
spermatisida serta menjaga asiditas vagina.(9)
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu
karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar telah
memasuki servik uteri.(9)

1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi
hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan.
Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup
efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan
pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %(6). Hal ini dapat efektif bila ibu

6
menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu
belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan.(9)
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya
ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama
sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko
kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.(9)

Tabel 2.5.1.3. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui(6)
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea Laktasi √ √ √
(MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi Progestin √ √

KB Alamiah √ √
Kontrasepsi kombinasi √

1.4 Pantang berkala (rhythm method)


Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus
dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering
juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa
seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya.
Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir
24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam
masa tidak subur.(9)
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan
datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak jauh
berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan :

7
“Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari”.
Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.(9)

Keuntungan kontrasepsi alamiah:


 murah
 tidak ada resiko kesehatan terkait kontrasepsi

kekurangan kontrasepsi alamiah :


 tingkat kegagalannya cukup tinggi bila tidak di ikuti secara tertib
 pasangan tidak terhindari dari penyakit menular seksual

2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS


2.1 PRIA
2.1.1 Kondom pria
Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai ialah
kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia
berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom telah
dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga berencana.(9)
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu
berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm
dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai
sifat spermatisid.(9)
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin(10). Kekurangannya ialah ada kalanya
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan
memakai kondom ialah bocor atau robeknya alat atau tumpahnya sperma yang
disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek

8
sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat
karet.(9)

Cara penggunaan:
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan
seksual.Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan. Tekan
ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke
dalam kondom. Pastikan gulungan kondom pada sisi luar.Buka gulungan kondom
secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi
kondom tidak berubah selama koitus, jika kondom menggulung, tarik kembali
gulungan ke pangkal penis. Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi.
Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan anda. Buang dan
bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.(6)

Keuntungan :
 mencegah infeksi menular seksual
 tidak menganggu produksi air susu ibu
 tidak memiliki efek sistemik
 murah dan mudah didapatkan di tempat umum

kekurangan
 kadang secara psikologis meganggu hubungan seksual

2.2 WANITA
2.2.1 Kondom Wanita
Cincin polyurethane fleksibel, cincin yang terbuka tetap berada di luar vagina,
dan cincin internal yang tertutup terletak tepat di bawah simfisis seperti sebuah
diafragma.(10)
Kondom dapat diberi pelumas air maupun minyak. Jangan digunakan dengan
kondom pria karena dapat menimbulkan gesekan, terselip dan robek. Setelah

9
digunakan, cincin luar kondom wanita dipuntir untuk menyegel kondom sehingga
semen tidak tumpah. Impermebael terhadap HIV, CMV dan virus hepatitis B namun
angka kegagalan kondom wanita lebih tinggi dari pria.(10)

Gambar 2.2.1 Kondom Wanita(5)

2.2.2 Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2)
cervical cap.(9)

2.2.2.1Diafragma vaginal Plus Spermisida


Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang
tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.(9)
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya
pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio
atau hiperretrofleksio uterus.(9)
Terdiri dari kubah lateks sirkular dengan berbagai diameter yang diperkuat oleh
pegas logam sirkumferensial yang dibungkus oleh lateks. Efektif jika digunakan
dalam kombinasi dengan gel atau krim spermisida.agen spermatisidal diletakkan di
tengah mangkok berhadapan dengan serviks. Penempatan yang tepat, satu lingkaran
terbenam dalam di forniks posterior, vagina dan lingkaran di seberangnya tepat di

10
belakang permukaan dalam simfisis dan tepat di bawah uretra.Penggunaan > 6 jam
harus diberikan spermisida tambahan pada vagina bagian atas untuk proteksi
maksimum. Diafragma jangan dilepas minimal 6 jam setelah senggama karena toxic
shock syndrome. Insiden penyakit menular berkurang namun infeksi saluran kemih
meningkat karena kemungkinan iritasi uretra oleh cincin di bawah simfisis.(10)

Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek


sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida
yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri yang
berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.

Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermatisida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)(6).
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang
cukup kuat; 2) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; 3) tingkat
kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR. Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir
tidak ada efek sampingan; 2) dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul,
hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada
wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu
sebab.(9)

Gambar 2.2.2.1 Diafragma Vaginal(10)

11
Cara Penggunaan:
Diafragma dipasang 6 jam sebelum dan pasca sanggama, dan dilepas <24 jam
pasca sanggama. Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spermisida pada
diafragma secara merata.Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma.
Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi
kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat
menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk
pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.Masukkan diafragma ke
dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di
balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks.
Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.Diafragma masih terpasang
dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual
berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida kedalam vagina.
Jangan meninggalkan diafragma dalam vagina lebih dari 24 jam.(6)

2.2.2.2 Cervical cap


Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk
yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari
diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini
dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang
dipakai untuk kontrasepsi.(9)

Gambar 2.2.2.2 cervical cap(10)

12
3.KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMATISIDA
Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen,
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoa, dan vehikulum yang nonaktif
yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan
antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang
paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina,
sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri
eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-
sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap
cara lain. Efek samping jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.Efektivitas
KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama)(6,9)
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam
bentuk :
1. suppositorium : Suppositorium dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina
sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya
kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
2. jelly atau cream: Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke
dalam vagina dengan menggunakan suatu alat.Lama kerjanya kurang lebih 20
menit sampai 1 jam.
3. tablet busa : Sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu dicelupkan ke dalam
air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya
30-60 menit.
4. C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.

Cara Penggunaan:
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida. Pada penggunaan tablet vagina atau suppositoria

13
atau film adalah pertama melepaskan tablet suppositoria dari paket. Sambil berbaring
masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh ke dalam vagina. Kemudian tunggu 10-
15 menit sebelum memulai hubungan seksual. Pada penggunaan busa pertama kocok
tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan. Tempatkan kontainer dengan posisi ke
atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer, dan tekan aplikator untuk mengisi busa.
Sambil berbaring lakukan insersi aplikator kedalam vagina mendekati serviks. Dorong
sampai busa keluar. Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan dan
keringkan. Pada penggunaan krim, insersi krim kedalam aplikator sampai penuh,
masukkan kedalam vagina sampai mendekati serviks. Tekan alat pendorong sampai
krim keluar. Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan
infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan.(6)

4.KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah
perubahan drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia
dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi
estrogen dan progestin atau hanya progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi atau
implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. Pada
tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS menggunakan kontrasepsi oral untuk
mengendalikan kesuburannya.

4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)


Saat ini tersedia dalam bentuk oral, injeksi, transdermal-patch, dan cincin
transvaginal. Pil kontrasepsi oral merupakan kombinasi estrogen dan progestin (Pil,
Injeksi) atau hanya progestin (Injeksi, Implan, Pil). Pilihan kontrasepsi hormonal pria
telah dievaluasi dalam penelitian dengan subyek manusia serta dapat menjadi pilihan
di masa depan1. Kontrasepsi oral kombinasi (KOK) merupakan metode kontrasepsi
hormonal yang paling sering digunakan.(10)

Mekanisme Kerja: Cara kerja kontraseptif, KOK, bersifat multipel, tetapi efek yang
paling penting adalah mencegah ovulasi dengan menekan hypothalamic gonadotropin-

14
releasing factor. Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen
dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga
perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi.Di samping itu
progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH).Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium
yang belum siap untuk menerima implantasi. Selama siklus tanpa kehamilan, kadar
estrogen dan progesteron bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, menyebabkan terjadinya suatu mekanisme umpan balik (feedback).mula-
mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan sinyal kepada ovarium
untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon
lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat
bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga
akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu
pengaturan hormon releasing factors ofhypothalamus, membantu pertumbuhan dan
pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan
endometrium.Progesteron bekerja secara primer menekan dan melawan sinyal dari
hipotalamus sehingga mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari
ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium.

Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering
terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor
albus atau keputihan.Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut
kembung.Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan
dapat meningkatkan berat badan.Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan.Kepada
penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Selain efek
samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping
jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne, alopesia, kadang-
kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang

15
kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis
tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans (10)

Farmakologi: Di Amerika Serikat, estrogen yang digunakan untuk kontrasepsi adalah


ethinyl estradiol dan yang lebih jarang digunakan, 3-methyl ethernya, mestranol.
Hampir semua progestin yang tersedia saat ini merupakan turunan 19-nortestosterone,
namun ada satu yang turunan aldosteron. Walaupun progestin individual awalnya
dipilih karena potensi progestasionalnya, golongan ini sering dibandingkan
berdasarkan anggapan terhadap efek progestasionalnya, estrogenik, dan terutama
androgenik. Akan tetapi, dasar ilmiah bagi peresepan selektif seperti ini masih
kurang.(10)

Dosis: Kandungan estrogen dan progestin pada KOK telah dikurangi secara bermakna
untuk menurunkan efek samping terkait hormon. Saat ini, dosis terkecil yang dapat
diterima dibatasi oleh kemampuannya untuk mencegah kehamilan dan breakthrough
bleeding yang tidak diinginkan. Walaupun kandungan estrogen harian bervariasi dari
20 sampai 50 μg etinyl estradiol atau kurang. Jumlah progestin bervariasi dalam dua
cara. Dalam beberapa formulasi, dosis progstin tetap konstan selama siklus –
monofasik. Di satu sediaan, dosis progestin, dan di sediaan lainnya, dosis estrogen
bervariasi selama siklus- bifasik dan trifasik. Pil fasik dikembangkan untuk
menurunkan jumlah progestin total persiklus tanpa mengorbankan manfaat kontraseptif
atau kontrol siklus. Penurunan tersebut dicapai dengan diawali oleh progestin dosis
rendah dan ditingkatkan kemudian di siklus kontraseptif. Walaupun secara teori
penggunaan dosis progesteron total yang lebih rendah tersebut bermanfaat, namun
secara klinis tidak ditemukan manfaatnya.(10)

Pemberian: Dengan pengecualian satu sediaan, KOK diminum setiap hari selama
periode waktu tertentu (21 sampai 81 hari) dan kemudian dihentikan selama periode
waktu tertentu pula (4 sampai 7 hari) yang disebut “interval bebas pil”. Selama hari
bebas pil tersebut, diharapkan terjadi withdrawal bleeding. Satu tren dari pil estrogen
dosis rendah adalah dapat memperpendek interval bebas pil, yang tampaknya dapat
menurunkan terjadinya perdarahan intermenstrual.(10)

16
Cara pemakaian pil kombinasi:
Ada pil kombinasi dalam satu bungkus berisi 21 (atau 22) pil dan ada yang
berisi 28 pil. Pil yang berjumlah 21-22 diminum mulai dari hari ke-5 haid tiap hari satu
terus-menerus, dan kemudian berhenti jika isi bungkus habis; sebaiknya pil diminum
pada waktu tertentu, misalnya malam sebelum tidur. Beberapa hari setelah minum pil
dihentikan, biasanya terjadi withdrawl bleedingdan pil dalam bungkus kedua dimulai
pada hari ke-5 dari permulaan perdarahan. Apabila tidak terjadi withdrawl bleeding,
maka pil dalam bungkus kedua mulai diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus
pertama habis. Pil dalam bungkus 28 pil diminum tiap malam terus-menerus. Pada hari
pertama haid pil yang inaktif mulai diminum, dan dipilih pil menurut hari yang
ditentukan dalam bungkus. Keuntungan minum pil berjumlah 28 tablet ialah bahwa
karena pil ini diminum tiap hari terus-menerus, sehingga menghilangkan faktor
kelupaan. Jika lupa meminumnya, pil tersebut hendaknya diminum keesokan paginya,
sedang pil untuk hari tersebut diminum pada waktu yang biasa. Jika lupa minum pil 2
hari berturut-turut, dapat diminum 2 pil keesokan harinya dan 2 pil lusanya.
Selanjutnya, dalam hal demikian, dipergunakan cara kontrasepsi yang lain selama sisa
hari dari siklus yang bersangkutan. Demikian pula hendaknya jika mulai minum pil,
digunakan cara kontrasepsi lain selama sedikit-dikitnya 2 minggu. Petunjuk umum
untuk hal ini ialah anggaplah bungkus pertama belum aman. Sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan sediaan apus dan pemeriksaan mammae setahun sekali pada
pemakai pil.(9)

Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2).
Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi antara
lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol,
fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai kontrasepsi
tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.(10)

17
Tabel 2.5.4.1-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi(10)

Obat yang berinteraksi Efek merugikan


Asetaminofen dan aspirin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin menurunkan atau meningkatkan
efektivitas obat penenang dan fungsi
psikomotor
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral mengurangi efek hipoglikemik

Tabel 2.5.4.1-2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral(10)


Obat yang berinteraksi Efek yang merugikan
Alkohol Efek meningkat
Aminofilin Efek meningkat
Antidepresan Efek meningkat
Benzodiazepine Efektifitas zat penenang dan fungsi
psikomotor dapat meningkat atau
menurun
Beta bloker Efek penghambat meningkat
Kafein Efek meningkat
Kortikosteroid Toksisitas meningkat
Teofilin Efek meningkat

4.2 Kontrasepsi progestasional


4.2.1Progestin oral
Disebut minipil, merupakan kontrasepsi yang hanya mengandung progestin
yang dikonsumsi setiap hari. Berbeda dengan KOK, sediaan ini tidak dapat diandalkan
untuk menghambat ovulasi. Efektifitasnya lebih bergantung pada perubahan terhadap
mukus serviks dan perngaruh terhadap endometrium. Karena perubahan mukus tidak

18
bertahan lebih dari 24 jam, mini pil harus diminum pada waktu yang sama setiap hari
supaya efektifitasnya maksimal. Dapat menyebabkan insiden perdarahan ireguler yang
lebih tinggi dan angka kehamilan yang agak sedikit lebih tinggi daripada KOK.

Keuntungan: Efek minimal terhadap metabolisme / koagulasi, dan tidak


menyebabkan hipertensi. Mungkin ideal untuk beberapa wanita yang berisiko tinggi
mengalami komplikasi kardiovaskular. Minipil sering menjadi pilihan utama untuk ibu
menyusui, efektif 100% sampai 6 bulan dan tidak mengganggu produksi ASI.

Kerugian: Harus diberikan pada waktu yang sama atau hampir sama setiap
hari. Jika pil yang hanya mengandung progestin terlambat diberikan bahkan hanya 4
jam, maka kontrasepsi cadangan harus digunakan selama 48 jam berikutnya.
Kegagalan kontrasepsi dapat menyebabkan peningkatan relatif proporsi kehamilan
ektopik, kista ovarium fungsional, dan perdarahan uterus ireguler (amenorea,
metroragia, atau menoragia).

Kontraindikasi: Pada wanita yang mengalami perdarahan uterus yang tidak


jelas, diketahui menderita kanker payudara, tumor hati jinak atau ganas, kehamilan,
atau penyakit hati akut.

Cara pemakaian minipil:


Dapat digunakan setiap saat, bila menggunakannya setelah hari ke-5 siklus
haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja. Bila tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan
setiap saat asal diyakini sedang tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual
selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari. Bila menyusui
antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai
setiap saat. Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah haid, minipil dapat
dimulai pada hari 1-5 siklus haid. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
suntikan dan ingin mengganti dengan minipil, maka minipil dapat diberikan pada
jadwal suntikan berikutnya.Bila kontrasepsi sebelumnya kontrasepsi hormonal dan
ingin mengganti dengan minipil, maka minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid

19
dan tidak memerlukan metode lain. Bila kontrasepsi sebelumnya AKDR, minipil
diberiksan pada hari 1-5 siklus haid dan dilakukan pengangkatan AKDR.(6)

4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama dengan
hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest)
telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat
tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus serviks,
dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum.
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya
mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah
pemakaian, dan anovulasi yang lama setelah penghentian kontrasepsi. Pemulihan
kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka panjang
trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya
terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi
menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. Pada
pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan
penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan.
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas
bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan.
Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari.
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg,
tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

Cara penggunaan kontrasepsi suntikan:


Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3

20
injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan
setiap 12 minggu.(6)

4.2.3 Implan progestin


 Implan Levonorgestrel

Sistem Norplant menyediakan dalam 6 batang yang ditanam subdermal tetapi


penggunaannya merosot di AS setelah keributan hukum. Jadelle merupakan sistem 2
batang yang mirip dengan Norplant. Sediaan ini memberikan kontrasepsi yang sama
selama 3 tahun, namun karena hanya terdiri dari dua batang, maka dapat
memperpendek waktu pengangkatan implan secara signifikan.(10)

 Implan Etonogestrel

Implanon merupakan sebuah implan subdermal satu batang yang mengandung


68 mg progestin etonogestrel, dan dilapisi kopolimer ethylene vinyl acetate. Implan
ditempatkan di permukaan medial lengan atas 6-8 cm dari siku pada lekukan biseps
dalam 5 hari awitan menstruasi. Sediaan ini dapat digunakan sebagai kontrasepsi
selama 3 tahun dan kemudian diganti pada lengan yang sama atau lengan yang lain.(10)

Progestin dilepaskan secara terus-menerus untuk menekan ovulasi sebagai aksi


kontraseptif primer, walaupun penebalan mukus serviks dan atrofi endometrium
menambah manfaatnya. Kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan terjadi
dengan cepat. Ini merupakan metode yang sangat efektif, dan Croxatto dan
Makarainen melaporkan tidak terjadinya kehamilan dalam pengggunaannya selama
53.530 siklus. Implanon tidak bersifat radiopak, dan posisi implan yang salah dapat
diidentifikasi dengan sonoografi menggunakan transduser linear 10 – 15 MHz. Pada
beberapa kasus, magnetic resonance imaging dapat diperlukan.(10)

Efek samping yang paling sering dilaporkan sehingga dilakukan pengangkatan


adalah perdarahan yang memanjang dan sering, Kontraindikasi pemakaian implan
ENG sama dengan DMPA.(10)

21
5. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah
kehamilan, yang telah dikenal sejak dulu. Pada saat itu, masih banyak pendapat yang
bertentangan dengan kontrasepsi jenis ini karena dianggap sumber infeksi pada
panggul seperti salpingitis, endometritis, parametritis, dsb.
Tetapi sejak mulai ditemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.(9)

a.Lippes-Loop
b.Saf-T-Coil
c.Dana-Super
d.Copper-T(Gyne-T)
e.Copper-7 (Gravigard)
f.Multiload
g. Progesterone IUD

Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam
kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan
sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag
(fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering
timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi.
Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut.(9)
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang larut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion logam

22
tembaga (Cu)(7,8), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam
makin lama makin berkurang. (9)
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).(9)

Tipe-Tipe Alat Kontrasepsi dalam Rahim

Alat yang inert secara kimiawi terdiri dari material yang tidak dapat diserap,
paling sering polythylene, dan diisi dengan barium sulfat untuk radiopasitas. Alat yang
aktif secara kimiawi mempunyai elusi tembaga atau sebuah progestin yang terus-
menerus. Saat ini, hanya AKDRyang aktif secara kimia yang tersedia di AS. Sebagian
besar AKDR dibuat berbingkai, yang terdiri dari struktur rigid. AKDR yang
tidakberbingkai mempunyai angka ekspulsi yang lebih tinggi dan tidak digunakan di
AS. Alat tersebut mengandung sebuah benang dan dilekatkan ke fundus
miometrium.(10)

Dua AKDR yang aktif secara kimiawi yang saat ini disetujui penggunaannya di
AS mencakup alat pelepas progestin (Mirena). Alat tersebut melepaskan levonorgestrel
ke dalam uterus dengan angka yang relatif konstan yaitu 20 μg/hari, yang menurunkan
efek sistemik. Alat tersebut mempunyai bingkai radiopak berbentuk T, yang batangnya
dibungkus dengan reservoir silinder, terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-
levonorgestrel. Terdapat dua benang coklat yang menjuntai dan dilekatkan ke
batang.(10)

Alat kedua adalah AKDR T 380A (ParaGard, Duramed). Alat ini adalah sebuah
polyethylene dan barium sulfat, bingkai berbentuk T dengan tembaga. Secara spesifik
kawat tembaga halus sebesar 314 mm2 yang membungkus batang, dan masing-masing
lengan mempunyai gelang-gelang tembaga sebesar 33 mm2, jadi totalnya 380 mm2
tembaga. Dua benang terulur dari dasar batang. Benang tersebut semula berwarna biru,
sekarang berwarna putih.(10)

23
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena:(9)
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu
kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI

Kekurangan – kekurangan AKDR(9)


 Perdarahan spotting
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan
pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Komplikasi AKDR(9)
 Infeksi
Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang
subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi
pula kemudian. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus
segera dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula
dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan
laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR
yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak
mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.

24
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi
oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka
keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan dengan
AKDR in situ sedangkan benangnya masih terlihat, sebaiknya dikeluarkan
karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari
pada dibiarkan. Tetapi jika benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan
berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR(9)


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi
yang relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri

Yang termasuk kontraindikasi mutlakialah :


1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual) (8)
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak harmonis

Waktu Pemasangan AKDR(9)


AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung

25
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang
terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak hebat, perdarahan yang timbul akibat
pemasangan tidak banyak, kemungkinan pemasangan pada uterus yang sedang
hamil tidak ada.

 postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga
bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan
sama sekali dengan partus atau abortus.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum
karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu
keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
 postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan
kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum
AKDR dipasang.

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang


dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan
efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit serta AKDR yang dapat
keluar sendiri.

26
6. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan tidak
dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.(6)

6.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur
wanita untuk mencegah proses fertilisasi.(8) Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah
persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari
pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan
karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila
masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih
tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.

Keuntungan tubektomi ialah :


 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada

Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk tuba membuka kembali pada mereka yang masih menginginkan
anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela

27
 Syarat bahagia
 Syarat medik

Cara penutupan tuba:(9)


a. Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam
kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap.
Tidak dilakukan pemotongan tuba.

Gambar 6.1.a. Cara Madlener

b. Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya
terpisah satu dengan yang lain.

28
Gambar 6.1.b. Cara Pomeroy

c. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung
distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

Gambar 6.1.c. Cara Irving

29
 Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

 Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di
atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan
dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya,
mesosalping di daerah tersebut mengembang.lalu dibuat sayatan kecil di
daerah yang mengembang tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang
kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya
dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar
serosa. Luka sayatan dijahit.

Gambar 6.1.d. Cara Uchida


 Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini
diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah
proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong.

30
Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat
kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka
kegagalan 0,19%.

Gambar 6.1.e. Cara Kroener

6.2 Vasektomi
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara
seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di
Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional(9).
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya. Kontraindikasi sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan
dahulu.(9)

Tehnik vasektomi(9)
Adapun tehniknya berupa:
 Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan aseptik dan antiseptik,
kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokain. Anestesi dilakukan di kulit
skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan disekitar vas
deferens.

31
 Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin
dibawah kulit skrotum.
 Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas
deferens. Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan, vas deferens
dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat
 Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.
Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan
pasangannya setelah 6 hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12 kali
hubungan demi pengamanan(10).
Komplikasi vasektomi berupa infeksi pada sayatan, rasa nyeri atau sakit, terjadinya
hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.(9)
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal memotong vas
deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan sebelum
kantong seminalnya betul-betul kosong.(9)

32
BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.


Dan usaha–usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan
dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.Untuk
dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang cocok untuk mereka baik dalam
hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek
samping, dan kontraindikasi dari masing-masing alat atau obat tersebut dari para
penyelenggara KB tersebut. Tujuan dari program KB tersebut ialah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi
pada peningkatan Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan
keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada khususnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Azrul. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di


Indonesia. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2005.
2. Depkes RI. Pedoman Teknis Pemberian Profilaksis Injeksi Vitamin K1 pada
Bayi Baru Lahir di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Bina
Kesehatan Anak Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.2006.
3. Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
JNPKKR-POGI. Jakarta. 2007
4. Dwijayanti, Riski. Analisis Respon Masyarakat Desa terhadap Program KB
dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di desa Cihideung
Udik kabupaten Bogor. 2006.
5. BKKBN, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender, dan
Pembangunan Kependudukan, Jakarta. 2003
6. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua.
2006. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; MK1-81
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kontrasepsi. Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2013. P. 232-54.
8. World Health Organization. Family Planning/Contraception. Updated
December 2016. [Cited 2017July4] Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/
9. Affandi B. Albar E. Kontrasepsi dalam: Anwar M. Ilmu Kandungan. Edisi
ketiga. 2011. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 436-62.
10. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et
al. Contraception In: Williams Obstetrics 24th Ed. New York: McGraw-
Hill.p.695-724.

34

Anda mungkin juga menyukai