Anda di halaman 1dari 89

Basic and advanced

airway
management"

Ns. AGUS HARYANTO, S Kep


DISAJIKAN PADA WEBINAR UPDATE EMERGENCY IN CRITICAL CARE MANAGEMENT
DEWAN PENGURUS KOMISARIAT PPNI RSUD KEMAYORAN

TANGGAL 13 MEI 2023


CV
1. Peronal Data
Nama : Ns. Agus Haryanto, S Kep, SH
TTL : Bekasi, August 9th 1977
Alamat : Perwira Kec. Bekasi Utara , Kota Bekasi
e-Mail : haryantoagus121@yahoo.com
2. Riwayat Pendidikan
- Akper RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, tahun 1998
- Sarjana Keperawatan & Ners, STIKes Kesosi, 2006
- Sarjana Hukum, Universitas Bhayangkara, 2016
3. Institusi : RS Rawa Lumbu Bekasi
4. Organisasi : HIPERCCI (Ketua PP Hipercci)
5. Others :
- Tim Trainer/Fasilitator Pelatihan Hipercci
- Asesor Kompetensi ICU LSP Nakes Kemkes RI
- Tim Trainer/Fasilitator Satgas Covid Nasional
LATAR BELAKANG

Pengelolaan Jalan
Napas
Pengertian :
Membebaskan jalan
napas untuk menjamin
pertukaran gas secara
normal baik dengan
manual maupun
menggunakan alat.
INDIKASI MANAJEMEN JALAN
NAPAS

• Tanda ancaman gagal napas : napas cepat,


sesak sianosis, agitasi dan penggunaan otot
bantu napas.

• Pada kasus sumbatan jalan napas parsial :


Sangat cemas, terdengar suara Wheezing,
stridor menghilangkan sumbatan.

• Pada sumbatan total : pernapasan tidak akan


terdengar secara menyeluruh.
Tanda-tanda
kegawatan napas

Kegawatan napas dipengaruhi :


1. Parahnya sumbatan jalan
napas
2. Ada atau tidaknya upaya
napas
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas
tambahan) ,Pada pasien tidak sadar :
• Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal
lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan
pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa
endotrakeal.
• Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah
hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep,
pengisapan/suction.
• Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
Tanda klinis Penyebab
1. Tidak ada bunyi dan tidak 1. Hilangnya upaya napas akibat
ada retraksi. gangguan sentral primer, mis :
keracunan obat atau sekunder
mis : stadium lanjut sumbatan
jalan napas
2. Tidak ada bunyi napas tapi 2. Sumbatan jalan napas total
ada retraksi hebat dan atau hampir total tapi upaya
penggunaan otot napas napas masih ada.
tambahan.
3. Bunyi napas meningkat 3. Sumbatan jalan napas parsial
disertai retraksi dan peng disertai upaya napas
gunaan otot napas tambah
an.
4. Bunyi napas normal, gerakan 4. Napas normal
dada normal, tidak
menggunakan otot
tambahan dan tidak ada
retraksi
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

• Gelisah oleh karena hipoksia


• Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga)
• Gerak dada dan perut paradoksal
• Sianosis Meninggal
BASIC AIRWAY MANAGEMENT
Pembebasan jalan
napas tanpa alat

1. cross finger
• Teknik Cross Finger yaitu dengan
menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk yang disilangkan dan
menekan gigi atas dan bawah.
• Bila jalan nafas tersumbat karena
adanya benda asing dalam
rongga mulut dilakukan
Cont.. pembersihan manual dengan
sapuan jari.
• Kegagalan membuka nafas
dengan cara ini perlu dipikirkan
hal lain yaitu adanya sumbatan
jalan nafas di daerah faring atau
adanya henti nafas (apnea)
2. Sapuan jari (finger sweep)

• Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena


adanya benda asing pada rongga mulut belakang
atau hipofaring seperti gumpalan darah,
muntahan, benda asing lainnya sehingga
hembusan nafas hilang.
Tehnik sapuan jari :

• Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang


leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke
bawah bila otot rahang lemas
• Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan / kassa / kain untuk membersihkan rongga mulut
dengan gerakan menyapu.
Mempertahankan Jalan Napas

1) Tanpa alat
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal
• Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat
dagu)
• Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
• Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat
sudut rahang bawah)
MANUAL TECHNIQUES

• Head Tilt/Chin Lift


Penyebab paling umum dari obstruksi
adalah lidah.
MANUAL TECHNIQUES
Modify for suspected spinal injury:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
BODY POSITION
• Left or right lateral positioning of a patient
aids airway maintenance by allowing
fluids/vomitus to drain out
• Only to be used when spinal injury is NOT
suspected
• If spinal injury is suspected, the patient must
be secured solidly to a rigid board so that
the body can be turned to the side as a total
unit.
Pengelolaan jalan napas
dengan Alat

1. Oropharyngeal air way


2. Nasopharingeal airway
3. Endotracheal intubation
4. Crycothyrotomy
5. Tracheostomy
Oropharyngeal airway
Nama lain : - Mayo
- Guedel
• Memberikan fasilitas untuk suctioning
• Mencegah endotrakheal tergigit pasien
Oropharingeal airway

• Sekret, darah, muntahan dibersihkan dulu (


Suction )
• Hanya untuk pasien-pasien tak sadar
Komplikasi : - menimbulkan obstruksi
- dapat menstimulasi muntah
dan spasme laring
Ukuran Oropharyngeal airway

Orang dewasa :
Besar ukuran : 5
Medium ukuran : 4
Small ukuran : 3
Cara insersi : - dengan bantuan “tounge“ spatel
- dimasukan terbalik lalu diputar
perlahan-lahan .
Nasopharyngeal airway
• tube 🡪 tanpa cuff
dari plastik atau karet yang soft ( lunak )
• dipilih bila insersi oropharingeal 🡪 sulit.
oleh karena :
- trimus,
- trauma masif di mulut,
- interdental wiring
• Alat ini juga berguna :
🡪 pasien-pasien yang napas
spontan dan masih semiconscious
Nasopharyngeal airway

– Ukuran : dewasa : large 8-9


medium 7-8
Small 6-7
– Teknik insersi :
• Lubrikasi
• Masukan lewat lubang hidung dst

– Komplikasi : 🡹 masuk oesophagus 🡹 distensi gaster


• laryngospasm dan muntah
• perdarahan hidung
SUCTIONING
❖ Pasien dengan alat pada
jalan napas (ETT /
Tracheostomy)
❖ Tidak bisa batuk epektif
SUCTIONING....? ❖ Pengeluaran sekret dari
trachea harus dengan
cara aspirasi.
❖ Pasien Koma
INDICATION

Therapeutic Diagnostic
Suara napas kasar/Cracles
Ronchi
Terlihat sekresi pada jalan
napas
Penurunan saturasi oksigen
dan kadar PaO2
Therapeutic: Peningkatan kerja napas
Aspirasi
Pasien tidak mampu batuk
epektif
Meningkatnya PIP;
penurunan Vt saat dengan
ventilasi mekanik.
Gambaran X ray banyak
sekresi
Mempertahankan patensi
alat pada jalan napas
Continue…
Merangsang batuk
.
pulmonary atelectasis atau
konsolidasi karena retensi
sekret
Prosedur bronchoscopy
atau endoskopi.
Diagnostik :
Diperlukan sputum specimen / ETA (Endo Tracheal
Aspiration) untuk pemeriksaan bacteriologi atau
microbiologi atau sitology / Pengambilan spesimen
sputum
❖ Relatif :
▪ Kondisi klinis
KONTRA bertambah jelek
setelah tindakan.
INDIKASI ▪ Perdarahan aktif
❖ Tidak ada kontra
indikasi absolut
Hypoxia / hypoxemia
Tracheal and / or bronchial
mucosal trauma
Cardiac or respiratory arrest
Pulmonary hemorrage /
bleeding
Cardiac dysrhythmias
Pulmonary atelectasis
KOMPLIKASI Bronchoconstriction /
bronchospasm
Hypotension / hypertension
Elevated ICP
Interruption of mechanical
ventilation
Persiapan alat
Mesin/sumber Vaccum dan regulator
Stethoscope
Sarung tangan steril untuk open suction
Sarrung tangan bersih untuk suction
tertutup
Kateter steril
Gaun dan masker
Sterile normal saline
Ambu bag for preoxygenate the patient
Air steril untuk flushing.
TYPES OF SUCTIONING

OPEN SUCTION CLOSED SUCTION


Cont… Suctioning

Terbuka Tertutup
o 2 orang penolong ▪ 1 orang penolong
o Disposible cateter ▪ Cateter non disposible
o Lepas dari ventilator ▪Tidak lepas dari ventilator
Cara terbuka Cara tertutup

✔ Intubasi < 24 jam Produksi sekresi >>>>


✔Sekresi sedikit Sering suction
Cont… ✔Suction tidak Sekret campur darah
sering Pemakaian PEEP yg
tinggi
Indikasi Penurunan saturasi saat
pemilihan suction.
Resiko terjadi penularan (
kateter MRSA, TBC )
suction
1. Aseptik 2. Atraumatik 3. Acyanosis

■Alat steril Kateter masuk tidak ✔Dilakukan < 15


■Cara steril kasar. detik
Cont… ( standar
precaution )
Kateter sampai ujung ✔Kateter suction
karina dan ditarik 1-2 tidak menutup
cm. total ETT.
Dikeluarkan dengan ✔Oksigenisasi
Prinsip cara memutar. 100% sebelum
dan sesudah
Tekanan suction :
melakukan ■Bayi : 60-80 mmhg
tindakan.

suction ■Anak2 : 80-100mmhg

■Dewasa : 100 – 120

mmhg
Selama dan setelah melakukan
suctioning harus diikuti dengan
melakukan monitor terhadap :
Suara nafas
Saturasi oksigen
Frekuaensi dan pola nafas
Parameter hemodinamik(denyut
nadi rate, TD )
MONITORING Reflek batuk
ICP (jika tersedia dan diperlukan)
Sputum characteristics
(warna,jumlah, konsistensi)
Ventilator parameters (PIP, Vt &
FiO2)
ADVANCE AIRWAY MANAGEMENT
Endotracheal
intubasi
Indikasi pemasangan ETT

• Henti jantung dan sedang dilakukan


kompresi jantung luar
• Pasien-pasien dengan ventilasi yang tidak
adekkuat ( walaupun o.s. sadar )
• Melindungi airway ( koma, areflexia,
henti jantung )
• Tidak dapat diventilasi dengan adekuat
dengan cara-cara yang konvensional pada
pasien-pasien yang tidak sadar
Endotracheal intubasi

Pada pasien-pasien diatas 🡹 secepatnya intubasi


Keuntungan :
• perlindungan airway > adekuat airway lebih paten,
risiko aspirasi lebih rendah memungkinkan “
clearing airway “ > adekuat
• memungkinkan pemberian O2 dengan konsentrasi
tinggi
• bantuan ventilasi lebih adekuat ( volume tidak
terkontrol )
• dapat sebagai salah satu pilihan rute pemberian
obat-obatan
Komplikasi Intubasi

gigi patah
bibir laserasi
perdarahan
Hematom
Ruptur trachea
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Laringoskop 🡪 - periksa - lampu


- cara memasang blade
2 jenis Blade :
- Lengkung : macintosh
- Lurus ( Straight) :
(Miller, Wisconsin, Magil)
Laryngoscopes

Macintosh Blade Miller Blade


2. Endotracheal tube :

– pipa terbuka dikedua


ujungnya
– bagian proximal 🡪 konektor
– bagian distal🡪 cuff yg dapat
dikembangkan melalui
“ one way inflating valve “
– Ukuran : wanita 7 - 8 mm
(Orang Barat ),
laki-laki 8 - 8,5 mm ( Orang
Barat )

Sesuai dengan ID ( Internal


Diameter )
Saat sudah intubasi 🡪 tempat yg
tepat : 20-22 cm ( tanda ETT)
• Adult male
• 34 - 36 French or 8.0 - 8.5 mm ID
• (mm ID x 4) + 2 = French
• Usually no cuff on tubes < 6.5 mm

Tube sizes • Adult female


• 32 - 34 French or 7.5 - 8.0 mm ID
• Pediatric sizes (> 2 y.o.)
• 4.5 + (Age/4)
• Pediatric sizes (< 2 y.o.)
• As large as child’s little finger
Stylet :
– Membantu agar ETT dapat dibentuk sesuai kebutuhan
– Jangan lupa 🡹 lubrikasi

Alat-alat lain :
– Spuit 10 cc ( untuk mengembangkan cuff )
– Forceps Magill
– Lubrikant
– Suction unit
ALAT INTUBASI
TEKNIK INTUBASI :

– Siapkan dan periksa kembali alat-alat


yang tersedia
– Siapkan posisi kepala penderita
3 aksis : mulut, pharynx, trachea
Dalam 1 garis lurus agar visualisasi >
mudah
🡪 kepala ektensi dan leher flexi
Buka mulut dengan tangan kanan, mulai
masukkan blade dari kanan digeser ketengah
sisihkan lidah kekiri.
Cari epiglotis, insersikan tip 🡪 blade
di Vallecula 🡪 angkat ke anterior
Jangan gunakan gigi depan sebagai fulcrum
( tumpuan )
Setelah rimaglotis 🡪 terlihat insersikan ETT
Laryngoscopy Technique
Proses intubasi 🡪
jangan lebih dari 30 detik
( > baik < 15 detik )
64
Laryngoscopy:
Optimizing •Cormack-Lehane Scoring of Glottic View
Glottic View
Antara intubasi dan intubasi
( 🡪 berikan bantuan nafas )

66
~ 1.5 inches
or 3.81 cm

1 in =
2.54 cm
Endotracheal
Intubation
• Patient Positioning
– Goal
• Align the 3 planes of
view, so that
• The vocal cords are
most visible
– T - trachea
– P - Pharynx
– O - Oropharynx

From AHA PALS


68
69
Surgical Cricothyrotomy
– Indications
• absolute need for a definitive airway AND
– unable to perform ETT due for structural or anatomic reasons,
AND
– risk of not intubating is > than surgical airway risk
• OR
• absolute need for a definitive airway AND
– unable to clear an upper airway obstruction, AND
– multiple unsuccessful attempts at ETT, AND
– other methods of ventilation do not allow for effective
ventilation and respiration
Surgical Cricothyrotomy
– Contraindications (relative)
• No real demonstrated indication
• Risks > benefits
• Age < 8 years (some say 10)
• evidence of fx larynx or cricoid cartilage
• evidence of tracheal transection
Surgical Cricothyrotomy
– Tips
• Know your anatomy
• Short incision, avoid inferior trachea
• Incise, Do not saw
• Work quickly. Have a plan
• Be prepared with a backup plan
Alternative Airways

– Multi-Lumen Devices (CombiTube, PTLA)


– Laryngeal Mask Airway (LMA)
– Esophageal Obturator Airways (EOA, EGTA)
– Lighted Stylets
Pharyngeal Tracheal Lumen
Airway (PTLA)

From AMLS, NAEMT


Combitube®

From AMLS, NAEMT


Combitube®
– Indications
– Contraindications
• Height
• Gag reflex
• Ingestion of corrosive or volatile substances
• Hx of esophageal disease
Laryngeal Mask Airway (LMA)
– 🡹 Use in OR
– Gaining use in
out-of-hospital
– Not useful with high
airway pressure
– Not a replacement for
ETT
– Multiple models &
sizes
LMA
Laryngeal Mask Airway (LMA)
“Fastrach”
The ASA Difficult Airway Algorithm
Using the LMA
Esophageal Obturator Airway &
Esophageal Gastric Tube Airway

– Used less frequently today


– Increased complication rate
– Significant contraindications
– Better alternative airways are now available
Esophageal Gastric Tube Airway
(EGTA)

From AHA ACLS


Lighted Stylette

– Not yet widespread use


– expensive
– Another method of visual feedback re.
placement in trachea
Lighted Stylette
KESIMPULAN
1. Pengelolaan jalan napas/Airway Manajemen bertujuan
agar jalan napas bebas, sehingga terjaganya aliran
oksigen ke paru-paru.
2. Peran perawat dalam menentukan keberhasilan dalam
pengelolaan jalan napas ditentukan bagaimana
mengidentifikasi adanya gangguan jalan napas dan
melakukan Tindakan segera untuk pembebasan jalan
napas, sehingga dibutuhkan penguasaan kompetensi
pengelolaan jalan napas bagi setiap perawat.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai