Anda di halaman 1dari 55

AIRWAY & BREATHING

MANAGEMENT

Oleh
ARTOK
POKOK BAHASAN

1. Mengenal tanda sumbatan jalan nafas


2. Membuka jalan nafas tanpa alat
3. Membuka jalan nafas dengan alat
4. Memberikan bantuan oksigen

2
Pendahuluan
Gerakan inspirasi dan ekspirasi diatur oleh mekanisme
paru dan ventilasi normal yang memerlukan unsur-
unsur :

1. Jalan nafas bebas


2. Rongga thoraks (Dinding otot, tulang iga, rongga
pleura
3. Jaringan paru-alveoli
4. Otot nafas (diafragma dan intercostal)
5. Syaraf nafas (Nervus phrenicus dan intercostalis
6. Pusat nafas dan kesadaran (Medula oblongan dan
cortex

3
Penyebab Sumbatan Jalan Nafas

●Daerah yang sering mengalami sumbatan adalah


hipofarings
● Pada 1/3 kasus tidak sadar, rongga mulut tersumbat
selama ekspirasi krn 1)Palatum mole bertindak sbg
katub, 2)Kongestif 3) darah, 4)Lendir
●Penyebab lain sumbatan jalan nafas seperti
muntahan, darah
●Penyebab laringospasme  ransangan jalan nafas
atau pada pasien stupor dan koma dangkal
●Sumbatan jalan nafas bawah disebabkan oleh
broncospasme, sekresi broncus, aspirasi isi
lambung atau benda asing

4
Mengenali adanya sumbatan jalan nafas

Sumbatan jalan nafas pada pasien tdk sadar krn


hilangnya tonus otot tenggorokan  pangkal
lidah jatuh menyumbat farink dan epiglotis
menyumbat larink
Bila pasien msh bernafas  Sumbatan partial
1. Bunyi nafas stridor
2. Retraksi otot nafas tambahan
Bila pasien tdk bernafas, tanda diatas hilang

5
Bila Pasien dengan respirasi distres dan masih napas
spontan  berikan suplemen O2
Bila ventilasi tidak adekuat  berikan bantuan ventilasi

Tanda-tanda
Stridor
Cyanosis
Peningkatan aksesoris otot-otot pernapasan
Retraksi suprasternal, intercostal, epigastrik

Harus dianggap sbg obstruksi airway yang komplit

6
Tanda-tanda objektif

A. Lihat (look)
●Agistasi, kesadaran menurun, cianosis
●Retraksi dinding dada
●Penggunaan otot-otot asesorius

B. Dengar (Listen)
●Snoring
●Gurgling
●Stridor
c. Feel (raba)
● Posisi trakea

7
Tahap Dasar Membuka Jalan Nafas
Tanpa Alat
Finger swab atau Manuver heimlich

Chin lift + head tilt, bila tdk ada


trauma cervikal

Jaw trust, bila ada trauma cervikal

8
MEMBEBASKAN JALAN NAFAS

. BACK BLOW

HEIMLICH MANOUVER-
• ABDOMINAL TRUST
CHEST TRUST

PEMERIKSAAN JALAN NAFAS

10
Head Tilt Chin Lift

Jaw Thrust
11
Bila dengan cara-cara diatas
(tanpa alat) tidak berhasil


airway adjunct
(Dengan alat)

12
Airway adjunct

1. Oropharyngeal air way


2. Nasopharingeal airway
3. Endotracheal intubation
4. Crycothyrotomy
5. Tracheostomy

13
Oropharyngeal airway

Nama lain :- Mayo


- Guedel
• Memberikan fasilitas untuk suctioning
• Mencegah endotrakheal tergigit pasien
• Menahan pangkal lidah agar tdk jatuh

14
15
Cara Pemasangan
Sekret, darah, muntahan dibersihkan dulu (Suction)
Masukan alat dg ujung mengarah ke chefalad
Saat didorong masuk mendekati dinding belakang
faring alat diputar 180°
Ukuran alat dan penempatan yang tepat menghasilkan
bunyi napas yang nyaring pada auskultasi paru saat
dilakukan ventilasi
Pertahankan posisi kepala yang tepat setelah alat
terpasang

16
Teknik Insersi Oropharyngeal Airway

17
18
Indikasi
Hanya untuk pasien-pasien tak sadar

Komplikasi
Menimbulkan obstruksi
Dapat menstimulasi muntah dan spasme laring

Bahaya
Pemasangan yg salah akan mendorong lidah ke
belakang
Ukuran yg terlalu panjang akan menekan epiglotis dan
menutup rimaglotis akibatnya jalan nafas tertutup

19
Ukuran Oropharyngeal airway

Orang dewasa :
Besar ukuran : 5
Medium ukuran : 4
Small ukuran : 3

20
21
Nasopharyngeal airway
Tube  tanpa cuff
Terbuat dari plastik atau karet yang soft (lunak)
Dipilih bila insersi oropharingeal  sulit, oleh karena :
Trismus
Trauma masif di mulut
Interdental wiring
Alat ini juga berguna pasien-pasien yang napas spontan
dan masih semiconscious

22
23
Ukuran pada dewasa :
Large : 8 – 9
Medium : 7 – 8
Small :6–7

Teknik Insersi
1. Pilih alat dg ukuran yg tepat, lalu lumasi
2. Masukkan NPA secara halus dengan arah ke daun
telinga (menghindari sekat hidung yang dapat berdarah
bila terkena).
3. Apabila airway tidak dapat dimasukkan pada salah
satu lubang hidung, coba lagi lubang hidung yang
sebelahnya. Jangan memaksa NPA jika tidak bisa
masuk.
4. NPA berhasil, apabila suara mengorok sudah
menghilang.

24
Cara memilih ukuran

Besarnya (diameter) harus ± sama dengan kelingking


penderita.
Panjangnya dapat diukur dengan cara
Diukur dari pangkal hidung penderita ke ujung daun
telinga.
Jika terlalu panjang, udara akan mengalir ke lambung
dan bukan paru-paru sehingga akan menyebabkan
lambung menjadi kembung (distensi lambung).

25
TEKNIK INSERSI NASOPHARYNGEAL AIRWAY

26
Endotracheal intubasi

Pada pasien-pasien diatas  secepatnya intubasi


Keuntungan :
• perlindungan airway > adekuat airway lebih
paten, risiko aspirasi lebih rendah
memungkinkan “ clearing airway “ > adekuat
• memungkinkan pemberian O2 dengan
konsentrasi tinggi
• bantuan ventilasi lebih adekuat ( volume tidak
terkontrol )
• dapat sebagai salahsatu pilihan rute pemberian
obat-obatan
27
Indikasi pemasangan ETT

• Henti jantung dan sedang dilakukan


kompresi jantung luar
• Pasien-pasien dengan ventilasi yang tidak
adekkuat ( walaupun o.s. sadar )
• Melindungi airway ( koma, areflexia,
henti jantung )
• Tidak dapat diventilasi dengan adekuat
dengan cara-cara yang konvensional pada
pasien-pasien yang tidak sadar
28
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Laringoskop  - periksa lampu


- cara memasang blade

2 jenis Blade :
- Lengkung : macintosh
- Lurus ( Straight) :
(Miller, Wisconsin, Magil)

29
Laringoskop
Blade Lengkung

Laringoskop
Blade Lurus
30
Endotracheal tube :

Pipa terbuka dikedua ujungnya


Bagian proximal  konektor
Bagian distal cuff yg dapat
dikembangkan melalui “ one way inflating
valve “
Ukuran : wanita 7 - 8 mm (Orang Barat ),
laki-laki 8 - 8,5 mm ( Orang Barat )
Saat sudah intubasi  tempat yg tepat :
20-22 cm ( tanda ETT)

31
32
33
Stylet
Membantu agar ETT dapat dibentuk sesuai kebutuhan
Jangan lupa  lubrikasi

Alat-alat lain :
1. Spuit 10 cc (untuk mengembangkan cuff)
2. Forceps Magill
3. Lubrikant
4. Suction unit
5. Stetoskop
6. Bantal
7. Plaster dan gunting
34
35
36
TEKNIK INTUBASI :

1. Siapkan dan periksa kembali alat-alat yang tersedia


2. Siapkan posisi kepala penderita (3 aksis : mulut,
pharynx, trachea dalam 1 garis lurus agar
visualisasi > mudah  kepala ektensi dan leher
flexi
3. Lakukan hiperventilasi minimal 30 dtk sambil
melakukan sellick manuver
4. Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah cuff
5. Letakan bantal setinggi  10 cm di oksiput dan
pertahankan kepala tetap ekstensi
6. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut
dan faring

37
7. Buka mulut dg cross finger dan tangan kiri memegang
laringoskop
8. Masukan blade menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan
lidah ke sebelah kiri. Masukan blade hingga mencapai
dasar lidah
9. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dg kemiringan
30o-40o, jangan sampai menggunakan gigi sbg tumpuan
10. Bila pita suara terlihat, masukan ETT sambil perhatikan
bag proksimal dari cuff ETT melewati pita suara  1-2 cm
atau pada orang dewasa kedalaman ETT 19-23 cm
11. Lakukan ventilasi dg bagging dan lakukan auskultasi
mulai dari lambung, kemudian paru kanan dan kiri, sambil
melihat pengembangan dada
12. Bila terdengar suara gargling pada lambung dan dada
tdk mengembang, lepaskan ETT dan lakukan
hiperventilasi selama 30 detik, ulangi intubasi

38
13. Kembangkan balon Cuff dgn spuit 20 cc dg volume
secukupnya, hingga tdk terdengar lagi suara kebocoran
udara dari mulut pasien saat dilakukan ventilasi
14. Lakukan fiksasi ETT dengan plaster agar tidak
terdorong atau tercabut
15. Pasang orofaringeal tube untuk mencegah pasien
mengigit ETT jika mulai sadar
16. Lakukan ventilasi terus dg oksigen 100% (aliran 10-12
mL/menit)

39
40
Proses intubasi 
jangan lebih dari 30 detik
( > baik < 15 detik )
41
Antara intubasi dan intubasi
(  berikan bantuan nafas )

42
Hindari intubasi
bronchial

Paru-paru kanan saja

periksa suara nafas


43
Komplikasi Intubasi

 gigi patah
 bibir laserasi
 perdarahan
 Hematom
 Ruptur trachea
44
Setiap setelah insersi pharyngeal airway
(Oro/naso) periksa respirasi

nafas ( - )

Bantuan nafas ( positive pressure )

alat mouth to mouth to nose

45
VENTILASI

• Resusitasi  sinkron dengan kompresi


jantung luar
• Bantuan Ventilasi : 12 - 15 x / menit
Volume tidal 10-15 cc/kg BB
Gunakan O2 100 %

46
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
1. MULUT KE MULUT
- CARA YANG PALING SEDERHANA
- TIDAK TERSEDIA ALAT LAIN

KEKURANGAN =
- PENYAKIT
- POTENSIAL KONTAK CAIRAN
TUBUH
- OKSIGEN YANG DIBERIKAN 15 – 16 %
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
2. MULUT KE MASKER (
POCKET MASK )

- OKSIGEN 15 – 16 %
- HIPERINFLASI PARU
- DISTENSI GASTER = MUNTAH
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
3. NASAL KANUL

- FLOW = 2 – 4 LPM
- KONSENTRASI = 24 – 32 %
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
4. MASKER SEDERHANA

- FLOW = 6-8 LPM


- KONSENTRASI = 60-80 %
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
5. MASKER NRM

- FLOW = 8-10 LPM


- KONSENTRASI = 80-100 %
CARA PEMBERIAN
6.
OKSIGEN
BVM
- BISA TANPA OKSIGEN = KONSENTRASI 21 %
- BILA DENGAN OKSIGEN = KONSENTRASI
60 %
- BILA DENGAN OKSIGEN + RESERVOAR =
KONSENTRASI 100 %
- TIDAK BISA PADA PASIEN YANG BERNAFAS
SPONTAN
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
7. JECSOON REES
- KONSENTRASI 100 %
- HARUS ADA SUMBER OKSIGEN
- BALON TIDAK BOLEH BOCOR
CARA PEMBERIAN
OKSIGEN
8. VENTILATOR
- OKSIGENASI TINGKAT LANJUT
- PERLU TENAGA AHLI
55

Anda mungkin juga menyukai