Anda di halaman 1dari 12

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN ENDOTRACHEAL
TUBE (ETT)

BESSE WALINONO
14420192129
 
1. Pengertian

 Adalah suatu tindakan memasukan pipa khusus ke dalam saluran


pernafasan melalui Trachea.
2. Tujuan dan indikasi

 Untuk menegakkan patensi jalan napas

 Indikasi
1. Kebutuhan akan ventilasi mekanik
2. Kebutuhan akan hiegine pulmoner
3. Kumungkinan aspirasi
4. Kemungkinan obstruksi jalan napas bagian atas
5. Pemberian anastesi
3. Persiapan alat

 Endotrakeal (ET) tube dalam berbagai ukuran.


 Stylet(sejenis kawat yangdimasukkan kedalam kateter atau kanula
dan menjaga kanula tersebut agar tetap kaku/tegak)
 Laringoskop, bengkok dan berujung lurus.
 Forsep macgill ( hanya untuk intubasi nasotrakeal )
 Jelli

 Spuit 10 cc
 Jalan napas orofaringeal
 Resusitasi bag dengan adafter dan masker yang dihubungkan dengan
Persiapan Alat

 tabung oksigen dan flowmeter. • Peralatan penghisap lendir


 Kanul penghisap dengan sarung tangan. • Ujung penghisap tonsil Yankauer.
 Plester 1 cm.. • Ventilator atau set oksigen.
 Restrain. • Mesin monitor jantung/ EKG.
 Stetoscope. • Ambubag / Bag valf mask /Bagging
 Alat resusitasi jantung paru
4 Prosedur

 Ingatkan ahli terapi pernapasan, dan siapkan alat ventilator atau set oksigen seperti
yang dianjurkan oleh dokter.
 Jelaskan prosedur pada pasien, jika mungkin. Pasang restrain jika diperlukan.
 Yakinkan bahwa pasien mendapat terapi intravena yang stabil.
 Tempatkan peralatan henti jantung disi tempat tidur.
 Periksa untuk meyakinkan bahwa peralatan penghisap (suction) dan ambubag
sudah tersedia dan berfungsi dengan baik, hubungkan ujung penghisap Yankauer
dan sumbernya.
 Jika pasien tidak dalam monitor jantung, hubungkan pada monitor atau EKG.
Prosedur

 Pidahkan alas kepala dan tempatka pasien sedekat mungkin dengan


bagian atas tempat tidur. Pasien harus dalam posisi sniffing, leher dalam
keadaan fleksi dengan kepala ekstensi. Hal ini dapat dicapai dengan
menempatkan 2-4 inchi alas kepala di leher belakang bagian bawah.
 Siapkan ET tube, dan kembangkan manset/balonnya untuk mengetahui
adanya kebocoran dan pengembangan yang simetris.
 Basahi ujung distal dari ET tube dengan jeli anestetik.
 Masukkan stylet ke dalam tube, yakinkan untuk tidak menonjol keluar
dari ujung ET tube.
Prosedur

 Persiapkan untuk memberikan obat-obatan intravena (suksinil-kholin atau diazepam).


 Pegang ET tube dengan bagian probe dan stylet pada tempatnya, laringoskop , jalan napas
orofaringeal ke arah dokter.
 Setelah ET tube pada tempatnya, kembangkan manset dengan isi yang minimal sebagai
berikut : Selama inspirasi (bag resusitasi manual / ventilator), masukan dengan perlahan
udara ke garis manset. Tahan manset yang sudah dikembangkan selama siklus ekspirasi –>
Ulangi dengan perlahan pengembangan manset selama siklus inspirasi tambahan –> Akhiri
mengembangkan manset bila kebocoran sudah terhenti.
 Lakukan penghisapan dan ventilasi.
 Untuk memeriksa posisi ET tube, ventilasi dengan bag dan lakukan auskultasi bunyi napas.
Observasi penyimpangan bilateral dada.
Prosedur

 Fiksasi ETT pada tempatnya dengan langkah sebagai berikut: Bagi pasien dengan intubasi
oral yang bergigi lengmanset, ( jika jalan napas oral-faringeal yang digunakan, ini harus
dipendekkan sehinggga tidak masuk kedalam faring posterior) –> Bagi dua lembar plester,
sebuah dengan panjang hampir 20-24 cm dan yang lain sekitar 14-16 cm (cukup untuk
mengelilingi kepala pasien dan melingkari sekitar ETT beberapa waktu) –> Letakkkan
plester dengan panjang 20-24 cm pada daerah yang rata, tegakkan sisinya keatas, dan
balikkan kearah plester dengan panjang 14-16 cm –> Oleskan kapur harus pada daerah
sekitar mulut –> Tempatkan plester disamping leher pasien — > Letakkan satu ujung
plester menyilang diatas bibir, kemudian ujungnya mengitari ETT pada titik kearah mulut
–> Letakkan ujung yang lain dibawah bibir bawah menyilang dagu, kemudian ujungnya
mengitari ETT pada titik masuk ke mulut –> Lakukan auskultasi dada bilateral.
5. Tindak Lanjut

 Pastikan bahwa ETT telah terfiksasi dengan baik dan pasien mendapatkan
ventilasi yang adekuat.
 Kaji sumber oksigen atau ventilator.
 Instruksikan untuk melakukan rontgen dada portable untuk memeriksa letak
ETT
 Yakinkan dan beri srasa nyaman pasien.
6. Kontraindikasi

 Tidak ada kontraindikasi yang absolut ; namun demikian edema jalan napas bagian atas
yang buruk / fraktur dari wajah dan leher dapat memungkinkan dilakukannya intubasi
7. Komplikasi

 Memar, laserasi, dan abrasi


 Perdarahn hidung (dengan intubasi nasotrakeal)
 Obstruksi jalan napas (herniasi manset, tube kaku)
 Sinusitis (dengan nasotrakeal tube)
 Ruptur trakeal
 Fistula trakeoesofageal.
 Muntah dengan aspirasi, gigi copot atau rusak
 Distrimia jantung.

Anda mungkin juga menyukai