Anda di halaman 1dari 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)

Oleh :

Besse Walinono, S.Kep


14420192129

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019/2020
SOP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)

I. Definisi WSD
a. Merupakan selang dada yang di insersi untuk mengeluarkan udara dan cairan dari ruang
pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang pleura, dan membentuk
kembali tekanan yang normal pada intrapleura dan intrapulmonal (Detten_meier,1992)
b. Adalah sebuah kateter yang diinsersi melalui thoraks untuk mengeluarkan udara dan
cairan.
c. Suatu selang drainage intra pelural yang digunakan setelah intratorakal
d. WSD adalah suatu system drainage yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari
cavum pleura.
e. Water sealed drainge (WSD) juga diartikan pipa khusus( kateter urine) yang steril
dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit. Setelah
pembedahan dada dan trauma dada

II. Indikasi
1. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
2. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
3. Efusi pleura
4. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery
5. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic)
Pneumothoraks adalah pengumpalan darah / gas lain didalam ruang pleura. Gas
menyebabkanparu menjadi kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negative
intra pleura dan suatu tekanan (counterpressure) yang diberikan untuk melawan paru,
yang kemudian tidak mampu untuk mengembang.
6. Hemothoraks
Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan didalam rongga pleura diantara rongga
perietaldan pleura visceral, biasanya merupakan akibat trauma. Hemothoraks
menghasilkan tekanan (counterpressure)dan mencegah paru berekspansi penuh.
Hemopneumothoraks
7. Chylothoraks
8. Empyema

III. Tujuan Pemasangan WSD


1. Untuk mengeluarkan cairan dan udara dari rongga pleura
2. Sebagai drainege pasca pembedahan dada dan trauma dada
3. Mengembangkan paru kembali dengan sempurna
4. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura

IV. Macam-Macam WSD


1. Sistem botol tunggal (Gambar A)
Sistem drainage tertutup yang paling sederhana, untuk
pengumpul dan segel air dari drainase yang yang
berjumlah kecil (seperti pada emfisema : kumpulan
cairan/pus yang terinfeksi di ruang pleura). Chest tube dari
pasein dihubungkan dengan pipa penghubung, Botol
berfungsi sebagai water seal sekaligus sebagai
penampung sehingga udara dan cairan dapat mengalir ke
botol penampung namun udara tidak dapat masuk
kembali ke rongga pleura.

2. Sistem 2 botol (Gambar B)


Sistem ini botol kedua sebagai water seal.ini terdiri dari
botol pertama sebagai penampung yang
memungkinkan cairan mengalir ke dalam botol
pengumpul dan udara mengalir kedalam botol segel
air. System ini merupakan pengukuran drainase dada
yang lebih akurat, digunakan saat jumlah drainase lebih
banyak. Keuntungannya adalah pengaliran cairan dari
rongga pleura tidak mempengaruhi jumlah cairan yang
terdapat dalam water seal. Dapat dihubungkan
dengan suction control pada saluran pembuangan udara yang terdapat pada water seal.

3. Sistem 3 botol (Gambar C)


WSD tiga botol ini merupakan
system drainage yang bersifat
tradisional. Sistem ini terdiri dari botol
pertama sebagai penampung , botol
kedua sebagai water seal dan botol
ketiga sebagai suction control ,
tekanan dikontrol dengan manometer.
WSD modern lebih dikenal dengan portable CDU (Chest Drainage Unit) atau pleurevac
lebih sederhana, ringan, kecil, portable dan merupakan disposable unit

4. Sistem sekali pakai


Unit plastic cetakan satu lapis yang menduplikasi system 3 botol.
Note :
Pada botol water seal, diisi dengan air steril setinggi 2 cm H 2O, apabila terdapat udara
dalam rongga pleura maka pada ruang/botol ini akan terdapat gelembung-gelembung
udara . Pada botol suction, diisi dengan air steril setinggi 20 cm H 2O (atau sesuai advis
dokter) kemudian hubungkan botol ini dengan mesin suction

V. Lokasi Pemasangan WSD


Lokasi pemasangan chest tube :
1. Untuk mengeluarkan udara
 Lokasi : ruangan intercostal ke-2 atau ke-3, pada bagian anterior, daerah apex paru,
mid clavicula atau mid axillary line
Note : ingat 3A (anterior, apex, air)
2. Untuk mengeluarkan cairan
 Lokasi ruang intercostal ke-5 atau ke-6, pada bagian posterior, daerah basal paru, mid
clavicula atau mid axillary line
Note : ingat 3B (back, basal, blood)
VI. Cara Pemasangan WSD
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris
anterior dan media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari
melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.
5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada
7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
VII. Mekanisme Kerja WSD
Pada saat inspirasi tekanan dalam paru lebih kecil dibandingkan tekanan dalam
WSD Sehingga paru dapat mengembang. Pada saat ekspirasi tekanan dalam paru lebih
besar dibandingkan dengan tekanan yang ada dalam WSD sehingga menyebabkan
cairan/udara dalam paru mendesak keluar menuju tekanan lebih rendah dari cairan / udara
tersebut masuk ke dalam botol penampung WSD

Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi


Atmosfir 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

VIII. Prosedur Perawatan WS


a. Persiapan alat
- 1 set angkat jahitan - Klem selang/Kocher 2 buah
- Kasa steril dalam tromol - Botol WSD steril berisi larutan
- Korentang steril sublimat 1 0/00 sampai pipa drain
- Plester dan gunting lebih kurang 2 ½ cm
- Piala ginjal - Selang steril sebagai penyambung
- Alcohol 70 % antara botol WSD dengan drain
- Bensin, Vaselin salf - Iodine solution 10 %
b. Langkah-langkah :
1. Memberitahu dan menjelaskan pasien tentang prosedur yang kan dilakukan
2. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur
3. Melepaskan pakaian pasien bagian atas
4. Membantu pasien dalam posisi duduk atau ½ duduk sesuai dengan kemampuan pasien.
5. Perawat mencuci tangan
6. Membuka set angkat jahitan dan meletakkan pada set tempat yang mudah terjangkau
oleh perawat.
7. Pasang perlak di bawah luka pasien
8. Pasang sarung tangan
9. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan kotor dimasukkan ke kantong balutan
kotor, bekas plester dibersihkan dengan bensin bila perlu balutan dalam diangkat
menggunakan pinset
10. Mendesinfektasi sekitar drain alcohol 70 %
11. Jaga drain supaya tidak tertarik / tercabut dan slang / penyambung tak terlepas, sehingga
udara tidak masuk kedalam rongga thorak
12. Observasi krepitasi kulit sekitar drain
13. Rawat luka dengan NaCL 0,9 % lalu keringkan
14. Menutup sekitar drain dengan kasa steril yang sudah digunting tengahnya kemudian
diplester
15. Memasang slang penyambung yang sudah disediakan pada pipa botol WSD yang baru,
kemudian ujung slang ditutup kasa steril
16. Drain yang dipasang diklem dengan kocher
17. Melepaskan sambungan slang botol dari drain
18. Ujung drain dibersihkan dengan alcohol 70 % kemudian drain dihubungkan dengan slang
menyambung botol WSD yang baru
19. Melepaskan kocher dari drain
20. Mengobservasi:
a. Apakah paru-paru tidak mengembang;
b. Apakah ada penyumbatan pada slang kerena ada darah atau kotoran lain;
c. Keluhan pasien dan tanda-tanda vital, gejala cyanosis, tanda-tanda pendarahan dan
dada terasa tertekan;
d. Apakah ada krepitasi pada kulit sekitar drain;
e. Melatih pasien untuk bernafas dalam dan batuk;
f. Menganjurkan pasien untuk sesering mungkin menarik nafas dalam;
g. Sebelum drain dicabut, pasien dianjurkan menerik nafas dalam, drian segera
dicabut. Luka bekas drain ditutup dengan kasa steril yang sudah diolesi vaselin
steril, kemudian diplester.itu artinya no water seal dan dapat menyebabkan paru
kolaps, Bila > 2cmH2o maka memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara, Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti
respirasi dapat disebabkan karena tertekuk, ada bekuan darah atau perubsahan chest
tube
h. Pantau fluktuasi gelembung udara pada water eal , bila < 2cm H2o
21. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi
yang menyenangkan
22. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
23. Perawat mencuci tangan
24. Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan keperawatan
IX. Komplikasi
1. Laserasi, mencederai organ ( hepar, lien )
2. Perdarahan
3. Empisema subkutis.
4. Tube terlepas
5. Infeksi
6. Tube tersumbat.
7. Trauma paru
8. Bronkopleural fistula
X. Evaluasi
1. Apabila selang tersumbat
 No stripping dan milking karena dapat menyebabkan tekanan intrathorax yang
meningkat dan nyeri.
 Tekanan intratorakal yang meningkat dapat menyebabkan:
a. Kerusakan membran paru
b. Meningkatkan tekanan arteri pulmonal.
c. Mempengaruhi injection dari ventrikel
 Apabila terjadi sumbatan, diluruskan selang dan drainage system dan posisikan
lebih rendah dari posisi dada untuk memberikan gaya gravitasi yang membantu
sumbatan tersebut mengalir.
 Bila tidak teratasi, sebaiknya laporkan ke dokter.
2. Apabila selang terlepas dari sambungannya, segera tutup menggunakan kasa steril dan
segera laporkan ke dokter.
3. Apabila bubbling bertambah.
a. Terlebih dahulu cek kondisi seluruh drainage system untuk memastikan tidak ada
kebocoran.
b. Cek lokasi insersi chest tube untuk mengetahui adanya lubang atau terlepasnya jahitan
yang membuat udara masuk.
c. Apabila tidak ditemukan adanya kebocoran berarti bahwa pneumothorax belum
teratasi.
XI. Indikasi pelepasan WSD
1. Produksi cairan , 50 cc/hr
2. Bubbling sudah tidak ditemukan
3. Pernafasan pasien normal.
4. 1-3 hr post cardiac surgery
5. 2-6 hr post thoracic surgery
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya
cairan atau udara pada rongga intr pleura.
DAFTAR PUSTAKA
Buku kompetensi II. 2006. Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan (maternitas, medical
bedah, & anak), tidak dipublikasikan. Surabaya : STIKES Hang Tuah
Potter & Perry. 1997. Fundamentals of Nursing 3Th ed. The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia-New York : Lippincott
Hudak&Gallo.1997. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Vol.1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai