Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan Chest-Tube (pipa dada) adalah
suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema
atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pneumotoraks.
Bedanya tindakan WSD dengan tindakan punksi atau thorakosintesis adalah pemasangan kateter /
selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan dengan suatu botol penampung.
Pemasangan WSD ini dengan indikasi sebagai berikut ;
Pneumothorak , Hemothoraks , Efusi pleura , Empiema
Dengan tujuan pemasangan yaitu , Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga
pleura , Untuk mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura , Untuk mengembangkan
kembali paru yang kolaps dan kolaps sebagian , Untuk mencegah reflux drainase kembali ke
dalam rongga dada .
B. Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah yang di jelaskan pada makalah ini, sebagai berikut:
1. Apa definisi dari Water Seal Drainage ( WSD ) ?
2. Apa Indikasi pemasangan WSD ?
3. Apa tujuan dari pemasangan WSD ?
4.
Bagaimana penatalaksanaannya ?
5. Apa Asuhan Keperawatan yang diberikan ?
C. Tujuan
Tujuan yang di inginkan dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian/definisi WSD.
2.
Untuk mengetahui indikasi pemasangan WSD.
3.
Untuk mengetahui tujuan pemasangan WSD.
4.
Untuk mengetahui penatalaksanaan klien dengan WSD.
5.
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan seperti apa yang akan diberikan pada klien dengan
WSD.
BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Klien dengan Water Sealed Drainage (WSD)
A. Water Sealed Drainage (WSD)
Mekanisme pernapasan normal bekerja dengan prinsip tekanan negative. Tekanan di dalam rongga
paru lebih rendah dari pada tekanan pada atmosfer, yang akan mendorong udara masuk ke dalam
paru selama inspirasi. Ketika rongga dada terbuka, untuk beberapa alasan, akan menyebabkan
paru kehilangan tekanan negative yang berakibat pada kolapsnya paru. Pengumpulan udara, cairan
atau substansi lain di dalam rongga paru dapat mengganggu fungsi kardiopulmonal dan bahkan
menyebabkan paru kolaps. Substansi patologik yang terkumpul dalam rongga pleura dapat berupa
fibrin, bekuan darah, cairan(cairan serous, darah, pus) dan gas. Tindakan pembedahan pada dada

hampir selalu menyebabkan pneumotoraks. Udara dan cairan yang terkumpul dalam rongga
intrapleura dapat membatasi ekspansi paru dan mengurangi pertukaran gas. Setelah tindakan
operasi, perlu mengevakuasi dan mempertahankan tekanan negative dalam ruangan pleura.
Dengan demikian selama dan segera setelah pembedahan toraks, kateter dada diletakkan secara
strategis pada ruangan pleura, dijahit pada kulit dan dihubungkan dengan alat drainase untuk
mengeluarkan sisa udara atau cairan dari ruangan pleura maupun mediastinum.
WSD merupakan pipa khusus yang dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau
klem penjepit bedah.
Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan Chest-Tube (pipa dada)
adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan maksud untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura.
Penyulit pemasangan WSD adalah perdarahan dan infeksi atau super infeksi. Oleh karena itu pada
pemasangan WSD harus diperhatikan anatomi pembuluh darah interkostalis dan harus
diperhatikan sterilitas.

Pada trauma toraks WSD dapat berarti :


1.
Diagnostik
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu
operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shok.
2. Terapi
Mengeluarkan darah,cairan atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan
rongga pleura sehingga "mechanic of breathing", dapat kembali seperti yang seharusnya.
3.
Preventive
Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanic of breathing"
tetap baik.
B. Ada beberapa jenis sistem WSD :
1.
Single Bottle Water Seal System
Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke dalam satu botol yang memungkinkan
udara dan cairan mengalir dari rongga pleura tetapi tidak mengijinkan udara maupun cairan
kembali ke dalam rongga dada. Secara fungsional, drainase tergantung pada gaya gravitasi dan
mekanisme pernafasan, oleh karena itu botol harus diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah cairan
di dalam botol meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit keluar dari rongga dada,
dengan demikian memerlukan suction untuk mengeluarkannya. Sistem satu botol digunakan pada
kasus pneumothoraks sederhana sehingga hanya membutuhkan gaya gravitasi saja untuk
mengeluarkan isi pleura. Water seal dan penampung drainage digabung pada satu botol dengan
menggunakan katup udara. Katup udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam
botol yang dapat menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya
menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan botol dapat mengurangi
daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
Keuntungan :

Penyusunan sederhana
Memudahkan untuk mobilisasi pasien
Kerugian :
Saat melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar dari ekspansi dada untuk
mengeluarkan cairan / udara
Untuk terjadinya aliran kebotol, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan dalam botol
Kesulitan untuk mendrainage udara dan cairan secara bersamaan.

2. Two Bottle System


System ini terdiri dari botol water-seal ditambah botol penampung cairan. Drainase sama dengan
system satu botol, kecuali ketika cairan pleura terkumpul, underwater seal system tidak
terpengaruh oleh volume drainase. Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing
berfungsi sebagai water seal dan penampung. Botol pertama adalah penampung drainage yang
berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi sebagai water seal yang dapat
mencegan peningkatan tekanan dalam penampung sehingga drainage dada dapat dikeluarkan
secara optimal. Dengan sistem ini jumlah drainage dapat diukur secara tepat.
Keuntungan :
Mampu mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan
Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage yang keluar dengan
baik
Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama .
Kerugian :
Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi kebocoran udara.

3. Three Bottle System


Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol jumlah cairan suction yang
digunakan. Sistem tiga botol menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai
penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika drainage yang
ingin, dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan tekanan
sebesar 20 cmH20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena dengan mesin penghisap dapat
diatur tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai
tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak mempengaruhi botol "water seal". Udara
dapat keluar dari rongga intrapelura akibat tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumbervacuum. Botol kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki rongga
pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan. Botol tersebut merupakan botol tertutup yang
mempunyai katup atmosferik atau tabung manometer yang berfungsi untuk mengatur dan

mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.


Keuntungan :
Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan
Kerugian :
Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada pada perakitan dan
pemeliharaan
Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi

System drainase selang dada


Sistem
Keuntungan
Kerugian
Satu Botol
Mempertahankan water seal pada tingkat konstan. Memungkinkan observasi dan pengukuran
crainase yang lebih baik
Saat drainase dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara
dan cairan pleura keluar dari dada masuk ke botol.
Campuran darah darinase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi
garis pengukuran drainase. Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
Dua Botol
Mempertahankan water seal pada tingkat konstan. Memungkinkan observasi dan pengukuran
crainase yang lebih baik
Menambah area mati pada system drainase yang mempunyai potensial untuk masuk ke dalam area
pleural Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol Mempunyai
batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya kebocoran pleural
Tiga Botol
System paling aman untuk mengatur penghisapan

Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan
pemeliharaan
Unit water seal -sekali pakai
Plastic dan tidak mudah pecah seperti botol
Mahal
Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainase bila unit terbalik
Flutter valve
Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik Kurang satu ruang untuk
mengisis Tak ada masalah dengan penguapan air Penurunan kadar kebisingan
Mahal
Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intrapleural karena tak ada
fluktuasi air pada ruang water seal
Screw valve
Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik Kurang satu ruang untuk
mengisis Tak ada masalah dengan penguapan air Penurunan kadar kebisingan
Mahal
Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intrapleural karena tak ada
fluktuasi air pada ruang water seal
Katup sempit membatasi jumlah volume yang dapat diatasinya, tidak efisien untuk kebocoran
udara pleural besar

Calibrated spring mechanism


Sama dengan diatas Mampu mengatasi volume besar
Mahal
Tempat insersi slang WSD :
Untuk pengeluaran udara dilakukan pada intercostals 2-3 garis midclavicula
Untuk pengeluaran cairan dilakukan pada intercostals 7-8-9 mid aksilaris line/dorsal axillar
line
C.

Indikasi Pemasangan WSD

Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah suatu penumpukan dada diantara pleura viseralis dan parietalis yang
menyebabkan rongga pleura sebenarnya, bukan rongga pleura potensial. ( Ward, dkk. 2006 )
Pneumothoraks adalah kumpulan udara atau gas lain di rongga pleura yang menyebabkan paru
kolaps. ( Kozier & Erb. 2003 )
Hemothoraks
Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan di rongga pleura, biasanya akibat trauma atau
pembedahan.( Kozier & Erb. 2003 )
Efusi pleura.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga pleura
( Irman Somantri, 2008 )
Empiema
Empiema adalah keadaan terkumpulnya pus di dalam rongga pleura. Pus dapat mengisi satu lokasi
pleura atau mengisi seluruh rongga pleura. ( Muttaqin. 2008 )
Kontra Indikasi pemasangan WSD :
Infeksi pada tempat pemasangan
Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
D. Tujuan Pemasangan
1.
Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura
2.
Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
3.
Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( reflux drainage) yang dapat
menyebabkan pneumotoraks
4.
Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan
tekanan negatif pada intra pleura.
E.
1.

Tempat Pemasangan
Apikal
Letak selang pada ICS 3 mid klavikula
Dimasukkan secara antero lateral
Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

2.

Basal
Letak selang pada ICS 5-6 atau ICS 8-9 mid axilaris
Fungsi: untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

Indikasi pelepasan WSD

o Produksi cairan <50 cc/hari


o Bubling sudah tidak ditemukan
o Pernafasan pasien normal
o 1-3 hari post cardiac surgery
o 2-6 hari post thoracic surgery
o Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan atau
udara pada rongga intra pleura
Teknik pemasangan :
1.
Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin setengah duduk, bila tidak
mungkin dapat juga penderita tiduran dengan sedikit miring ke sisi yang sehat.
2.
Ditentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila kanan sela iga (s.i) VII atau VIII, kalau kiri
di s.i VIII atau IX linea aksilaris posterior atau kira-kira sama tinggi dengan sela iga dari angulus
inferius skapulae. Bila di dada bagian depan dipilih s.i II di garis midklavikuler kanan atau kiri.

3.
Ditentukan kira-kira tebal dinding toraks.
4.
Secara steril diberi tanda pada slang WSD dari lobang terakhir slang WSD tebal dinding
toraks (misalnya dengan ikatan benang).
5.
Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptik.
6. Tutup dengan duk steril
7.
Daerah tempat masuk slang WSD dan sekitarnya dianestesi setempat secara infiltrate dan
"block".

8.
9.

Insisi kulit subkutis dan otot dada ditengah s.i.


Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura.

10. Dengan klem arteri lurus lobang diperlebar secara tumpul.


11. Slang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke rongga pleura (sedikit dengan
tekanan).

12.
13.
14.
15.

Fiksasi slang WSD sesuai dengan tanda pada slang WSD.


Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.
Slang WSD disambung dengan botol SD steril.
Bila mungkin dengan continous suction dengan tekanan -24 sampai -32 cmH20.

F. Penatalaksanaan
1.
Memberi Posisi
Posisi yang ideal adalah semi fowler. Untuk meningkatkan evakuasi udara dan cairan, posisi
pasien diubah setiap dua jam. Pasien diperlihatkan bagaimana menyokong dinding dada dekat sisi
pemasangan selang dada. Didorong untuk batuk, napas dalam, dan ambulasi. Pemberin obat nyeri
sebelum latihan akan menurunkan nyeri dan meningkatkan ekspansi paru-paru.
2.
Mempertahankan Kepatenan Sistem
Komplikasi paling serius dari selang dada adalah tension penumotoraks. Bila tidak diatasi akan
mengancam kehidupan. Tension pneumotoraks terjdi bila udara masuk ke ruang pleura selama
inspirasi, tetapi tidak dapat keluar selama eskpirasi. Proses ini terjadi bila ada obstruksi pada seang
sistem drainase dada. Semakin banyak udara terjebak dalam ruang pleura, tekanan meningkat
sampai paru-paru kolaps, dan jaringan lunak dalam dada tertekan.
3.
Memantau Drainase
Perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah drainase. Gunakan pulpen untuk menandai tingkat
sistem drainase pada akhir tugas jaga. Waspada tehadap perubahan tiba-tiba jumlah drainase.

Peningkatan tiba-tiba menunjukkan pendarahan atau adanya pembukaan kembali obstruksi selang.
Penurunan tiba-tiba menunjukkan obstruksi selang atau kegagalan selang dada atau sistem
drainase.
G. Komplikasi
- Perdarahan intercosta
- Empisema
- Kerusakan pada saraf interkosta, vena, arteri
- Pneumothoraks kambuhan
- Nyeri akan terasa setelah efek dari obat bius lokal habis, terutama 12-48 jam setelah insersi.
Setelah 24 jam pasien dapat menyesuaikan diri dan dapat diatasi dengan analgetik.
- Robeknya pleura, terutama apabila terjadi perlengketan pleura. Keadaan ini akan menyebabkan
fistula bronkopleura. Kateter juga dapat salah masuk, yakni ke bawah diafragma atau di bawah
jaringan subkutan. Efek sampingan ini didapat apabila menggunakan trokar.
- Dengan kateter yang steril dan dengan drain yang terpasang baik, maka infeksi jarang terjadi.
Akan tetapi apabila drain tersumbat, maka sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu bila jumlah
cairan yang keluar di bawah 50 cc, maka drain harus dicabut dari rongga pleura, oleh kateter
selain cairan sudah tidak ada, juga mudah menyebabkan terjadinya infeksi.( Tabrani Rab. 1996 ).

H. Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
1.
Sirkulasi
Takikardi, irama jantung tidak teratur (disaritmia)
Suara jantung III, IV, galop/ gagal jantung sekunder
Hipertensi/ hipotensi
2.
Respirasi
Subyektif :
Riwayat setelah pembedahan dada, trauma
Riwayat penyakit kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru
Kesulitan bernapas
Batuk :
Obyektif :
Takipnea
Peningkatan kerja napas, penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi interkostal
Fremitus fokal
Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetriz
Kulit sianosis, pucat, krepitasi subkutan
3.
Pengetahuan
Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi Tb, CA
Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan
4.
Nyeri/Kenyamanan
Subyektif :
Nyeri dada sebelah
Serangan tiba-tiba
Nyeri bertambah saat bernafas
Obyektif :
Wajah meringis , Perubahan tingkah laku.
b.
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan rasa nyaman-nyeri b.d pemasangan selang dada.
b.
Injuri, potensial terjadi trauma/hypoksia b.d Pemasangan alat WSD , Kurangnya
pengetahuan tentang WSD.
c.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kemungkinan terjadi tension
pneumothoraks sekunder terhadap sumbatan pada selang dada
d.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan selang dada.
c.
Intervensi Keperawatan
Dx : Gangguan rasa nyaman-nyeri b.d pemasangan selang dada.
Kriteria hasil :

a.
Otot wajah rileks
b.
Nyeri berkurang
c.
Sedikit menggunakan analgetik
d.
Peningkatan volume inspirasi pada spirometer insentif
1.
Ubah posisi dari berbaring terlentang menjadi posisi miring ke sisi yang tidak sakit secara
bergantian setiap 2 jam. Hindari penempatan pasien sisi yang terkena , bantu klien melakukan
ambulansi sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Ubah posisi dari berbaring terlentang menjadi posisi miring ke sisi yang tidak sakit
secara bergantian setiap 2 jam. Hindari penempatan pasien sisi yang terkena , untuk menjaga agar
tidak terjadi cidera.
2.
Pantau :
Tekanan darah, nadi dan pernafasan setiap 4 jam.
Intensitas nyeri
Tingkat kesadaran
Rasional : Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan.
3.
Berikan obat analgesik jika dibutuhkan dan evaluasi keefektifannya. Berikan obat analgesik
sesuai dengan nyeri yang dirasakan pasien.
Rasional : Pasien yang paling dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah pengalaman yang
subjektif. Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih hebat.
4.
Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman.
Rasional : Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman untuk mengurangi penekanan dan
mencegah otot-otot tegang membantu menurunkan rasa tidak nyaman.
5.
Berikan kompres es atau kompres panas (jika tidak ada kontraindikasi). Hindarkan kompres
panas untuk luka dan insisi baru.
Rasional : Dingin mencegah pembengkakan. Panas melemaskan otot-otot dan pembuluh darah
berdilatasi untuk meningkatkan sirkulasi.
6. Ajarkan pasien teknik bernapas berirama untuk nyeri yang ringan sampai sedang.
Rasional : Distraksi mengganggu stimulus nyeri dengan mengurangi rasa nyeri.
Dx : Injuri, potensial terjadi trauma/hypoksia b.d Pemasangan alat WSD , Kurangnya pengetahuan
tentang WSD.
Kriteria Hasil : - Mengenal tanda-tanda komplikasi
- Pencegahan lingkungan/bahaya fisik lingkungan
1.
Review dengan pasien akan tujuan/fungsi drainage, catat/perhatikan tujuan yang penting
dalam penyelamatan jiwa.
Rasional : Informasi tentang kerja WSD akan mengurangi kecemasan.
2.
Fiksasi kateter thoraks pada dinding dada dan sisakan panjang kateter agar pasien dapat
bergerak atau tidak terganggu pergerakannya.
Rasional : Mencegah lepasnya kateter dan mengurangi nyeri akibat terpasangnya kateter dada
3.
Monitor insersi kateter pada dinding dada, perhatikan keadaan kulit di sekitar kateter
drainage. Ganti dressing dengan kassa steril setiap kali diperlukan.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan kulit seperti infeksi, erosi jaringan sedini mungkin.
4.
Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari tekanan, misalnya

tertindih tubuh.
Rasional : Mengurangi resiko obstruksi drain atau lepasnya sambungan selang.
Dx : Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kemungkinan terjadi tension
pneumothoraks sekunder terhadap sumbatan pada selang dada.
Kriteria Hasil :
Bunyi napas bersih pada kedua paru
Tidak sesak napas
Frekuensi napas 12-24 kali per menit
Trakea tetap pada garis tengah
Ekspansi dada simetris
1.
Pantau :
Status pernapasan (Apendiks A), setiap 1 jam selama 8 jam pertama, kemudian 4 jam sekali
apabila kondisinya stabil.
Adanya nyeri setiap 2-4 jam sekali
Hasil foto rontgen dan hasil AGD
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi perkembangan kearah kemajuan atau
penyimpangan dari hasil pasien.
2.
Monitor sistem drainase selang dada setiap kali mengkaji pasien :
Amati sambungan selang, warna, dan jumlah dari cairan yang keuar dan tinggi cairan di
botol.
Lihat fluktuasi cairan dalam selang drainase pada saat pasien inhalasi dan ekshalasi.
Yakinkan botol penampung cukup terjamin dari ancaman pecah.
Rasional : Amati sambungan selang, warna, dan jumlah dari cairan yang keuar
dan tinggi cairan di botol.
3.
Pastikan sambungan-sambungan selang terjamin aman dan diplester. Intervensi sesuai
dengan data spesifik
Rasional : Plester pada sambungan menolong mencegah terlepasnya sambungan.
Untuk mengurangi resiko komplikasi, hal ini sangat penting untuk membedakan
data-data, yang merupakan indikasi fungsi normal dan data yang menunjukkan
indikasi fungsi tidak normal
4.
Pertahankan saluran drainase dan perlengkapannya agar selalu berada lebih rendah dari
pasien.
Rasional : Cairan dari WSD dapat terhisap kembali kedalam dada pada waktu
pasien inspirasi apabila botol terletak/berada sejajar atau lebih tinggi dari dada
pasien.
5.
Ganti sistem WSD bila botol penampung penuh atau jika ada bagian yang pecah.
Rasional : Sistem WSD yang penuh, menghalangi penegluaran cairan dan udara
lebih lanjut dari rongga pleura.
6.
Konsul dokter segera apabila timbul tanda-tanda kegagalan napas yang menetap atau
keadaan pasien memburuk.
Rasional : Konsul dokter segera apabila timbul tanda-tanda kegagalan napas yang
menetap atau keadaan pasien memburuk.
Dx : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan selang

dada.
Kriteria Hasil :
- Suhu 37oC
- Luka sembuh setelah selang dada diangkat
1.
Pantau
Keadaan luka sewaktu mengganti balutan.
Suhu setiap 4 jam sekali.
Keadaan balutan pada setiap akhir pergantian shift.
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi adanya proses kemajuan atau
penyimpangan dari hasil pasien.
2.
Berikan antibiotik sesuai anjuran dan evaluasi keefektifannya. Atur jadwal pengobatan yang
telah ditentukan sehingga kadar obat dalam darah dipertahankan
Rasional : Antibiotik sering digunakan untuk pencegahan infeksi. Keefektifan
terapi yang diberikan secara maksimal dapat dijamin baik bila kadar obat dalam
darah konstan dan interaksi yang merugikan dari penggunaan obat-obatan dapat
dicegah.
3.
Konsul dokter apabila hal-hal berikut di bawah ini terjadi :
Suhu 38,3oC atau lebih
Kemerahan, peningkatan nyeri tekan, dan drainase dari luka
Rasional : Hal ini merupakan gejala-gejala infeksi. Pemeriksaan kultur membantu
mengidentifikasi organisme penyebab sehingga terapi antibiotika yang cocok
dapat ditentukan.
4.
Perkuat balutan di dada jika akan lepas. Bila balutan menjadi basah karena cairan drainase,
gantilah dengan balutan yang baru dengan teknik steril mintalah bantuan perawat yang lain.
Rasional : Balutan yang kuat dan kedap udara pada tempat pemasangan selang,
harus selalu dipelihara untuk mencegah paru-paru kolaps dan mengurangi
terjadinya emfisema subkutan (terdapatnya udara pada jaringan subkutan).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah tindakan pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
merupakan suatu tindakan untuk mengalirkan udara, cairan secara bertahap dari rongga pleura,
dengan cara memasukkan pipa/ selang WSD atau suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam
rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura,
seperti misalnya pus pada empisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam
rongga pleura, misalnya pneumotoraks. Bedanya dengan tindakan torakosentesis adalah kateter
dipasang pada dinding toraks dalam waktu yang lama dan dihubungkan dengan suatu botol
penampung.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Tamsuri, Anas. 2008. Klien dengan Gangguan Pernapasan. Jakarta: EGC
Ward, Jeremy P.T dkk. 2006. At a Glance Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga
http://healthyroom.weebly.com
http://history.amedd.army.mil/booksdocs/wwii/thoracicsurgerycolI/chapter9figure31
http://drsagiran.files.wordpress.com/2008/08/picture9.jpg

Anda mungkin juga menyukai