Oleh:
Pembimbing
BANJARMASIN
Mei, 2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………….. 1
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………………. 3
JOURNAL READING…………………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….. 37
2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
dari dua macam, yaitu pleura parietalis dan pleura visceralis. Pleura parietalis
melapisi dinding dada dan diafragma dari dalam, sedangkan pleura visceralis
lapisan tersebut meluncur satu sama lain tanpa adanya gesekan. Di dalam rongga
pleura ini terbentuk suatu tekanan negatif yang dapat menyebabkan udara
mengalir dari tekanan positif atmosfer masuk ke paru-paru. Saat inspirasi, tekanan
tertarik ke arah yang berbeda. Saat ekspirasi, tekanan di dalam rongga pleura dan
rongga paru meningkat sampai melebihi tekanan atmosfer, sehingga udara dapat
3
Chest tube digunakan saat tekanan negatif di dalam rongga paru mulai
berubah menjadi bertekanan positif. Ketika udara atau cairan masuk ke dalam
rongga pleura, paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna. Chest tube
digunakan untuk menyedot cairan dan udara di dalam rongga pleura dan
Beberapa hal penting yang dijadikan target pemasangan chest tube yang
adekuat adalah:
2. Mencegah cairan dan udara yang sudah disedot agar tidak kembali ke rongga
pleura
mengembang kembali.
2. Mempunyai “katup satu arah ” untuk mencegah cairan dan udara kembali ke
paru
3. Didesain agar sistem drainase berada di bawah level paru sehingga dapat
Teknik Pemasangan
Selang chest tube berukuran 20 inchi (six-foot) agar pasien lebih leluasa jika
harus bergeser dan bergerak, tanpa harus membebani chest tube. Hal ini juga
4
bertujuan untuk mencegah drainase tertarik kembali ke dalam paru-paru setelah
napas yang dalam. Secara umum, ukuran diameter chest tube dikelompokkan
terjadi jika kita tidak mengetahui anatomi thoraks dan mempunyai pengalaman
yang baik. Ada tiga metode yang digunakan dalam tube thoracostomy, yaitu
teknik blunt dissection, teknik Seldinger, dan dengan menggunakan trocar. Teknik
guide wire, kemudian nantinya akan dilakukan dilatasi melalui guide wire. Jika
ingin menggunakan trocar, kita harus berhati-hati agar tidak terjadi penetrasi paru-
sebagai daerah untuk insersi chest tube. Area ini ditandai oleh batas anterior
musculus latissimus dorsi, batas lateral dari musculus pectoralis mayor, superior
dari garis horizontal yang sejajar dengan puting, dan dengan apex di bawah axilla.
Sebagian besar dokter bedah melakukan pemasangan chest tube pada ICS IV atau
5
V pada anterior axillary atau mid-axillary line karena pada daerah ini, lapisan
dalam otot intercostal tipis, kecuali pada bagian yang ada neurovascular bundles-
nya. Untuk menghindari cedera pada neurovascular bundles, chest tube diinsersi
letak apeks, daerah alternatif untuk pemasangan chest tube adalah pada ICS I
dekat scapula.2,5-7
Triangle of safety
dissection:
1. Posisikan pasien supine atau 45o (menurunkan risiko elevasi diafragma dan
malposisi chest tube ke rongga abdomen) dengan posisi tangan pada sisi yang
akan dipasang chest tube diletakkan di belakang kepala (abduksi dan rotasi
eksternal)
6
3. Lakukan tindakan septik dan antiseptik pada daerah pemasangan dengan
6. Lakukan insisi pada daerah yang telah ditentukan, sejajar dengan costa
arteri, kemudian lakukan fiksasi dengan jahitan dan ditutup dengan dressing
transparan
Chest tube yang tepat masuk ke dalam rongga pleura dapat ditandai dengan
hal berikut:
7
3. Keluarnya cairan dari rongga pleura
Cara Kerja3,8
di bawah air, sedangkan yang satu lagi (selang pendek ) diletakkan di tutup botol
atmosfer. Selang yang berada di bawah air dihubungkan dengan chest tube,
menciptakan suatu “katup satu arah” yang memungkinkan udara dan cairan keluar
dari dalam paru, dan sebaliknya mencegah udara dan cairan masuk kembali ke
dalam paru (water seal). Udara yang keluar dari paru ditandai dengan gelembung
udara yang terlihat di dalam air, dan selanjutnya udara akan keluar melalui selang
8
Sistem satu botol merupakan kombinasi dari water seal dan fluid
collection bottle. Jika cairan didrainase dari paru ke dalam botol, maka level air di
dalam botol akan meningkat dan selang akan terendam air lebih dalam dari 2 cm.
Semakin tinggi level air di dalam botol, semakin besar tekanan yang ada bagi
udara di dalam paru untuk keluar melewati air di dalam botol. Secara teori,
masalah tersebut dapat diatasi dengan cara mengeluarkan cairan yang didrainase.
Oleh karena itu, sistem drainase satu botol lebih efektif jika hanya digunakan
satu botol. Botol pertama berfungsi sebagai penampung cairan yang didrainase,
sedangkan botol yang kedua tidak akan terganggu dan berfungsi sebagai water
seal yang berisi air dengan ketinggian tetap 2 cm. Dengan cara ini, proses
9
Sistem drainase satu botol maupun dua botol bergantung pada gaya
gravitasi sehingga udara dan cairan dapat keluar dari dalam paru. Oleh karena itu,
sistem drainase diletakkan di bawah level dada pasien agar bekerja efektif. Tetapi,
ketika terjadi kebocoran udara yang besar ke dalam rongga pleura, drainase tidak
akan cukup dilakukan hanya dengan bantuan gaya gravitasi, sehingga perlu
pengeluaran udara dari dalam rongga pleura. Botol ketiga ini berfungsi untuk
paru-paru (suction control bottle). Hal ini berkaitan dengan seberapa dalam selang
botol suction terendam dalam air, misalnya jika selang berada pada kedalaman 20
cm air, suction maksimum yang dapat diberikan pada pasien adalah -20cmH2O.
meningkatkan perbedaan tekanan antara rongga pleura dan sistem drainase, maka
suction perlu diatur secara tepat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan
10
terhadap pasien. Jika tekanan suction terlalu tinggi, komplikasi dapat terjadi
Indikasi4,7
2. Tension pneumothorax
3. Hemothorax
4. Hemopneumothorax
5. Chylothorax
6. Efusi pleura
7. Empyema
8. Akumulasi cairan dan udara post operasi, contohnya setelah bedah jantung
atau thoracotomy
11
Kontraindikasi2,4,9
3. Hemothorax masif
5. Emphysematous blebs
Jika beberapa kondisi tersebut terjadi dan pasien stabil, kita dapat
dengan komplikasi yang dapat terjadi, dengan catatan bahwa pasien harus
Komplikasi5
Meskipun chest tube mempunyai manfaat yang besar dalam kasus bedah
thoraks, beberapa komplikasi juga dapat ditemukan pada pemasangan chest tube
2. Drainase terhambat
5. Emfisema subkutan
12
6. Cedera saraf
- Horner’s syndrome
- Ulnar neuropathy
- Cedera jantung
8. Residual pneumothorax
9. Perforasi esophageal
10. Fistula
- Bronchocutaneous
- Pleurocutaneous
14. Chylothorax
15. Infeksi
respiratory rate (RR), pernapasannya, suara napas, dan SpO2 setiap 2 jam sekali.
13
Perhatikan daerah insersi dan drainase yang keluar, sistem drainase juga harus
selalu terletak di bawah level paru-paru. Chest tube tidak boleh tersumbat atau
bengkok.
Harus diwaspadai jika drainase yang didapat dari paru-paru berjumlah >250
ml darah atau sekitar >500 ml cairan dalam waktu satu jam, atau jika > 1,5 liter
cairan didrainase dalam waktu 24 jam. Terlalu banyak darah yang keluar menjadi
1. Cairan atau udara yang didrainase sedikit atau tidak ada lagi
oleh karena itu pasien diminta untuk menahan napas dan melakukan maneuver
Valsava (misalnya dengan cara ekhalasi dengan glottis tertutup) agar udara tidak
Pada post
pelepasan chest tube, chest x-ray harus dilakukan untuk mengetahui
kondisi paru-paru pasien. Assesment kondisi dan keadaan klinis pasien, apabila
kondisi pasien memburuk, lakukan lagi chest x-ray. Monitor tanda-tanda vital
(HR, SpO2, RR, dan BP) dan setiap 1 jam selama 4 jam post pelepasan.
14
BAB II
JOURNAL READING
untuk tujuan mengeringkan udara atau cairan yang terkumpul di rongga pleura.
lini pertama untuk pneumotoraks spontan pada pasien yang tidak berventilasi dan
lubang besar mungkin berguna untuk kebocoran udara yang sangat besar, serta uji
coba pasca-tidak efektif dengan drainase dengan lubang kecil. Pemasangan chest
tube harus dipandu oleh pencitraan, baik ultrasonografi samping tempat tidur atau,
yang lebih jarang, computed tomography. Teknik yang disebut trocar harus
dihindari. Sebagai gantinya, diseksi tumpul (untuk tabung >24F) atau teknik
drainase: katup flutter, segel bawah air, sistem elektronik atau, untuk kateter
pleura yang menetap (IPC), botol vakum. Sistem drainase tiga botol klasik
(yang pertama tidak direkomendasikan secara rutin kecuali yang terakhir tidak
15
efektif). Waktu optimal untuk pelepasan tabung masih menjadi kontroversi;
yang terinformasi dan bijaksana di area tersebut. Tes penjepitan saluran sebelum
penarikan tabung umumnya tidak dianjurkan. Nyeri, penyumbatan saluran air, dan
pelepasan yang tidak disengaja adalah komplikasi umum dari saluran air kecil;
komplikasi yang paling ditakuti termasuk cedera organ, hemotoraks, infeksi, dan
re-ekspansi edema paru. IPC merupakan terapi paliatif lini pertama efusi pleura
Pendahuluan
umum dalam praktek klinis sehari-hari yang dilakukan untuk mengalirkan cairan,
darah, atau udara dari rongga pleura. Ini juga berfungsi sebagai rute untuk
rumit dan empiema). Di sisi lain, indwelling pleural catheters (IPC) menjadi terapi
paliatif lini pertama untuk efusi pleura jinak yang simtomatik dan persisten.
thoracostomy dan IPC yang dipandu gambar setiap tahun untuk akreditasi
16
Indikasi pemasangan drainase dada interkostal yang paling umum termasuk
samping tempat tidur, dan setelah operasi kardio-toraks atau prosedur torakoskopi
untuk memungkinkan ekspansi paru yang tepat. Selain itu, IPC memberikan
bantuan gejala pada pasien dengan efusi maligna besar, efusi jinak yang resisten
terhadap terapi medis, efusi yang gagal mengikuti upaya pleurodesis, dan efusi
Chylothorax∥
Postoperatively
Thoracoscopy
17
Type of intercostal drain Indication
Symptomatic malignant effusion after a failed
pleurodesis
Symptomatic malignant effusion with
unexpandable lung
Symptomatic benign effusion resistant to medical
therapy**
1,5-2 atau dengan jumlah trombosit <50.000 / µL) dan akses instrumental ke
rongga pleura tanpa panduan gambar pada pasien dengan adhesi pleuro-paru yang
substansial atau multilokulasi. Pemasangan chest tube di atas area kulit yang
Ada banyak jenis chest tube atau kateter, tetapi pada dasarnya mereka
tersedia secara komersial terbuat dari bahan yang berbeda, termasuk polivinil
klorida, polietilen, dan silikon. Mereka bisa lurus, miring, atau melingkar di
ujungnya ("ekor babi"). Mereka berisi sejumlah lubang di sepanjang sisi dan
ujung, dan semuanya memiliki garis radiopak dengan celah yang berfungsi untuk
Diameter internal dan panjang tabung dada menentukan laju aliran udara atau
persamaan Fanning (gas). Ukuran chest tube mengacu pada diameter luarnya dan
18
diberikan dalam “French” (F) atau “Charrière” (Ch), dengan 1F sesuai dengan
sepertiga milimeter. Jadi, tabung 12F berdiameter 4 mm. Ukuran chest tube
biasanya berkisar antara 8F dan 36F (Gambar 1). Perbedaan umum dibuat antara
tabung dada lubang kecil (SBCT) dan tabung dada lubang besar (LBCT), tetapi
ukuran ambang batas untuk menetapkan kategorisasi ini ditetapkan pada 14F atau
20F7,8. Untuk tujuan tinjauan ini, SBCT didefinisikan sebagai 14F atau kurang,
dan LBCT lebih besar dari 14F, kecuali dinyatakan lain. Dalam kategorisasi ini,
Ukuran chest tube yang optimal untuk pengelolaan penyakit pleura masih menjadi
pneumotoraks dan efusi yang bersifat ganas atau menular (termasuk empiema)
SBCT biasanya memadai, meskipun ada kekurangan data uji coba secara acak.
19
Namun, uji coba terkontrol acak Intervensi Terapi dalam Efusi Malignant
pleurodesis yang lebih tinggi daripada tabung dada 24F (30% vs. 24%) pada 100
pasien dengan efusi ganas, menunjukkan bahwa ukuran tabung dada penting
untuk kemanjuran pleurodesis12. Selain itu, meskipun tabung dada yang lebih
kecil menghasilkan rasa sakit yang jauh lebih sedikit daripada yang lebih besar,
perbedaannya mungkin tidak signifikan secara klinis (rata-rata skala analog visual
direkomendasikan dalam situasi berikut: (1) ada kekhawatiran klinis akan adanya
kebocoran udara yang sedang berlangsung (atau risiko yang signifikan, seperti
Setelah chest tube dipasang, chest drainage system (CDS) dipasang. Pada
dasarnya ada empat jenis CDS: katup Heimlich satu arah, sistem tiga wadah
analog, CDS digital atau elektronik, dan botol vakum sederhana (untuk drainase
IPC).
1. Katup Heimlich
Katup Heimlich satu arah adalah perangkat sederhana yang berisi katup flutter
karet yang tersumbat selama inspirasi (tekanan intrapleural dan intratube negatif),
sehingga mencegah udara memasuki ruang pleura; sementara tetap terbuka selama
ekspirasi (tekanan pleura positif) memungkinkan keluarnya udara atau cairan dari
20
ruang pleura (Gambar 3). Katup Heimlich
dengan katup dan ventilasi satu arah mandiri, yang memungkinkan mobilitas
Roket).1
Unit plastik tiga bilik (mis., Pleur-evac, Atrium) mungkin adalah CDS yang
paling umum digunakan. Mereka termasuk ruang koleksi, ruang segel air dan
ruang kontrol hisap, yang saling berhubungan. Aliran cairan atau udara ke dalam
ruang pengumpulan. Ruang segel air menampung kolom air (2 cm) yang
ruang hisap dapat menggunakan mekanisme hisap basah (kolom air) atau kering
(regulator katup) yang memungkinkan tingkat hisap disetel hingga −40 cm H2O
21
untuk perangkat kering versus maksimum −25 cm untuk air kolom; −20 cm H2O
menjadi tingkat standar awal yang telah ditentukan sebelumnya (Gambar 4).
Ruang hisap ini dapat dipasang ke dinding kontinyu (eksternal) hisap untuk
mengeluarkan udara atau cairan, atau dapat ditempatkan pada "segel air" tanpa
Gelembung yang terputus-putus atau konstan di dalam ruang segel air merupakan
indikasi kebocoran udara, yang seringkali lebih terlihat saat pasien batuk.
bermigrasi dengan lubang drainase di luar kulit, atau penutupan yang tidak
memadai dari situs penyisipan tabung dada. Selain itu, patensi chest tube
segel-air saat pasien dalam drainase gravitasi; tidak ada fluktuasi yang
menunjukkan bahwa tuba tersumbat atau paru benar-benar mengembang dan telah
menyumbat lubang tuba dada di dalam rongga dada. Berayunnya cairan di tabung
22
Apakah akan menerapkan "suction atau no suction" (dengan "suction" yang
berarti external suction, dan "no suction" yang berarti water seal) adalah
keputusan yang harus dibuat secara individual.6 Sebaiknya mulai dengan segel air
pada pasien dengan pneumotoraks, efusi pleura, atau setelah operasi reseksi paru
dilakukan pengisapan. Saat menggunakan segel air (sebagai kebalikan dari sistem
Dalam kasus efusi pleura masif, drainase awal harus dikontrol untuk mencegah
perluasan kembali edema paru. Selang harus dijepit jika pasien mengalami gejala
pernapasan (misalnya, batuk, sesak atau nyeri dada, sesak napas atau desaturasi
dihentikan hingga satu jam atau lebih, atau sampai gejala hilang, dan kemudian
dilanjutkan.1
23
menerus dari kebocoran udara, drainase fluida dan tekanan intrapleural. Mereka
H2O), dan sistem mengintervensi hanya jika diperlukan untuk mencapai nilai
yang diinginkan. Sistem digital memberi pasien kebebasan untuk berjalan tanpa
pelepasan tabung dada lebih awal. Selain itu, pasien dapat dipulangkan dengan
4. Botol vakum
Drainase cairan pleura melalui IPC dilakukan dengan menghubungkan katup satu
arah eksternal ke botol vakum. Yang terakhir ini dipasok oleh pabrikan IPC
(kapasitas 1 L) atau, sebagai alternatif, botol vakum drainase sekali pakai Redon
(kapasitas 200, 400, dan 600 mL) dapat digunakan (Gambar 6). Alih-alih
24
meremas pompa untuk memulai efek vakum dan cairan mengalir ke kantong
penampung.1
Sesi drainase pertama umumnya harus menghindari pengangkatan lebih dari 1,5 L
(atau kurang jika drainase menyebabkan nyeri dada atau batuk sekunder akibat
Setelah itu, tidak ada data untuk memandu frekuensi drainase yang optimal.
Biasanya bervariasi dari sekali sehari hingga 2 hingga 3 kali seminggu atau
bahkan dapat disesuaikan dengan gejala pasien. Sebuah uji coba terkontrol acak
yang baru selesai disukai setiap hari daripada drainase IPC alternatif karena itu
menyebabkan tingkat pleurodesis spontan yang lebih tinggi (47% vs 24%) dalam
Seldinger, sedangkan LBCT (> 24F) dapat dimasukkan dengan diseksi tumpul
atau teknik trocar. Teknik Seldinger telah menjadi metode penempatan tabung
pasien. Sebaliknya, teknik trocar sudah usang dan tidak boleh digunakan karena
organ.
25
Pemasangan selang dada dapat dilakukan di samping tempat tidur atau kamar
setelah operasi kardio-toraks. Sebuah tabung dada tunggal cukup untuk sebagian
besar indikasi drainase, tetapi kadang-kadang dua tabung simultan atau berturut-
turut mungkin diperlukan untuk drainase yang efektif dari kumpulan cairan
dada tembus. Selain anestesi lokal, sedasi sadar dengan opioid (misalnya, 2,5 mg
26
Langkah pertama adalah memposisikan pasien sesuai dengan lokasi yang dipilih
pada ruang interkostal ke-4 sampai ke-5 di anterior atau mid-axillary line. Untuk
mengakses area ini, pasien diposisikan terlentang, berbaring di tempat tidur pada
45 ° -60 °, sedikit diputar, dan dengan lengan ipsilateral di belakang leher atau di
atas kepala. Posisi dekubitus lateral dengan hemitoraks yang terkena juga
dimungkinkan, tetapi sering kali tidak ditoleransi oleh pasien dengan efusi pleura
masif. Jika pasien memiliki kumpulan cairan yang terletak di posterior (misalnya,
empiema), ia akan berada dalam posisi duduk dengan dokter berdiri di belakang.
Namun, itu bukan pilihan terbaik karena sayatan berada di lokasi yang sangat
terlihat dengan potensi meninggalkan bekas luka yang tidak sedap dipandang,
ruang interkostal sempit di situs ini, dan membutuhkan penetrasi otot pektoralis.
Akibatnya, hanya jika digunakan kateter yang sangat tipis (8F), titik penyisipan
27
ini dapat dianggap sebagai pilihan yang dapat diterima, terutama pada
USG di samping tempat tidur harus digunakan untuk menandai titik masuk semua
tabung dada pada pasien dengan efusi pleura untuk mencegah penempatan yang
salah dan mengurangi risiko cedera organ yang tidak disengaja yang terkait
menggunakan apa yang disebut teknik tangan bebas, di mana dokter menandai
sementara pasien tetap tidak bergerak. Prosedur di mana ahli radiologi menandai
hari (teknik "X menandai titik") sangat tidak dianjurkan, karena hampir tidak
mungkin bagi pasien untuk mengambil posisi yang sama ketika sedang ditandai.
diperlukan saat memasukkan saluran pembuangan ke dalam efusi kecil atau yang
28
mendeteksi pembuluh darah interkostal yang rentan menggunakan probe linier,
Pemasangan chest tube adalah teknik aseptik penuh; oleh karena itu, sarung
tangan steril, gaun pelindung, masker bedah, dan tirai harus digunakan.
terbatas pada area target, dan disarankan untuk mengusap dari titik penyisipan ke
arah luar dengan gerakan melingkar. Setelah tirai steril diatur, infiltrasi anestesi
lokal pada kulit, jaringan subkutan (jarum 25G) dan pleura parietal (jarum 21G)
dilakukan. Saat udara atau cairan disedot, jarum ditarik sampai berhenti;
infiltrasi efektif pleura parietal. Yang penting, riwayat alergi atau reaksi
pemberiannya. Selain itu, tidak jarang jumlah anestesi lokal yang berlebihan
29
hipotensi, aritmia). Infiltrasi total hingga 20 mL mepivacaine 2% atau lidokain
2% dapat diterima.1
Penjelasan bertahap yang mendetail tentang teknik penyisipan selang dada berada
di luar cakupan artikel ini. Terlepas dari teknik yang diadopsi, tabung harus
ditempatkan pada margin rusuk superior untuk menghindari cedera pada bundel
neuromuskuler interkostal.
jarum pengantar; kawat harus lewat tanpa hambatan. Kemudian, jarum dicabut
Setelah itu, selang dada dipasang di atas kawat pemandu dan ke dalam rongga
apeks, tetapi untuk efusi pleura, SBCT diarahkan ke inferior dan posterior ke
30
3 arah yang terpasang menghubungkan tabung dengan sistem drainase. Sebuah
lebih baik oleh pasien. Namun, penyumbatan lumen menjadi perhatian, sehingga
membutuhkan sayatan kulit dan jaringan subkutan yang cukup besar untuk
dada yang tepat. Sebelum penyisipan jari, forsep arteri atau penjepit Kelly harus
harus dibuat beberapa sentimeter di bawah tepi atas rusuk di mana ruang pleura
yang membantu mencegah masuknya kembali udara setelah tabung dilepas (efek
31
coulisse ). Tabung dada harus ditahan di tempatnya menggunakan bahan jahitan
tebal (sutra nomor 0 atau 1). Sebuah "U-stitch" tambahan biasanya ditempatkan
di sekitar tabung, dan diikat untuk menutup luka setelah tabung dilepas. Adapun
SBCT, radiografi dada harus diperoleh untuk memeriksa posisi yang tepat,
kecuali tabung dada ditempatkan pasca operasi. Lubang sentinel setidaknya harus
lebih invasif.1
bagian terowongan ini dan bertindak sebagai penghalang infeksi dan mendorong
Dengan bagian kateter yang berfenestrasi di dalam rongga dada, bagian luarnya
berisi katup satu arah yang memungkinkan cairan dan udara keluar, tetapi tidak
32
masuk, setelah dipasang pada botol vakum. Ada tiga produsen IPC: PleurX
(CareFusion) yang terus menjadi standar industri, Kateter Pleural IPC Roket, dan
Prosedur ini biasanya dilakukan di rawat jalan, tempat penitipan anak, kecuali
setidaknya selama dua minggu setelah penempatan IPC. Drainase cairan pleura
layanan kesehatan.1
selama lebih dari 2 minggu. Namun, semakin lama tabung menetap, semakin
besar risiko komplikasi infeksi lokal. Di sisi lain, sistem drainase aspirasi yang
dari poliuretan dan harus dibuang selambat-lambatnya tiga hari setelah insersi
awal.1
33
Chest tube ditarik ketika mencapai tujuan terapeutik yang telah ditentukan
sebelumnya atau menjadi tidak berfungsi. Pada pasien dengan pneumotoraks atau
setelah operasi toraks, percobaan penjepitan dan radiografi dada tidak diperlukan
berulang, asalkan alat perekam drainase digital menunjukkan bahwa pasien tidak
memiliki kebocoran udara. Aliran udara yang dapat diterima untuk pelepasan
chest tube adalah di bawah 20 mL / menit selama 8-12 jam bila tidak ada hisapan
yang diterapkan, atau kurang dari 40mL / menit selama 6 jam sesuai dengan
digunakan, chest tube ditarik keluar jika paru-paru tetap mengembang penuh pada
radiografi dada yang dilakukan dari penghisapan, dan tidak ada gelembung udara
di ruang segel air yang diamati. Chest tube yang bergelembung udara tidak boleh
tentang adanya kebocoran udara, beberapa dokter lebih memilih untuk melakukan
pasien dan umumnya menyebabkan penundaan pelepasan chest tube yang tidak
perlu. 1
mendasarinya. Dalam situasi pasca operasi, chest tube dapat ditarik dengan aman
dengan output harian hingga 450 mL / 24 jam. Setelah pleurodesis, beberapa ahli
34
sementara yang lain melakukannya pada waktu tertentu (misalnya, 24 jam) setelah
ditempatkan pada segel air dan dilepas dengan cepat di akhir ekspirasi selama
pada luka. Pada pasien IPC, ketika output cairan pleura turun menjadi kurang dari
drainase tidak dapat dikaitkan dengan penyumbatan kateter). Dalam keadaan ini,
kateter pleura dapat dilepas. Pleurodesis spontan terjadi pada sekitar 50% pasien.
Komplikasi
kurang dari 10%, dan terutama tergantung pada pengalaman operator, ukuran
panduan gambar. Dalam audit Inggris dari 58 rumah sakit, 824 prosedur drainase
Komplikasi langsung yang paling sering adalah nyeri (4,1%), kegagalan untuk
35
menempatkan drain (2,4%) dan reaksi vasovagal (2,1%), sedangkan komplikasi
yang tertunda termasuk nyeri (18%), penyumbatan drain (7,4%), copot yang tidak
disengaja (7,3) %), dan emfisema subkutan (3,4%). Sejauh menyangkut LBCT
(6,5%), sumbatan drainase (5,2%), cedera organ (1,4%), dan empiema (1,4%)1
* Komplikasi umum. †Paling umum pada pasien dengan trauma tembus dada atau retensi
hemotoraks. ‡Manifestasi (massa pulsatil, sensasi teraba, murung mesin) bisa tertunda
36
Malposisi chest tube dapat diklasifikasikan sebagai intrafissural,
awalnya jika chest tube tidak terkuras, dan didukung oleh temuan radiografi dada.
chest tube yang berfungsi kedua harus ditempatkan sebelum melepas yang asli
karena risiko infeksi terkait dengan pemasangan kembali bagian luar tabung.
Hemotoraks dapat terjadi akibat laserasi arteri interkostal atau, yang lebih jarang,
dari cedera tumor pleura yang mengalami vaskularisasi. Meskipun komplikasi ini
tidak terdeteksi karena efek tamponade dari chest tube itu sendiri sampai drainase
dilepas. Emfisema subkutan yang melibatkan dinding dada, leher, dan wajah
muncul sebagai krepitasi subkutan, dan mudah dideteksi pada radiografi dada.
Blokade tabung atau migrasi lubang sentinel keluar dari rongga pleura harus
dan bahkan sayatan atau drainase subkutan. Komplikasi yang terkait dengan
penggunaan IPC terjadi pada 10% -20% pasien. Banyak yang umum terjadi pada
drain tube dada, seperti yang disebutkan di atas, meskipun yang lain lebih spesifik
untuk prosedur ini. Penyumbatan IPC dan lokulasi simptomatik (yaitu, efusi
37
memerlukan fibrinolisis intrapleural. Infeksi terkait IPC berkembang pada sekitar
ringan dan sering dapat dikelola secara konservatif (misalnya, antibiotic ics, saline
lavage, drainase bahan yang terinfeksi melalui IPC), tanpa perlu penglepasan IPC
segera.1
Kesimpulan
Tube thoracostomy adalah prosedur yang dapat dilakukan oleh ahli paru terlatih.
Selain chest tube pasca operasi, sebagian besar prosedur terdiri dari pemasangan
SBCT yang dipandu oleh AS dengan teknik Seldinger pada pasien dengan
Seldinger atau teknik diseksi tumpul. Deteksi kebocoran udara pada pasien
dengan pneumotoraks atau setelah operasi toraks telah meningkat pesat dengan
penggunaan CDS elektronik. Akhirnya, IPC menjadi terapi lini pertama untuk
efusi pleura jinak yang bergejala ganas dan persisten. Mereka biasanya
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Porcel JM. Chest Tube Drainage of the Pleural Space: A Concise Review for
doi:10.4046/trd.2017.0107
2. Kuhajda, I, et al. Tube thoracostomy; chest tube implantation and follow up.
64(4):849-855.
Juni 2021)
39
9. Rosadi, A. 2014. Komplikasi Pemasangan Kateter Toraks pada Berbagai
10. Durai, R. Managing a Chest Tube and Drainage System. AORN Journal. 2010
Feb. 91(2):275-283.
40