Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. RENDI
2. RISKA
3. REZA FITRIANI
4. TAKDIRUL JIHAD
Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas
kelompok dengan judul “Perawatan Selang Drainase”.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak atas segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun,
semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia pengetahuan khususnya ilmu
keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah
penyusun harapkan demi kesepurnaan makalah ini.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................1
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini pemasangan kateter thorak telah dilakukan secara luas pada
penderita dengan trauma thorak, pneumothorak, empiema, efusi pleura yang
masiv dan chylothorak.
4
Seperti tindakan invasif lainnya, pemasangan kateter juga dapat
menimbulkan komplikasi yang tidak diharapkan. Dengan indikasi yang tepat,
menggunakan tehnik yang benar serta memberikan perawatan pasca
pemasangan secara baik, kita dapat menghindarkan penderita dari komplikasi
yang tidak diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah prosedur perawatan WSD (Water Seal Drainage)?
C. Tujuan
Untuk mengeahui prosedur perawatan WSD (Water Seal Drainage).
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian WSD (Water Seal Drainage)
2. Indikasi
a. Pneumothoraks:
1) Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
2) Luka tusuk tembus
3) Klem dada yang terlalu lama
4) Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks:
1) Robekan pleura
2) Kelebihan antikoagulan
6
3) Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy:
1) Lobektomy
2) Pneumoktomy
d. Efusi pleura: Post operasi jantung
e. Emfiema:
1) Penyakit paru serius
2) Kondisi inflamsi
3. Kontraindikasi
a. Pasien yang tidak toleran, pasien tidak kooperatif.
b. Kelainan faal hemostasis (koagulopati), biasanya dilihat dari hasil
lab albumin, karena hasil albumin yang rendah menyebabkan
tekanan koloid osmotik/onkotik turun, sehingga permiabelitas
kapiler meningkat, cairan intra vaskuler merembes keluar akibatnya
produksi cairan akan terus keluar, susah untuk distop. Juga terjadi
gangguan pembekuan darah dimana pada pemasangan WSD ini
harus dilakukan tindakan invasif yang bisa menimbulkan perdarahan
local.
c. Perlengketan pleura yang luas karena komplikasi, maka lebih
dipertimbangkan tindakan dekortikasi.
d. Hematothorax masiv yang belum mendapat penggantian
darah/cairan, jika belum ada cairan/darah pengganti dapat
mengakibat syok pada pasien karena kehilangan darah yang banyak.
e. Tindakan ini dapat mematikan pada
1) Bullosa paru.
2) Pasien dengan PEEP (Positive End Expiratory Pressure).
3) Pasien dengan satu paru.
4) Pasien dengan hemidiafragma, effusion pleura dan
splenomegali.
7
4. Tujuan
a. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak,
b. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura,
5. Tempat Pemasangan
a. Bagian Apex Paru (apical)
1) Anterolateral interkosta ke 1-2.
2) Fungsi: untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
b. Bagian Basal
1) postero lateral interkosta ke 8-9.
2) Fungsi: untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongg
pleura.
8
b) Ekpirasi menurun.
9
3) Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara
dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2,
4) Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan
mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan
keluar melalui selang masuk ke WSD,
5) Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,
hemopneumothoraks, efusi peura.
10
c. WSD dengan sistem 3 botol
1) Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol
jumlah hisapan yang digunakan,
2) Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan,
3) Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang
yang tertanam dalam air botol WSD,
4) Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang
ditambahkan,
5) Botol ke-3 mempunyai 3 selang:
1) Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada
botol ke dua.
2) Tube pendek lain dihubungkan dengan suction.
3) Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air
dan terbuka ke atmosfer.
11
7. Komplikasi Pemasangan WSD
a. Komplikasi primer: perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks,
atrial aritmia.
b. Komplikasi sekunder: infeksi, emfiema.
12
h. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
i. Menganjurkan pasien untuk makan makanan bergizi dan istirahat
yang cukup.
j. Batasi pengunjung, bila perlu.
k. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah meninggalkan pasien.
l. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
13
14
B. KONSEP PROSEDUR (CHECKLIST)
15
c. Observasi :
Pembalut selang dada,
Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang
menggantung, bekuan darah sistem drainage dada,
Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien,
Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang,
Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase,
TTV & warna kulit,
Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika
penghisap digunakan.
d. Posisikan klien :
Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara
(pneumothorak),
Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak).
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh
dan menyatu,
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien.
Rekatkan dengan plester,
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak
matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan
cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat
botol drainase pada saat persiapan botol atau permukaan tertulis
sistem komersial yang sekali pakai,
h. Urut selang jika ada obstruksi,
i. Cuci tangan,
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien,
kenyamanan klien.
Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan,
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya,
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan .
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
16
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,
cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya
terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak,
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura,
17
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps,
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada, dan
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.
B. Saran
Perawat perlu memahami dengan baik prosedur perawatan WSD sehingga
pasien dapat terhindar dari infeksi. Selain itu kepatenan selang WSD juga patut
diperhatikan, kondisi daerah sekitar area pemasangan WSD, berfungsinya dengan
baik WSD sehingga pasien dapat memepertahankan pernapasan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing 8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.
Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC
18