Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERAWATAN SELANG DRAINASE

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. RENDI
2. RISKA
3. REZA FITRIANI
4. TAKDIRUL JIHAD

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas
kelompok dengan judul “Perawatan Selang Drainase”.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak atas segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun,
semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia pengetahuan khususnya ilmu
keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah
penyusun harapkan demi kesepurnaan makalah ini.

Pringsewu, November 2018

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Prosedur perawatan WSD............................................................2

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................14
B. Saran.............................................................................................14

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasangan kateter thorak merupakan prosedur drainase udara dan


cairan dalam kavum pleura dengan pemasangan pipa melalui sela antar iga ke
dalam kavum pleura. Pada orang normal, kavum pleura terisi oleh lapisan
cairan tipis (cairan serousa) 4 ml yang berfungsi sebagai pelicin saat terjadi
pergerakan paru, pada saat respirasi. Keberadaan cairan ini karena adanya
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi. Pada keadaan pathologis
keseimbangan ini dapat terganggu yang mengakibatkan tertumpuknya cairan
dalam kavum pleura dalam jumlah yang banyak dengan manifestasi yang
beragam, tergantung factor etiologi yang merusak keseimbangan tersebut.

Adanya udara atau akumulasi cairan dalam kavum pleura akan


mengganggu mekanisme ventilasi, menimbulkan gangguan fungsi
kardiovaskuler dan memberikan keluhan subyektif berupa sesak nafas. Gejala
tergantung jumlah dan kecepatan proses akumulasi udara atau cairan.

Pemasangan kateter thorak untuk drainase kavum pleura, pertama kali


diperkenalkan oleh Bullen pada tahun 1875. Satu tahun kemudian Croswell
Hewett menggambarkan tehnik Drainase Empiema menggunakan pipa karet
yang dimasukkan ke dalam kavum pleura dengan bantuan trokar. Tehnik ini
baru digunakan secara luas pada tahun 1917. Setelah terbukti sukses dalam
pengobatan empiema post influenza. Penggunaan tehnik drainase ini sangat
mengurangi kasus kematian korban trauma thorak selama perang dunia
kedua.

Saat ini pemasangan kateter thorak telah dilakukan secara luas pada
penderita dengan trauma thorak, pneumothorak, empiema, efusi pleura yang
masiv dan chylothorak.

4
Seperti tindakan invasif lainnya, pemasangan kateter juga dapat
menimbulkan komplikasi yang tidak diharapkan. Dengan indikasi yang tepat,
menggunakan tehnik yang benar serta memberikan perawatan pasca
pemasangan secara baik, kita dapat menghindarkan penderita dari komplikasi
yang tidak diharapkan.

Pasien yang terpasang WSD adalah pasien dengan pneumotoraks,


hematototraks, efusi pleura dan emfiema sehingga memerlukan perawatan
yang tepat. Perawatan WSD merupakan salah satu tindakan keperawatan.
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, memantau
kepatenan selang WSD serta mengetahui kondisi di sekitar area pemasangan
WSD. Maka dari itu perawatn WSD bernilai penting.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah prosedur perawatan WSD (Water Seal Drainage)?

C. Tujuan
Untuk mengeahui prosedur perawatan WSD (Water Seal Drainage).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian WSD (Water Seal Drainage)

WSD adalah sebuah kateter yang diinsersi melalui thoraks untuk


mengeluarkan udara dan cairan. (Potter& Perry, 2006)

WSD adalah tindakan pemasangan kateter kedalam rongga thoraks


dengan tujuan untuk mengambil cairan dengan viskositas yang tinggi
ataupun darah, nanah maupun udara pada pneumothorak dan
menghubungkannya dengan water seal drainage. (Prof. Dr. H. Tabrani
Rab, 1998)

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk


mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Jadi kesimpulannya WSD adalah tindakan invasif yang dilakukan
untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga thorak ,
rongga pleura, dan mediastinum dengan cara memasukkan selang atau
tube (pipa penghubung) melalui atau menembus muskulus interkostalis
ke dalam rongga thoraks dan menghubungkannya dengan water seal
drainage.

2. Indikasi
a. Pneumothoraks:
1) Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
2) Luka tusuk tembus
3) Klem dada yang terlalu lama
4) Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks:
1) Robekan pleura
2) Kelebihan antikoagulan

6
3) Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy:
1) Lobektomy
2) Pneumoktomy
d. Efusi pleura: Post operasi jantung
e. Emfiema:
1) Penyakit paru serius
2) Kondisi inflamsi

3. Kontraindikasi
a. Pasien yang tidak toleran, pasien tidak kooperatif.
b. Kelainan faal hemostasis (koagulopati), biasanya dilihat dari hasil
lab albumin, karena hasil albumin yang rendah menyebabkan
tekanan koloid osmotik/onkotik turun, sehingga permiabelitas
kapiler meningkat, cairan intra vaskuler merembes keluar akibatnya
produksi cairan akan terus keluar, susah untuk distop. Juga terjadi
gangguan pembekuan darah dimana pada pemasangan WSD ini
harus dilakukan tindakan invasif yang bisa menimbulkan perdarahan
local.
c. Perlengketan pleura yang luas karena komplikasi, maka lebih
dipertimbangkan tindakan dekortikasi.
d. Hematothorax masiv yang belum mendapat penggantian
darah/cairan, jika belum ada cairan/darah pengganti dapat
mengakibat syok pada pasien karena kehilangan darah yang banyak.
e. Tindakan ini dapat mematikan pada
1) Bullosa paru.
2) Pasien dengan PEEP (Positive End Expiratory Pressure).
3) Pasien dengan satu paru.
4) Pasien dengan hemidiafragma, effusion pleura dan
splenomegali.

7
4. Tujuan
a. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak,
b. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura,

c. Mengembangkan kembali paru yang kolaps, dan

d. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.

5. Tempat Pemasangan
a. Bagian Apex Paru (apical)
1) Anterolateral interkosta ke 1-2.
2) Fungsi: untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
b. Bagian Basal
1) postero lateral interkosta ke 8-9.
2) Fungsi: untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongg
pleura.

6. Jenis – Jenis WSD


a. WSD dengan sistem satu botol.
1) Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien
simple pneumothoraks,
2) Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2
lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam
botol,
3) Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang
terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung
yang menyebabkan kolaps paru,
4) Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar,
5) Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi,
6) Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan:
a) Inspirasi akan meningkat.

8
b) Ekpirasi menurun.

Gambar 1. WSD dengan sistem 1 botol

Keutungan WSD dengan sistem 1 botol:


1) Penyusunan sederhana.
2) Mudah untuk klien yang dapat jalan.
Kerugian WSD dengan sistem 1 botol:
1) Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan
diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleural untuk
keluar dari dada masuk ke botol.
2) Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran busa
dalam botol yang membatasi garis permukaan drainase.
3) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari
tekanan botol.

b. WSD dengan sistem 2 botol


1) Digunakan 2 botol; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan
botol ke-2 botol water seal,
2) Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya
kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1
dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal,

9
3) Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara
dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2,
4) Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan
mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan
keluar melalui selang masuk ke WSD,
5) Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,
hemopneumothoraks, efusi peura.

Gambar 2. WSD dengan sistem 2 botol

Keuntungan WSD dengan sistem 2 botol


1) Mempertahankan unit water seal pada tingkat konstan.
2) Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih
baik.
Kerugian WSD dengan sistem 2 botol
1) Menambah area mati pada sistem drainase yang mempunyai
potensial untuk masuk ke dalam area pleura.
2) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari
tekanan botol.
3) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya
kebocoran pleura.

10
c. WSD dengan sistem 3 botol
1) Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol
jumlah hisapan yang digunakan,
2) Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan,
3) Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang
yang tertanam dalam air botol WSD,
4) Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang
ditambahkan,
5) Botol ke-3 mempunyai 3 selang:
1) Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada
botol ke dua.
2) Tube pendek lain dihubungkan dengan suction.
3) Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air
dan terbuka ke atmosfer.

Gambar 3. WSD dengan sistem 3 botol

Keuntungan WSD dengan sistem 3 botol


Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan
Kerugian WSD dengan sistem 3 botol
1) Lebih kompleks.
2) Lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam
perakitan dan pemeliharaan.

11
7. Komplikasi Pemasangan WSD
a. Komplikasi primer: perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks,
atrial aritmia.
b. Komplikasi sekunder: infeksi, emfiema.

8. Prinsip Pencegahan Infeksi


Salah satu dari komplikasi pemasangan WSD adalah resiko
terjadinya infeksi. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa prinsip bagi
perawat sebelum, saat, sesudah tindakan WSD maupun saat pencabutan
selang WSD :
a. Pada tindakan pemasangan WSD menggunakan prosedur yang benar
dengan tetap memperhatikan tehnik sterilitas, misalnya dengan
penggunaan prinsip universal precause (cuci tangan, handschoen,
masker, pakaian kerja dan topi). Pergunakan alat-alat steril,
Bersihkan daerah yang akan dilakukan pemasangan WSD dengan
antiseptic. Tujuannya untuk mencegah masuknya microorganime
yang dapat menimbulkan infeksi sekunder.
b. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
c. Mendeteksi tempat insersinya slang, mengganti perband 2 hari
sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kasa yang menutup bagian
masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh
pasien.
d. Setiap penggantian botol/selang harus memperhatikan sterilitas botol
dan slang harus steril. Gunakan selang sekali pakai. Satu alat untuk
satu pasien.
e. Memonitor tanda-tanda infeksi yang mungkin timbul dan mencatat
ttv setiap hari.
f. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
g. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, terutama menjaga kebersihan luka post WSD.

12
h. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
i. Menganjurkan pasien untuk makan makanan bergizi dan istirahat
yang cukup.
j. Batasi pengunjung, bila perlu.
k. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah meninggalkan pasien.
l. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.

13
14
B. KONSEP PROSEDUR (CHECKLIST)

CHECKLIST PERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG WSD

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………


NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Definisi :
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Tujuan :
a. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan
rongga thorak
b. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
d. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.
Persiapan Alat :
 Stetoskop
 Sarung tangan
 Klem arteri
 Bak instrument
 Bengkok
 Plester
 Gunting plester
Tahap Pre Interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah
paru yg terkena & TTV stabil,
b. Observasi adanya distress pernafasan,

15
c. Observasi :
 Pembalut selang dada,
 Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang
menggantung, bekuan darah sistem drainage dada,
 Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien,
 Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang,
 Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase,
TTV & warna kulit,
 Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika
penghisap digunakan.
d. Posisikan klien :
 Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara
(pneumothorak),
 Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak).
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh
dan menyatu,
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien.
Rekatkan dengan plester,
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak
matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan
cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat
botol drainase pada saat persiapan botol atau permukaan tertulis
sistem komersial yang sekali pakai,
h. Urut selang jika ada obstruksi,
i. Cuci tangan,
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien,
kenyamanan klien.
Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan,
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya,
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan .
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

16
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,
cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya
terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak,
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura,

17
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps,
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada, dan
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.

B. Saran
Perawat perlu memahami dengan baik prosedur perawatan WSD sehingga
pasien dapat terhindar dari infeksi. Selain itu kepatenan selang WSD juga patut
diperhatikan, kondisi daerah sekitar area pemasangan WSD, berfungsinya dengan
baik WSD sehingga pasien dapat memepertahankan pernapasan yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G.,  2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing 8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.

Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai