A. Pendahuluan
Perawatan WSD mempunyai tujuan untuk menghindari adanya komplikasi dan meningkatkan
pengembangan paru secara optmal (Mutaqin. A. 2008, 207). Pada asuhan keperawatan klinik
perawat sering melakukan perawatan WSD pada berbagai pasien yang mempunyai masalah pada
rongga thorax. Kondisi ini memberikan dampak terhadap semakin komprehensifnya peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mempunyai masalah pada ekspansi paru,
sehingga diperlukan perawat yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan keperawatan.
Pasien yang dipasang selang WSD berart mempunyai masalah dengan ekspansi paru, baik
karena penyakit efusi pleura, hemothoraks pneumotoraks maupun empisema. Pelaksanaan
perawatan WSD sangat pentng di mana dalam prosesnya bertujuan agar paru yang mengalami
kolaps dapat mengembang kembali. Bila perawatan WSD tdak optmal akan menyebabkan
pengembangan paru menjadi lambat, hari rawat menjadi panjang dan akan menambah biaya
perawatan dan pengobatan selama di rumah sakit. Lebih jauh bisa berakibat fatal dan akan
membahayakan jiwa pasien di mana paru menjadi kolaps sehingga terjadi gagal napas dan dapat
menyebabkan kematan. Oleh karena itu, pentng bagi perawat untuk mengetahui konsep WSD dan
bagaimana perawatannya.
1. Pengertian
WSD merupakan tndakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa penghubung.
Gambar Pemasangan Selang WSD
2. Tujuan
a. Mengevakuasi/mengeluarkan udara, cairan, darah maupun pus dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.
b. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
c. Memasukkan obat ke dalam rongga pleura.
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang
yaitu 1 untuk ventlasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Air steril dimasukan ke dalam botol
sampai ujung selang terendam dua cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung
yang menyebabkan kolaps paru. Selang untuk ventlasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar. Drainage tergantung dari mekanisme
pernafasan dan gravitasi. Undulasi pada selang cairan mengikut irama pernafasan.
Digunakan dua botol, satu botol mengumpulkan cairan drainage dan botol kedua
sebagai water seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan
hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi
water seal. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2. Prinsip kerjasama dengan sistem satu botol yaitu udara dan
cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui
selang masuk ke WSD. Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemotothoraks,
hemopneumothoraks dan efusi peura.
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpentng adalah
kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman
ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD. Drainage tergantung gravitasi dan jumlah
hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3 mempunyai 3 selang yaitu tube pendek diatas batas
air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua, tube pendek lain dihubungkan dengan
sucton dan tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer.
5. Konsep Perawatan WSD
Persiapan Alat :
b. Botol WSD berisi larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9% dan ujung selang
terendam sepanjang dua cm.
d. Korentang
g. Alkohol 70%
h. Handscoon steril
a. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tndakan yang akan dilakukan
c. Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hat-hat, balutan kotor dimasukkan ke
dalam nierbekken
e. Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya kemudian diplester
h. Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang WSD dihubungkan
dengan selang penyambung botol WSD yang baru
j. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk efektf
k. Lath dan anjurkan pasien untuk secara rutn 2-3 kali sehari melakukan lathan gerak pada
persendian bahu daerah pemasangan WSD
l. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi yang
paling nyaman
m. Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasi kembali
1) Melakukan anamnesa
6) Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan sebelum selang WSD di
lepas.
5) Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2 cm di bawah air
DAFTAR RUJUKAN
Somantri, I. 2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta.
Medika Salemba.
Yayasan Sepuluh Juni Akademi Perawatan Pandan Harum, 2005. Pedoman Keterampilan Praktek Klinik
Keperawatan. Banjarmasin
Murjani, 2010. Gambaran Pelaksanaan Perawatan WSD Terhadap Penyakit Paru oleh Perawat di RSUD
Ulin Banjarmasin 2010. STIK Muhammadiyah Bajarmasin