Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWATAN KOLOSTOMI DAN ENEMA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen pembimbing : Rita Dwi Hartanti, M.Kep

Disusun oleh :

Nur Laili Fabyla

18.1487. S

2A S1Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Perawatan Kolostomi

A. Pengertian
 Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses.
(M.Bouwhuizen,1999)
 Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinsing
perut untuk mengeluarkan feses.
(Randy,1987)
 Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk
mengeluarkan feses.
(Evelyn,1991, Pearce,1993)

B. Jenis-jenis kolostomi
 Kolostomi permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien
sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya
keganasan, perlengketan, atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel
(dengan satu ujung lubang).
 Kolostomi temporer / sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau
untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan
seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini
memiliki dua ujung lubang yang dilekuarkan melalui abdomen yang disebut
kolostomi doubel barrel.

C. Pendidikan pada pasien.


Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah :
 Teknik penggantian / pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar.
 Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma.
 Waktu penggantian kolostomi.
 Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien.
 Jadwal makan atau pola makan yang harus dilkukan untuk penyesuaian.
 Pengeluaran feses agar tidak pengganggu aktivitas pasien.
 Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi.
 Berbagai aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
 Berbagai hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter (jika psien
sudah dirawat dirumah).
 Berobat / kontrol ke dokter secara teratur.
 Makanan yang tinggi serat.

D. Tujuan perawatan kolostomi


 Memberikan kenyamanan pada pasien.
 Menjaga kebersihan pasien.
 Mencegah terjadinya infeksi.
 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.
 Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.

E. Indikasi
 Pasien Atresia ani
 Mega colon
 Ca rekti
 Ca kolone

F. Kontraindikasi
 Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih.
 Penyakit menetap didalam kolon.
 Fasilitas kebersihan tidak adekuat.

G. Prinsip perawatan kolostomi


 Bersih
 Mempertahankan daerah sekitar stoma dari iritasi dan infeksi
 Menjaga privasi, kenyamanan pasien dan lingkungannya
H. Persiapan alat
 Kolostomi bag, atau cincin tumit
 Satu set alat ganti balutan
 Kapas sublimate / kapas basah
 kasa
 NaCl
 Sarung tangan
 Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
 Perlak dan alasnya
 Zink salep
 Plester dan gunting
 Kantong untuk balutan kotor
 Clemek
 Bengkok 2 buah

I. Prosedur pelaksanaan
a) Fase pra interaksi
 Mengecek program terapi
 Melakukan cuci tangan
 Mempersiapkan alat
b) Fase interaksi
 Memberikan salam
 Melakukan validasi
 Melakukan kontrak waktu dengan pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
 Menjaga privasi pasien
c) Fase kerja
 Menghindari proses pada jam makan, waktu berkunjung, sesaat setelah
pemberian obat
 Mencuci tangan
 Menggunakan sarung tangan
 Berkomunikasi selasma tindakan dilakukan dan menjaga privasi ,
membantu meningkatkan kenyamanan baik posisi berdiri atau berbaring
 Kaji tipe kolostomi dan lokasi
 Ksosngkan bag dan tampung dalam badpan
 Kaji integritas kulit disekotar stoma dan tampilan umum
 Catat jumlah dan karakteristik material fekal atau urine didalam kantong
kolostomi atau verban
 Gunakan pelarut perekat untuk melepaskan rekatan kantung bila
diperlukan
 Lepaskan kantung secara perlahan sambil menekan kulit
 Gunakan tisu untuk mengangkat feses
 Gunakan air hangat, sabun dan gulungan kapas atau waslap dan handuk
untuk membersihkan kulit stoma
 Gunakan pembersih kulit khusus untuk mengangkat feses yang keras
 Keringkan kulit menggunakan handuk
 Inspeksi kulit stoma : warna, ukuran, bentuk dan perdarahan bila ada
 Inspeksi periostoma bila ada kemerahan, ulcer, iritasi
 Letakkan kasa pada stoma untuk menyerap cairan
 Angkat kasa sebelum memasang skin barrier
 Biarkan pasta mengering 1-2 menit
 Gunakan petunjuk untuk mengukur stoma
 Pada bagian belakang skin barrier lubangi dengan ukuran lingkaran yang
sama atau gunting pola yang diukur (atau bila sudah tersedia alat pengukur
dapat digunakan)
 Lepaskan kertas pelindung perekat
 Taruh deodoran kedalam kantung, bila tersedia
 Taruh bagian tengah, tekan secara hati-hati kebagian kulit dan kehilangan
kerutan atau gelembung udara dari arah stoma ke bagian luar
 Buang udara dengan melonggarkan bagian pembuangan, bila tidak ada
maka udara dibuang sebelum direkatkan
 Fiksasi kantung, bila menggunakan kantung ikat pinggang taruhkan pada
tempatnya
 Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
 Catat tanggal, waktu dan jumlah cairan, warna, keadaan kulit, dan
periostoma
d) Fase terminasi
 Mengevaluasi respon klien
 Merencanakan tindak lanjut
 Melakukan kontrak yang akan datang
 Melakukan pendokumentasian
Enema / Huknah / Klisma

A. Pengertian
Enema/huknah/klisma adalah suatu tindakan memasukkan ciran secara
perlahan-lahan kedalam rektum dan kolon sigmoid melalui anus dengan
menggunakan kanul rektal.

B. Macam-macam enema
 Enema rendah
Memasukkan cairan melalui anus sampai kekolon desenden.
 Enema tinggi
Memasukkan cairan melalui anus (rektum) sampai ke kolon asenden.
 Enema gliserin
Memasukkan cairan melalui anus ke dalam kolon sigmoid dengan
menggunakan spuit gliserin.

C. Tujuan
 Merangsang peristaltik usu dan defekasi untuk mengatasi konstipasi dan
impaksi.
 Membersihkan kolon untuk persiapan operasi atau pemeriksaan diagnostic.
 Melunakkan fese yang telah mengeras atau mengosongklan rectum dan kolon
bawah untuk prosedur diagnostic dan pembedahan.
 Membantu defekasi yang normal sebagai bagian dari program letihan defekasi
(bowel training program)
 Memberikan terapi seperti : mengurangi kadar kalium yang tinggi dengan
enema Ntrium Polystyrene Sulfonate (Kayexalate) dan mengurangi bakteri
kolon dengan enema Neomycin.
D. Indikasi
 Klien yang mengalami konstipasi
 Klien yang mengalami impaksi
 Pemeriksaan radiologi seperti kolonoskopi, endoskopi membutuhkan
pengosongan usus supaya hasil pembacaan yang diperoleh maksimal
 Anastesia umum (GA) dlam pembedahan bisa diberikan melalui enema
dengan tujuan untuk mengurangi efek muntah selama dan setelah operasi, juga
mencegah terjadinya aspirasi

E. Kontra indikasi
 Klien yang mengalmai dehidrasi dan bayi yang masih muda, bila diberikan
enema dengan tipe larutan hipertonik.
 Keadaan patologi klinis pada rectum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam
atau hemoroid besar
 Tumor rektum dan kolon
 Klien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal
 Klien post operasi

F. Komplikasi
 Kerusakan reflek defekasi normal, bila terlalu sering enema
 Iritasi mukoso kolon, bila cairan sabun terlalu banyak
 Inflamsi usus yang serius, terjadi bila diberikan sabun atau deterjen yang keras
kedalam salin normal atau air keran
 Terjadi keracunan air atau beban sirkulasi berlebih, jika air kran diabsorpsi
dalam jumlah besar, sehinga enema air kran tidak boleh berulang

G. Alat dan bahan


 1 set enema berisi :
- Wadah untuk tempat larutan
- Pipa untuk menghubungkan wadah ke selang rectum
- Klem untuk menjepit pipa, untuk mengontrol aliran larutan ke pasien
- Kanul rectal ukuran : 22-30 G Fr (dewasa) 12-18 G Fr (anak) atau paket
enema dengan rektal tip
- Pelumas yang digunakan untuk rectal tube sebelum dimasukkan
- Termometer untuk mengukur suhu larutan
- Sabun / jelly / garam
- Sejumlah larutan yang dibutuhkan dengan suhu yang tepat. Larutan
ditempatkan diwadahnya, diperiksa suhunya, kemudian ditambahkan
sabun / garam.
 Selimu mandi untuk menutupi klien
 Perlak agar tempat tidur tidak basah
 Kertas toilet
 Baskom, waslap dan handuk serta sabun
 Bedpan

H. Prosedur pelaksanaan
a) Enema rendah / tinggi
 Cuci tangan
 Kaji status klien
 Siapkan alat dan tempatkan didekat tempat tidur pasien
 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
 Pertahankan privasi klien : tutup pintu/ pasang gorden
 Buka rectal area yang diperlukan
 Perikan posisi yang nyaman : tinggikan tempat tidur yang sesuai dan
pasang pengaman tempat tidur pada sisi yang berlawanan
 Atur posisi klien : miring ke kiri atau posisi sims dengan lutut kanan fleksi
 Pasang perlak dan alasnya serta dekatkan bedpen
 Pasang sarung tangan, siapkan set enema, lumasi ujung kanul dengan jelly
7,5-10cm
 Tentukan letak anus dengan tangan nondominan
 Masukkan ujung kanul perlahan-lahan 7,5-10cm 9(dewasa) 5-7,5 c,m
(anak) 2,5-3,75 (bayi) . anjurkan klien rileks dan nafas dalam
 Alirkan cairan enema dengan membuka klem dan tinggikan kontainer
perlahan : 30-45cm (high enema) dan 7,5 cm (low enema)
 Bila sudah selesai, tarik kanul perlahan
 Anjurkan klien menahan 5-10menit sampai sesuai kemampuan klien
(untuk anak, rapatkan glueteus beberapa menit)
 Bantu klien defekasi dan bersihkan
 Rapikan klien dan beri posisi yang nyaman
 Kumpulkan dan bersihkan alat
 Cuci tangan
b) Prosedur huknah gliserin
 Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan tindakan
 Pasang sampiran
 Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur
 Lepaskan pakaian bawah klien
 Atur posisi klien :
- Dewasa : miring ke kiri dengan lutut kanan fleksi
- Bayi dan anak : rekumben dorsal dibawahnya diberi pispot
 Pasang alas dan perlaknya
 Teteskan gliserin pada punggung tangan untuk memeriksa kehangatan
kemudian tuangkan ke mangkok kecil
 Isi spuit gliserin 10-20 cc dan keluarkan udara
 Setelah pasien berada pada posisi miring, tanagn kiri dan tangan kanan
mendorong bokong keatas sambil memasukkan spuit perlahan-lahan
hingga ke rectum, lalu pasang bengkok
 Masukkan spuit gliserin 7-10 cm untuk dewasa dan 5-7,5 cm untuk anak
serta 2,5-3,75 untuk bayi
 Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan pasien untuk
menarik nafas panjang dan dalam
 Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok
 Bantu pasien BAB :
- Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang bisa ke toilet
- Untuk pasien dengan keadaan umum yang lemah dan tirah baring,
pasang pispot
 Ambil pispot
 Bersihkan daerah perianal pada pasien yang buang air besar pada pispot
- Bersihkan dengan tisue
- Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun pada daerah
perianal
- Bilas dengan air bersih
- Keringkan dengan handuk
 Tarik alas dan perlak
 Ganti selimut mandi dengan selimut tidur
 Bantu pasien mengenakan pakaian bawah
 Buka sampiran
 Rapikan alat kemudian cuci tangan
 Dokumentasikan warna dan konsistensi feses, adanya distensi abdomen

Anda mungkin juga menyukai