DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkahNya
dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERAWATAN WSD
(WATER SEAL DRAINAGE) dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib untuk menyelesaikan
program studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia. Pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu
dosen yang telah membimbing dan mengajar kami, serta teman teman seperjuangan
program studi Sarjana Keperawatan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai
oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran
pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran
gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu
mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka
tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya
dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun
satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-
paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi
yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak
merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang.
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga
kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal
Drainage).
1
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
1.3 Tujuan
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage).
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan
pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
2. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan
rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
3. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” tetap baik.
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
3
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut
a) Pneumothoraks :
Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
Luka tusuk tembus
Klem dada yang terlalu lama
Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b) Hemothoraks :
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
Pasca bedah thoraks
c) Hemopneumothorak
d) Thorakotomy :
Lobektomy
Pneumoktomy
e) Efusi pleura : Post operasi jantung
f) Emfiema :
Penyakit paru serius
Kondisi indflamsi
g) Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
h) Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
2.5 KOMPLIKASI
4
1. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
2. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
3. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan,
empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks.
Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk
ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung
dan botol penampung. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam
2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
Note:
Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara.
Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya
kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari
rongga pleura keluar. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.Undulasi
pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water
seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara,
5
selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal.
Dapat dihubungkan dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke
botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2. Prinsip kerjasama dengan
ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara
dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan untuk mengatasi
hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural.Keuntungannya adalah water seal tetappada
satu level.
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling aman untuk
mengatur jumlah hisapan.Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD.Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3
mempunyai 3 selang :
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer
BAB III
6
PROSEDUR PEMASANGAN WSD
b. Bagian basal
A. Persiapan
1. Pengkajian
a. Siapkan pasien
b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
c. Tujuan tindakan
d. Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD.Posisi klien dapat duduk atau
berbaring
7
f. Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
3. Persiapan alat
B. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan
dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris
anterior dan media
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis
4. Pada saat inspirasi:
1. Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
2. Paru- paru mengembang
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke
atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan
perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
8
1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari
melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh
paru
2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps
3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
9
dibuang
Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan
Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak
pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.
a. Penetapanslang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya
slang dapat dikurangi.
b. Pergantian posisi badan. Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan
memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang,
melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan,
atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
c. Mendorong berkembangnya paru-paru. Yakni :
10
3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
5. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1
jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
a) Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam
selama 24 jam setelah operasi.
b) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
c) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke
posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat
oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh
karena perlekatanan di dinding paru-paru.
a) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau
ada dicatat.
b) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung
udara yang keluar dari bullow drainage.
c) Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem”
slang pada dua tempat dengan kocher.
d) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus
tetap steril.
e) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan
memakai sarung tangan. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam
rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water
Seal Drainage)
11
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
12
4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
4.1.1. Anamnesa
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
1. Keluhan Utama
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif, sedangkan pada pneumothorak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
1. Riwayat Psikososial
13
1. Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.
2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor
atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
3. ROS (Review of System)
B1 (Breath)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
14
5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada
sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah
saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
15
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
4. Analisis cairan pleura
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi
7.
STUDI KASUS
3.1.1. Pengkajian
Pasien yang di rawat bernama Tn. W.B berumur 64 tahun. Ia lahir pada tanggal 4
September 1958 dan bertempat tinggal di Medan, Ia beragama Kristen, pendidikan
terakhir SMA dan pekerjaan pasien adalah Pedagang. Pasien mengatakan sesak
napas, batuk dan nyeri dada sejak 1 tahun yang lalu.
1. Keluhan Utama
16
Pasien mengatakan sesak napas dan rasa sesak bertambah saat berubah posisi.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien saat ia merasa sesak nafas yang semakin memberat sejak kurang lebih
empat hari yang lalu, nyeri dada bagian kiri dan batuk. Pasien masuk melalui
UGD, Jam 08.30 dan pasien segera dilakukan pemasangan infus NaCl 14 tetes/
menit. Pasien di pindahkan ke ruangan,
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan bawah ia menderita TBC 3 tahun yang lalu dan diobati secara
tuntas. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan,
akan tetapi klien memiliki kebiasaan
Pasien mengatakan tidak ada anggota kelurga yang menderita penyakit yang
sama dengannya ataupun penyakit keturunan lainnya.
5. Pemeriksaan Pola-Pola Kesehatan
Pasien dapat BAB dan BAK dengan lancar dan tidak merasa nyeri saat BAB.
Frekuensi BAB 1 – 2 kali / hari dengan bau yang khas, konsistensi lembek
dan berwarna kuning. Pasien BAK 2-3 kali/ hari dengan bau khas dan
berwarna kuning.
c. Pola aktivitas dan latihan
17
Pasien mengatakan bahwa saat ini ia belum dapat tidur dengan nyenyak
karena terkadang sesak nafas dan pasien juga mudah terbangun jika suasana
lingkungan bising dan jangka waktu tidur masih dalam batas normal. Akan
tetapi waktu tidur pasien masih tercukupi yaitu enam jam (tidur malam jam
10.00 dan bangun pagi jam 04.00).
e. Pola kognitif personal
Menurut pasien penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dan
bukan kutukan ataupun diguna-guna.
g. Pola peran
Saat ini pasien tidak dapat menjalankan perannya sebagai kepala keluarga
karena penyakit yang dideritanya.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu berdiskusi bersama keluarga
untuk mencari jalan keluarnya dan selalu berdoa bersama.
j. Pola sistem nilai kepercayaan
Pasien sesak nafas, wajah tampak meringis dan nyeri dada, warna kulit
sawomatang dan tidak ada edema. Tanda-tanda vital pada pukul 16.00 meliputi
tekanan darah : 110/70 mmHg, pernapasan : 30 X/ menit, nadi : 80 X/ menit,
suhu tubuh : 37 0 C. Tinggi badan 160 Cm; berat badan 59 Kg, maka berat badan
ideal (BBI) adalah : (160-100)- 10 % (160-100) = 54 kg.
Pada pemeriksaan dada pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri di area dada
18
kiri,nyeri seperti tertusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 4-5
Nyeri sedang (Skala Intensitas Nyeri Deskriptif (1-10), Potter & Perry). Saat di
inspeksi tampak bentuk dada pasien simetris, ekspansi paru tidak seimbang
antara kiri dan kanan, tampak pengguanaan otot bantu pernapasan dan pasien
menggunakan alat bantu pernapasan (O2 nasal canul 2 L/ menit). Saat
auskultasi
terdengar bunyi napas tambahan yaitu Wheesing yang terdengar pada paru
bagian kanan dan kiri.
Pasien dalam keadaan sadar penuh (composmentis) dengan GCS 15, sebagai
berikut: eye bernilai 4, verbal bernilai 5 dan motorik bernilai
6. Keadaan umum pasien tampak lemah. Pada pemeriksaan mata di temukan
konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak menggunakan kacamata dan
pandangan masih normal (tidak kabur).
Pada pemeriksaan fisik mulut bibir pasien berwarna gelap dan tidak pucat.
Pasien masih bisa membedakan rasa asin, manis, pahit dan asam. Pada
pemeriksaan kepala tidak ada lesi dan tidak pusing/sakit kepala. Pada
pemeriksaan leher tidah ada kaku kuduk, saat dipalpasi tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, kelenjar parotis dan tidak ada peningkatan vena jugularis. Pada
pemeriksaan fisik telinga tidak ada lesi, bentuk telinga normal, tidak ada nyeri
telinga dan masih dapat mendengar dengan baik. Pada pemeriksaan thoraks
terpasang selang WSD.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pasien terpasang O2 nasal canul 2 liter , ranitidin 3X1 ampul (IV), ketorolac 3 X
1 ampul (IV) dan IFD aminofluid 14 TPM.
9. Analisa data
19
Dari hasil pengkajian yang di lakukan di dapatkan diagnosa keperawatan yang
pertama yaitu Ketidakefektifan Pola Nafas : pasien mengatakan sesak nafas dan
batuk. pasien batuk, RR : 30 X / menit, terpasang O 2 nasal canul 2 liter/ menit,
adanya retraksi dinding dada
dan pengguanaan otot bantu pernapasan. Saat diauskultasi terdengar bunyi napas
tambahan yaitu Wheezing.
Pada diagnosa kedua di temukan risiko infeksi dengan data subjektifnya yaitu :
pasien mengatakan bahwa ada luka pada abdomen kiri bagian bawah. Data
objektif yang di dapat : pasien terpasang selang WSD. Leukosit : 20.640µL
Diagnosa keperawatan ketiga data subjektif yang di temukan pada pasien
adalah pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri di area dada kiri,nyeri seperti
tertusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 4-5. Data objektif yang
di temukan adalah pasien tampak meringis dan memegang dada bagian kiri.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. W.B dari hasil pengkajian di atas
adalah :
20
3.1.3 Intervensi keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal,
peninggian kepala tempat tidur (head up) meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :
c. Klem selang pada bagian bawah unit Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
drainase bila terjadi kebocoran system
d. Awasi pasang surutnya air penampung Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan
dan water seal perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
21
Berguna dalam menevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya komplikasi atau perdarahan
e. Catat karakter/jumlah drainase selang yang memerlukan upaya intervensi
dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker, Alat dalam menurunkan kerja napas;
latih napas dalam dan batuk efektif meningkatkan penghilangan distress respirasi
dan sianosis b.d hipoksemia.
Perawatan :
Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang bias
memperparah kondisi klien
1. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)
Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti
menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman
Intervensi :
Intervensi Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa
nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang
- Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
dengan dokter untuk pemberian obat pasien
analgesik
Observasi skala nyeri setelah intervensi Sebagai evaluasi terhadap interensi yang
yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk merencanakan
22
intervensi selanjutnya
Kemungkinan dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh
meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD
Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
Intervensi :
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD secara Untuk menjaga kebersihan daerah yang
teratur terpasang WSD sehingga dapat meminimalisir
peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
daerah WSD dan instruksikan untuk
merawatnya secara teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap
benar pasien yang dapat emmicu terjadinya infeksi
23
jika diperlukan
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan Meminimalkan pemicu infeksi
Kriteria hasil: - pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan
rencana pengobatan
Intervensi :
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat Belajar ditingkatkan bila individu secara
dalam proses belajar, misalnya: diskusi, aktif berperan
partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai Membantu pasien dan orang terdekat
indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku membuat pilihan berdasarkan informasi
yang berhubungan dengan kebutuhan tentang masa depan.
pasien/ keluarga dan dorong membaca dan
memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Informasikan kepada pasien tentang efek- Mengurangi ras cemas pasien akibat
efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang
penyakit dan proses pengobatannya telah dilakukan
24
3.1.4. Implementasi
25
Menganjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. Jam 11.00
mengobservasi tanda-tanda vital. 12.00 melakukan kolaborasi pemberian analgetik
dan memberikan injeksi KTC 3 X 1 mg/IV dan menganjurkan pasien untuk istrahat.
Implemantasi hari ke tiga dilaksanakan pada tanggal 29 mei 2019. Diagnosa
keperawatan 1 : ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.
Jam 08.00 memberikan pasien nebulizer, jam 11.20 mengatur poisisi pasien (semi
fowler) dan jam 12.10 memperbaiki posis nasal canul pasien.
Diagnosa 2 : risiko infeksi. Implementasi : jam 06.30 mengganti laken pasien
dan memandikan pasien. Jam 08.00 merawat luka WSD pasien dan mengkaji
adanya tanda-tanda infeksi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan
nutrisi yang cukup.
Diagnosa keperawatan 3 : Nyeri akut. Implementasi : Jam 11.00
mengobservasi tanda-tanda vital. 12.00 melakukan kolaborasi pemberian analgetik
dan memberi injeksi KTC 3 X 1 mg/IV), menganjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi dan istrahat secukupnya.
O2 nasal canul di berikan 2 liter/ menit, Pasien di berikan nebulizer, Tidak terdapat bunyi
rongki saat auskultasi dan TTV ; TD : 110/70 mmHg, RR : 29 X/ menit, S : 37 0 C, N : 84 X/
menit.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan kedua : Lingkungan pasien
menjadi lebih bersih dan nyaman, Pasien dalam keadaan bersih dan rapih dan tidak
ada tanda-tanda infeksi pada luka WSD, Pasien dan keluarga mampu mengikuti
instruksi 6 langkah mnecuci tangan dengan baik.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan yang ketiga : Pasien mengatakan
nyeri berkurang dari skala 4 menjadi skala 2 atau 0, Wajah pasien tampak lebih
rileks dan Pasien mendapat injeksi KTC 1 X 3 ampul/ hari.
26
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut.
27
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. Et al. 2010, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hudak & Gallo, 2007, Keperewatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
28