Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ WATER SEAL DRAINAGE (WSD) ”

Dosen Pengampu :

Vina Agustina, Ners., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok V

Aurel Risia Bethani NIM. 2021-01-14201-158

Fery Erawaty Bunama NIM. 2021-01-14201-165

M. Arisyayi NIM. 2021-01-14201-172

Natasia Lusiana NIM. 2021-01-14201-179

Rindiani Levia NIM. 2021-01-14201-186

Yarina Astianingsih NIM. 2021-01-14201- 193

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

PROGRAM KHUSUS

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan
Medikal Bedah yang berjudul “ WSD ”. Makalah ini berisi tentang penjelasan
mengenai Prosedur tindakan keperawatan WSD . Isi makalah ini dijelaskan secara
sistematis sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isinya.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kritik dan saran yang membangun selalu penyusun harapkan demi perbaikan
penyusunan makalah selanjutnya. Selamat belajar dan semoga sukses.

Palangka Raya, 08 Januari 2022

Penyusunan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7
2.1 Laporan Pendahuluan........................................................................................7
2.1.1 Pengertian..........................................................................................................7
2.1.2 Tujuan.....................................................................................................................8
2.1.3 Indikasi Pemasangan WSD........................................................................................8
2.1.4 kontraindikasi Pemasangan WSD..............................................................................9
2.1.5 Komplikasi..........................................................................................................9
2.1.6 Macam-macam.........................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................12
PROSEDUR PEMASANGAN WSD.......................................................................................12
3.2 CARA PEMASANGAN WSD.........................................................................................12
3.3  PERAWATAN WSD.....................................................................................................16
BAB IV……………………………………………………………………………………………………………………….16
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................19
4.1  PENGKAJIAN KEPERAWATAN....................................................................................19
BAB V………………………………………………………………………………………………………………..………19
PENUTUP......................................................................................................................30
5.1 KESIMPULAN..............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh


memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika
terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan
terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan
fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada


trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila
tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru.
Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan
mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga
paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena
itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak
kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga
disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang


asuhan keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan
diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat
umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal
Drainage).

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?

2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?

4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

5. Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?

6. Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD


(Water Seal Drainage)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien


dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal


Drainage)?

2. Mahasiswa mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal


Drainage)?

3. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari


pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

4. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD


(Water Seal Drainage)?

5. Mahasiswa mampu memahami macam-macam dari WSD (WaterSeal


Drainage)?

5
6. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?

7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan


pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu


memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan


2.1.1 Pengertian
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura,
rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki
tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
1. Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau
kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau
tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga
“mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga
pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfer 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

7
2.1.2 Tujuan
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

2.1.3 Indikasi Pemasangan WSD


a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung
8
f. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi indflamsi
g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

2.1.4 kontraindikasi Pemasangan WSD


a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

2.1.5 Komplikasi
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension
pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien),
perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

2.1.6 Macam-macam
a. WSD dengan sistem satu botol
 Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien
simple pneumothoraks
 Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang
selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini
mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung
 Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam
2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang
menyebabkan kolaps paru

9
Note:
 Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat
berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.
 Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih
tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara.
 Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat
disebabkan karena adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest
tube.
 Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
 Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
 Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
 Inspirasi akan meningkat
 Ekpirasi menurun
 
b. WSD dengan sistem 2 botol
 Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan
botol ke-2 botol water seal.
 Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong
dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan
selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan
suction control
 Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari
rongga pleura masuk ke water seal botol 2
 Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan
mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar
melalui selang masuk ke WSD
 Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,

10
hemopneumothoraks, efusi peural
 Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level
c. WSD dengan sistem 3 botol
 Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol
jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk
mengontrol tekanan
 Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
 Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3.
Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam
dalam air botol WSD
 Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
 Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
 Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke
dua
 Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
 Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan
terbuka ke atmosfer

11
BAB III
PROSEDUR PEMASANGAN WSD

3.1 TEMPAT PEMASANGAN WSD

a. Bagian apex paru (apical)

- Anterolateral interkosta ke 1-2

- Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Bagian basal

- Postero lateral interkosta ke 8-9

- Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

3.2 CARA PEMASANGAN WSD


3.2.1 Persiapan

1. Pengkajian

a. Memeriksa kembali instruksi dokter

b. Mengecek inform consent

c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan

2.  Persiapan pasien

a. Siapkan pasien

b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :

- Tujuan tindakan
12
- Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk
atau berbaring

- Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi

- Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena

3. Persiapan alat

1. Sistem drainage tertutup

2. Motor suction

3. Slang penghubung steril

4. Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau


jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk
bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set
balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.

3.3.2    Pelaksanaan

Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea


aksilaris anterior dan media

2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan

3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus  interkostalis

4. Pada saat inspirasi:

13
- Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam
WSD

- Paru- paru mengembang

Note:

Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan
tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena
adanya gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.

5. Pada saat ekspirasi:

Tekanan dalam paru- paru lebih besar dibanding  tekanan yang ada di dalam WSD

1. Masukkan jelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan.


Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai
rongga pleura / menyentuh paru

2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps

3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada

4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan

5. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan

3.3.3 Tindakan setelah prosedur

1. Perhatikan undulasi pada selang WSD

     Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :

1. Motor suction tidak berjalan

14
2. Slang tersumbat dan terlipat

3. Paru-paru telah mengembang

4. Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system


drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas

5. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar

6. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang
telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air

7. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui
jumlah cairan yg keluar

8. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama

9. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan

10. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan


sampai slang terlipat

11. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi

2. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu

3. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang

4. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran

5. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema


subkutan

6. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif

15
7. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

8. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD

9. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

3.3  PERAWATAN WSD


1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2
hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian
masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh
pasien.

2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang
hebat akan diberi analgetik oleh dokter.

3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

1. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.

2. Pergantian posisi badan.


Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh
bantal di bawah lengan atas yang cedera.

3. Mendorong berkembangnya paru-paru.

1. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.


16
2. Latihan napas dalam.

3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.

4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

5. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan
dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya
hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan
pernapasan.

1. Suction harus berjalan efektif :

1.  Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi


dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.

2.  Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,


warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

3.  Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk


jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari
terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian
operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat
oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

4. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage :

- Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.

17
- Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya
gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

- Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu


meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.

- Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan


slang harus tetap steril.

- Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,


dengan memakai sarung tangan.

- Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,


misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water
Seal Drainage)

3.4  INDIKASI PELEPASAN WSD

1. Produksi cairan <50 cc/hari

2. Bubling sudah tidak ditemukan

3. Pernafasan pasien normal

4. 1-3 hari post cardiac surgery

5. 2-6  hari post thoracic surgery

6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau


tidak adanya cairan atau udara pada rongga intra pleur

18
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1  PENGKAJIAN KEPERAWATAN


4.1.1.   Anamnesa

1. Identitas Pasien

Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Keluhan Utama

- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien

- Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :


sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien


dibawa ke rumah sakit.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita pasien sekarang.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang
disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC,
dll.

19
6. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya


serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan
terhadap dirinya.

4.1.2.   Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.

2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis,


somnolen, sopor atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood
pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

3. ROS (Review of System)

B1 (Breath)          

1. Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak

2. Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)

3. Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea

4. Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi


interkostal

5. Fremitus fokal

6. Perkusi dada : hipersonor

7. Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris

8. Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan

20
9. Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru,
tumor, biopsi paru.

B2 (Blood)

1. Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )

2. Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder

3. Hipertensi / hipotensi

4. CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik

5. Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah

B3 (Brain)

1. Tentukan GCS pasien

2. Tentukan adanya keluhan pusing,

3. Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar


6-7 jam.

4. ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.

5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya
nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-
tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan
perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien

B4 (Bladder)

Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:

21
1. Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi,
inkontinensia

2. Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah
sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening

3. Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan

4. Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake
cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.

5. Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter

B5 (Bowel)

1. Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau

2. Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis

3. Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan

4. Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites

5.                                                   i.      Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka


bekas operasi

6. Peristaltic usus tiap menitnya

7. Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau


berdarah)

8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari

B6 (Bone)

1. Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)

22
2. Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur

3. Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi

4. Keadaan turgor kulit

4.1.3.   Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

2. Darah lengkap dan kimia darah

3. Bakteriologis

4. Analisis cairan pleura

5. Pemeriksaan radiologis

6. Biopsi

4.1.4    Diagnosa Keperawatan

 Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas,


tekanan dan nyeri.

 Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor


fisik (pemasangan selang dada)

 Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh

 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang terpajan informasi.

 4.1.5   Intervensi

23
1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas,
tekanan dan nyeri.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman


pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan pola napas normal/efektif

b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi :

Intervensi Rasional

Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi


peninggian kepala tempat tidur (head up) maksimal, meningkatkan
ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang
tak sakit.

Bila selang dada dipasang :

1. Periksa pengontrol penghisap, batas Mempertahankan tekanan


cairan negative intrapleural
sesuai yang diberikan,
yang meningkatkan
2. Observasi gelembung udara botol ekspansi paru optimum
penampung dan/ atau drainase cairan

Gelembung udara selama


24
ekspirasi menunjukkan
lubang angin dari
pneumothorak. Naik
3. Klem selang pada bagian bawah unit turunnya gelembung 
drainase bila terjadi kebocoran udara menunjukkan
ekspansi paru
4. Awasi pasang surutnya air penampung
dan water seal Mengisolasi lokasi
kebocoran udara pusat
5. Catat karakter/jumlah drainase selang
system
dada.
Fluktuasi (pasang surut)
menunjukkan perbedaan
tekanan inspirasi dan
eksprirasi

Berguna dalam
menevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya
komplikasi atau
perdarahan yang
memerlukan upaya
intervensi

Berikan oksigen melalui kanul/masker, latih Alat dalam menurunkan


napas dalam dan batuk efektif kerja napas;
meningkatkan
penghilangan distress
respirasi dan sianosis b.d 
hipoksemia.

25
Perawatan :

Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi


oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta
untuk mencegah
terjadinya komplikasi 
yang bias memperparah
kondisi klien

2. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor


fisik (pemasangan selang dada)

Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien


seperti menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman

Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi

Kriteria hasil:  - nyeri berkurang bahkan hilang

-  RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit

Intervensi :

Intervensi Rasional

Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap


rasa nyerinya sehingga nyeri pasien
berkurang

Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan Mengurangi tingakt nyeri yang


dengan dokter untuk pemberian obat
26
analgesik dirasakan pasien

Observasi skala nyeri setelah intervensi Sebagai evaluasi terhadap interensi


yang telah dilakukan yang telah dilakukan dan untuk
merencanakan intervensi selanjutnya

3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh

Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD,


suhu tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD

Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien

Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD

-  Tidak timbul rasa nyeri

-  Suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Intervensi :

Intervensi Rasional

Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang
secara teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya
infeksi.

Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko
daerah WSD dan instruksikan untuk infeksi
merawatnya secara teratur

Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah kontaminasi lingkungan


27
yang benar terhadap pasien yang dapat emmicu
terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien

Ajarkan kepada pasien dan keluarga


Mendeteksi adanya infeksi sedini
tanda/gejala infeksi dan kapan harus
mungkin sehingga dapa segera
melaporkan ke pusat kesehatan
dilakukan tindakan agar infeksi tidak
semakin parah

Kolaborasikan untuk member antibiotik Mengendalikan factor pemicu infeksi


jika diperlukan

Batasi jumlah pengunjung jika Meminimalkan pemicu infeksi


diperlukan

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang terpajan informasi.

Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan


mengikuti instruksi, pasien tampak gelisah.

Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil: - pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses


penyakit dan rencana pengobatan

-  Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

Intervensi Rasional

28
Berikan peran aktif pasien/ orang Belajar ditingkatkan bila individu secara
terdekat dalam proses belajar, misalnya: aktif berperan
diskusi, partisipasi kelompok

Berikan informasi tertulis dan verbal Membantu pasien dan orang terdekat
sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel membuat pilihan berdasarkan informasi
dan buku yang berhubungan dengan tentang masa depan.
kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong
membaca dan memdiskusikan apa yang
mereka pelajari

Informasikan kepada pasien tentang Mengurangi ras cemas pasien akibat


efek-efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya

Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang


penyakit dan proses pengobatannya telah dilakukan

29
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,
cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan
hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Tujuan pemasangan WSD antara lain :

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak

2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps

4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk


mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

 
30
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20


Desember 2010 Jam 08.00 WIB

Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20


Desember 2010 Jam 21.27 WIB

Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember


2010 Jam 21.16 WIB

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

 Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Smeltzer, S.C. & Bare. B.G.,  2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing 8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.

31

Anda mungkin juga menyukai