Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PERAWATAN WATER SEAL

DRAINAGE (WSD)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan medikal Bedah

IMRAN ILAHUDE

225070209111028

PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Water seal drainage (WSD) merupakan suatu tindakan medis yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan udara atau cairan dari dalam
rongga paru atau pleura. Sistem drainage yang baik akan mencegah cairan
dan udara kembali ke dalam rongga pleura dan mengembalikan tekanan
negatif intrapleura untuk memfalitasi pengembangan paru (George dan
Papagiannopoulos, 2015).
Cairan atau udara yang terdapat dalam paru-paru atau rongga pleura
dikeluarkan menggunakan alat suction sistem drainase yang biasa disebut
dengan Water Seal Drainage (WSD). Selain itu, tujuan utama dari drainase
dada adalah mengembangkan kembali paru-paru pasca bedah rongga dada.
Penggunaan tindakan drainage ini telah terbukti secara efektif mampu
mengurangi terjadinya kebocoran udara pada paru-paru. Kebocoran udara
merupakan komplikasi paling sering terjadi setelah dilakukan operasi bedah
dada. Pemasangan water seal drainage ini akan mengurangi keluhan sesak
napas tetapi mempunyai resiko terjadinya infeksi, semakin tinggi resiko
terjadi infeksi bila tidak disertai perawatan Water Seal Drainage itu sendiri.
Pasien rawat yang telah dipasang WSD dievaluasi berkala selama
beberapa hari, seperti perkembangan keluhan pasien, jumlah cairan atau
udara, kemungkinan kebocoran atau sumbatan di selang dada, serta
kemungkinan terjadi komplikasi pemasangan WSD. Jumlah produksi cairan
atau udara terdeteksi berkurang di dalam penampung menandakan sudah
terjadi perbaikan klinis. Apabila sudah mengalami perbaikan, maka WSD
akan dilepas seluruhnya kemudian pasien dipulangkan untuk rawat jalan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Vilkki & Gunn, 2020)
bahwa pada penelitian ini, terdapat kejadian 289 komplikasi pada pasien
dengan pemasangan WSD, dimana 233 pasien (19,9%) setelah pemasangan
chest tube. Jenis komplikasi yang paling banyak adalah letak posisi WSD
yang bergeser (96,5% pasien), yang berarti bahwa selang tidak berfungsi
dengan baik selama masa perawatan, dan 1,7% komplikasi pada daerah
insersi serta 1,7% termasuk komplikasi infeksi.
Perawat yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien post
pemasangan water seal drainage harus memiliki pengetahuan yang baik
dalam mengelola sistem drainase dengan benar. Dalam perawatan yang
diberikan tentunya harus berdasarkan standar operasional yang sudah
ditetapkan berdasarkan evidence based practice, sehingga tidak
menimbulkan harmfull pada pasien serta tidak memperparah kondisi pasien.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perawatan pada pasien dengan tindakan water seal
drainage (WSD)
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui standar operasional prosedur dalam perawatan pada
pasien dengan tindakan pemasangan water seal drainage (WSD)
2. Untuk mengetahui langkah-langkah perawatan pasien agar mengurangi
kejadian komplikasi pada pasien dengan tindakan pemasangan water
seal drainage (WSD)

1.3. Manfaat
Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
menjadi referensi atau pedoman dalam melakukan tindakan perawatan pada
pasien dengan Tindakan pemasangan water seal drainage (WSD)
BAB II
PERAWATAN WSD
1. Pengertian
Water Sealed Drainage adalah suatu prosedur untuk mengeluarkan cairan atau
udara dari dalam rongga pleura. Water sealed Drainage adalah sistem drainase
yang kedap air (water sealed). Water seal drainage (WSD) adalah suatu
tindakan medis yang dilakukan untuk mengeluarkan udara atau cairan dari
dalam rongga pleura. Sistem drainage yang baik akan mencegah cairan dan
udara kembali ke dalam rongga pleura dan mengembalikan tekanan negatif
intrapleura untuk memfalitasi pengembangan paru (George dan
Papagiannopoulos, 2015). Jadi WSD merupakan pipa khusus yang
dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit
bedah. George, Robert S., Papagiannopoulos, Kostas., (2015). Journal of
Thoracic Disease, suppp 1 : 55-64, UK
2. Tujuan
Tujuan dari WSD antara lain mengeluarkan cairan dan udara secepat mungkin,
mencegah drainase udara dan cairan kembali ke rongga pleura, dan
mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura agar paru dapat
mengembang kembali. Water Sealed Drainage memiliki desain yang
menempatkan tabung WSD berada di bawah dada untuk drainase secara
gravitasi. Selang WSD diletakkan di bawah air untuk mengembalikan tekanan
udara paru, sehingga paru dapat mengembang kembali
3. Indikasi
Indikasi pemasangan WSD :
a. Pneumothorax
b. Hemothorax
c. Hemopneumothorax
d. Efusi pleura
e. Cylothorax
f. Penetrating chest trauma
g. Pleural Empyema
(Durai, Hoque and Davies, 2010)
4. Letak
a. Bagian apex paru (apical)
Anterolateral interkosta ke 1-2
Fungsi: untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
b. Bagian basal
Postero lateral interkosta ke 8-9
Fungsi: untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.
(Santosa, 2019)
5. Jenis Water Sealed Drainage
a. Sistem Botol
Pada sistem satu botol, cairan atau udara masuk melalui saluran
pengumpul, yang berakhir di dalam air steril (penyegel). Udara keluar dari
air menuju ventilasi udara; cairan tetap di dalam botol. Sistem satu botol
bergantung pada gravitasi dan tekanan ekspirasi positif untuk drainase.
b. Sistem dua botol
Pada sistem dua botol menggunakan botol satu untuk menerima cairan
atau udara dari pasiendan botol dua untuk membuat segel air. Udara atau
cairan dari rongga pleura diterima oleh botol satu. Udara dari botol satu
disalurkan ke botol dua, udara keluar dari air, menuju ventilasi udara.
Cairan dari rongga pleura tetap di dalam botol satu. Sistem ini
menggunakan gravitasi dan tekanan ekspirasi positif untuk drainase.
c. Sistem tiga botol
Pada sistem tiga botol mempunyai sebuah botol pengumpul (botol 1),
sebuah botol water seal (botol 2), dan sebuah botol kontrol pengisapan
(botol 3). Fungsi botol 1 dan 2 sama dengan sistem dua botol kecuali
bahwa botol 2 disambungkan ke botol 3. Botol 3 mempunyai sebuah
selang kontrol manometer dibawah permukaan air steril. Ke dalaman
selang dibawah permukaan air ini menentukan besarnya pengisapan pada
rongga pleura. Botol kontrol pengisapan mempunyai saluan lain yang
digunakan untuk pengisapan. Sistem ini menggunakan tekanan ekspirasi
positif, gravitas, dan pengisapan untuk drainase.
(Santosa, 2019)
6. Perawatan WSD
Perawatam WSD adalah tindakan merawat, membersikan dan mengganti
balutan luka pada area intubasi selang WSD dan mengganti botol WSD
dengan yang baru
a. Botol drainase
1) Harus diletakkan lebih rendah dari posisi insersi chest tube
Rasionalnya : Dengan posisi botol WSD yang lebih rendah
memungkinkan gaya gravitasi menarik udara/cairan dari rongga
pleura dan tidak mengijinkan udara/cairan tersebut kembali ke
dalam rongga pleura.
2) Harus tetap tegak
Rasionalnya : Untuk mempermudah dalam mencatat dan
mengobservasi jumlah cairan pleura yang diproduksi.
3) Cairan untuk water seal harus diatas “zero level”
Rasionalnya : Untuk menghindari tekanan/kembalinya cairan ke
dalam rongga pleura.
4) Sebaiknya diganti dengan botol baru apabila isinya hampir penuh
Rasionalnya : Untuk menghindari gagalnya paru mengembang
(Pasien dapat meninggal) dan paru-paru bisa mengalami kolaps
karena pertukan gas/tekanan di dalam botol tidak normal, terisi
cairan yang penuh.
b. Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD, antara lain :
1) Posisikan klien head up 30°
Rasional : Posisi yang ideal adalah “semi fowler”, untuk
meningkatkan evakuasi udara dan cairan serta mengurangi sesak
pada pasien.
2) Observasi tanda-tanda vital: pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada
1 jam pertama, dan selanjutnya dapat dilakukan setiap 4 jam.
Rasional : Mengetahui tanda-tanda vital pasien juga untuk
mendeteksi tanda-tanda syok
3) Observasi tanda-tanda kesulitan bernafas.
Rasional : Dengan mengetahui tanda-tanda kesulitan bernafas, kita
dapat meminimalisir keparahan pada keadaan pasien berguna
menilai derajat distres pernapasan atau kronisnya proses penyakit
4) Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi
Rasional : Dengan memonitor pendarahan atau empisema subkutan
pada luka operasi dapat mengetahui status pendarahan atau
emfisema pada luka operasi, untuk meminimalisir nyeri
5) Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
Rasional : Pemberian tanda pada batas cairan berguna mengukur
output cairan setiap hari
6) Ganti botol WSD apabila penuh, catat jumlah cairan yang dibuang.
Rasional : Untuk menghindari gagalnya paru mengembang (Pasien
dapat meninggal) dan paru-paru bisa mengalami kolaps karena
pertukan gas/tekanan di dalam botol tidak normal, bila terisi cairan
yang penuh.
7) Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran cairan.
Rasional : Melakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan
aliran dan mencegah terjadinya pembekuan darah dalam selang
8) Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing cara
batuk yang efektif.
Rasional : Meningkatkan drainase dan eliminasi sekret agar lebih
mudah dikeluarkan
9) Perhatikan undulasi pada selang WSD.
Rasional : Mengetahui ada tidaknya undulasi, undulasi pada selang
cairan mengikuti irama pernafasan: Inspirasi akan meningkat,
ekpirasi menurun
10) Apabila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang penting
karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain selang tersumbat
atau terlipat, paru-paru telah mengembang.
Rasional : Jika tidak terdapat undulasi dapat segera dilakukan
observasi ulang, sehingga dapat dilakukan tindakan sesuai
kebutuhan pasien
11) Balutan (dressing) chest tube hendaknya diganti setiap hari untuk
mengobservasi tanda-tanda infeksi, surgical emphysema,
memastikan chest tube tetap pada posisi yang tepat.
Rasional : Mengganti balutan untuk mengobservasi tanda-tanda
infeksi, surgical emphysema, memastikan chest tube tetap pada
posisi yang tepat
c. Mengganti balutan chest tube
1) Persiapan pasien
˗ Periksa identitas pasien
˗ Jelaskan prosedur
˗ Jaga privasi pasien
2) Persiapan alat
˗ Sarung tangan bersih
˗ Sarung tangan steril
˗ Kapas steril
˗ Kassa steril
˗ NaCl 0,9%
˗ Plester
˗ Gunting
˗ Bak instrument
˗ Pinset anatomis (2 buah)
˗ Kom steril
˗ Bengkok
3) Prosedur
˗ Cuci tangan
Rasional : Mencegah infeksi nosokomial
˗ Pakai sarung tangan bersih
Rasional : memakai sarug tangan/handscoon merupakan salah satu
cara untuk memutus mata rantai infeksi (transmisi organism)
˗ Persiapkan dan dekatkan alat
Rasional : Memepersiapkan alat dan mendekatkan alat
memudahkan perawat pada saat melakukan tindakan dan efisiensi
waktu
˗ Lepas balutan pada lokasi insersi chest tube. Kaji kondisi luka.
Rasional : Mengetahui kondisi luka pada area terpasangnya WSD
˗ Ganti dengan sarung tangan steril
Rasional : Menggunakan kapas steril merupakan salah satu
pencegahan terpaparnya pasien dari pajanan agen infeksius
(transmisi organism)
˗ Bersihkan area insersi chest tube dengan kapas steril dan larutan
NaCl 0,9%
Rasional : Menggunakan kapas steril merupakan salah satu
pencegahan terpaparnya pasien dari pajanan agen infeksius
(transmisi organism)
˗ Keringkan dengan kassa
Rasional : Mengurangi kelembapan pada sisi luka, yang akhirnya
menjadi tempat bertumbuhnya mikroorganisme
˗ Balut dengan kassa dan plester
Rasional : Meningkatkan absorpsi tepat pada drainase, menjamin
penutupan yang tepat dan absorpsi optimal, dan memberi sokongan
pada luka dan menjamin penutupan lengkap dengan pemaparan
minimal pada mikroorganisme.
˗ Lepas sarung tangan
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme
˗ Rapikan alat
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme
˗ Dokumentasi tanggal dan waktu,jumlah dan tipe drainase dalam
botol WSD lama, dan respon pasien
Rasional : Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu memberi tahu
personel adanya perubahan pada kondisi luka dan status pasien.
d. Mengganti botol WSD
Persiapan pasien
˗ Periksa identitas pasien
˗ Jelaskan prosedur
˗ Jaga privasi pasien
Persiapan alat:
˗ Sarung tangan bersih
˗ Botol WSD
˗ Aquades
˗ Klem
Prosedur:
˗ Pakai sarung tangan
Rasional : Mencegah infeksi nosokomial
˗ Siapkan set yang baru yaitu botol WSD yang diisi aquades
Rasional :
˗ Klem selang WSD
Rasional : Klem selang WSD sementara berguna untuk
menghentikan aliran pada selang dan juga mengdindari jatuhnya
cairan ke lantai
˗ Ganti botol WSD, lepaskan klem
Rasional : Lepaskan klem pada selang WSD sehingga aliran pada
selang kembali normal
˗ Lepas sarung tangan
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme
˗ Rapikan alat
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme
˗ Dokumentasi
Rasional : Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu memberi tahu
personel adanya perubahan pada kondisi dan status pasien.
BAB III

IMPLEMENTASI DAN MANFAAT

1. Implementasi Perawatan WSD


A. Implementasi Perawatan Setelah Prosedur Pemasangan WSD
1) Sebelum memulai tindakan keperawatan pada pasien yang
terpasang WSD, pastikan lingkungan pasien dalam keadaan
aman dan nyaman salah satunya dengan memasang sampiran.
2) Memposisikan klien head up 30°.
3) Mengobservasi tanda-tanda vital: pernafasan, nadi, setiap 15
menit pada 1 jam pertama, dan selanjutnya dapat dilakukan
setiap 4 jam.
4) Mengobservasi tanda-tanda kesulitan bernafas.
5) Memonitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka
operasi.
6) Memberi tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan
waktu.
7) Mengganti botol WSD apabila penuh, catat jumlah cairan yang
dibuang.
8) Melakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
cairan.
9) Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing
cara batuk yang efektif.
10) Memperhatikan undulasi pada selang WSD.
11) Mengobservasi apabila undulasi tidak ada, ini mempunyai
makna yang penting karena beberapa kondisi dapat terjadi
antara lain selang tersumbat atau terlipat, paru-paru telah
mengembang.
12) Mengganti Balutan (dressing) chest tube hendaknya diganti
setiap hari untuk mengobservasi tanda-tanda infeksi, surgical
emphysema, memastikan chest tube tetap pada posisi yang tepat.
B. Implementasi Mengganti Balutan Chest Tube
1) Sebelum memulai tindakan keperawatan pada pasien yang
terpasang WSD, pastikan lingkungan pasien dalam keadaan
aman dan nyaman salah satunya dengan memasang sampiran
2) Melakukan cuci tangan
3) Memakai sarung tangan bersih
4) Mempersiapkan dan dekatkan alat untuk mengganti balutan
chest tube agar mempermudah tindakan
5) Setelah itu, melepas balutan pada lokasi insersi chest tube. Kaji
kondisi luka.
6) Mengganti dengan sarung tangan steril
7) Membersihkan area insersi chest tube dengan kapas steril dan
larutan NaCl 0,9%
8) Mengkeringkan dengan kassa
9) Membalut dengan kassa dan plester
10) Melepas sarung tangan
11) Merapikan alat
12) Mendokumentasi tanggal dan waktu,jumlah dan tipe drainase
dalam botol WSD lama, dan respon pasien.

C. Implementasi Mengganti Botol WSD


1) Memakai sarung tangan
2) Mempersiapkan set yang baru yaitu botol WSD yang diisi
aquades
3) Mengklem selang WSD
4) Mengganti botol WSD, lepaskan klem
5) Melepas sarung tangan
6) Merapikan alat
7) Mendokumentasikan
2. Manfaat Perawatan WSD
A. Manfaat Prosedur Mengganti Balutan
Pada pasien yang terpasang WSD,harus rutin dilakukan penggantian
pembalut. Prosedur penggantiannya bersifat steril. Adapun manfaat
dari proseduir ini adalah :
1) Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.Mendeteksi di
bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari
sekali,dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup
bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu
menyeka tubuh pasien.
2) Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang.
3) Mengatur posisi Slang se-nyaman mungkin, sehingga slang
yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,
sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi

B. Manfaat Mengganti Botol WSD


Selain mengganti balutan pada pasien. Hal lain yang perlu
diperhatikan juga yakni mengganti botol WSD. Manfaat dari
penggantian botol WSD yakni :
1) Mengganti cairan dalam botol WSD setiap hari untuk mengukur
berapa cairan yang keluar.
2) Mengetahui adakah ada gelembung udara yang keluar dari
bullow drainage
3) Mencegah agar cairan dalam botol WSD tidak melampaui batas
normal yang mengindikasi keadaan pasien dan dapat juga
membahayakan pasien
4) Mencegah masuknya Kembali kuman ke paru-paru.
3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Selama Prosedur Mengganti Balutan
Dan Penggantian Botol WSD
A. Mengganti balutan
1) Pengganti verband 2 hari sekali,dan perlu diperhatikan agar kain
kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak
boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien. Menggunakan
Teknik steril
2) Penetapan slang.Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga
slang yang dimasukkan tidakterganggu dengan bergeraknya
pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknyaslang dapat
dikurangi.
3) Pergantian posisi badan.Usahakan agar pasien dapat merasa
enak dengan memasang bantal kecil di belakang, atau memberi
tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,merubah posisi
tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah
lengan atas yang cedera.
4) Pada saat latihan batuk yang efektif : batuk dengan posisi duduk,
jangan batuk waktu slang diklem
5) Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.Perdarahan
dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang,
perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
6) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai
petunjuk jika suctionkurang baik, coba merubah posisi pasien
dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau1/2 duduk ke posisi miring
bagian operasi di bawah atau di cari penyababnyamisal : slang
tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat
rusak,atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di
dinding paru-paru.
B. Mengganti botol WSD
1) Perhatikan undulasi pada selang WSDBila undulasi tidak ada,
berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
 Motor suction tidak berjalan
 Slang tersumbat dan terlipat
 Paru-paru telah mengembang
 Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa
kondisi system drainage, amati tanda-tanda kesulitan
bernafas.
 Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan
yang keluar
 Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan
batas yang telahditetapkan serta pastikan ujung pipa berada
2cm di bawah air
2) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairanyang keluar kalau ada dicatat.
3) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
4) Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah
udara masukyaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan
kocher.
5) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botoldan slang harus tetap steril.
6) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan.Cegah bahaya yang
menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan modalitas tearpi untuk
mengeluarkan udara atau ciran abnormal dari rongga pleura, dengan
melalui chest tube yang terhubung ke botol WSD. Insersi chest tube
memungkinkan udara/cairan mengalir keluar rongga pleura sehingga paru-
paru dapat mengembang secara optimal.
Tujuan pemasangan WSD antara lain:
1) Mengeluarkan cairan/darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorax
2) Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3) Mengembangkan Kembali paru yang kolaps
4) Mencegah udara masuk Kembali ke rongga pleura yang dapat
menyebabkan pneumothorax

B. Saran
Bagi tenaga medis khususnya perawat diharapkan dapat melakukan
tindakan perawatan WSD dengan tepat sesuai SOP yang meliputi
perawatan setelah prosedur pemasangan WSD, mengganti balutan chest
tube, dan mengganti botol WSD.
DAFTAR PUSTAKA

Ningtias, D. R., Wahyudi, B., & Firdaus, I. (2020). Rancang Bangun Water Seal
Drainage (WSD) Khusus Thorax. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 8(2),
169–174. https://doi.org/10.23960/jtaf.v8i2.2563

Vilkki, V. A., & Gunn, J. M. (2020). Complications related to tube thoracostomy


in Southwest Finland hospital district between 2004 and 2014. Scandinavian
Journal of Surgery, 109(4), 314–319.
https://doi.org/10.1177/1457496919857262
Durai, R., Hoque, H. and Davies, T. (2010). Managing a Chest Tube and Drainage
System. AORN Journal, 91(2), pp. 275–283. Available at:
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.aorn.2009.09.026.

Ningtias, D. R., Wahyudi, B., & Firdaus, I. (2020). Rancang Bangun Water Seal
Drainage (WSD) Khusus Thorax. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 8(2),
169–174. https://doi.org/10.23960/jtaf.v8i2.2563

Santosa, A. (2019) Buku Ajar Praktik Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :


UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai