OLEH :
NAMA : YOLLA ALDONNA
NIM : 161101151
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan Makalah............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian WSD ( Water Seal Drainage ).................................................... 6
B. Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )..................................... 9
C. Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta Keuntungan dan
Kerugiannya...................................................................................................... 9
D. Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )................................ 11
E. Asuhan Keperawatan WSD ( Water Seal Drainage )................................... 14
A. Latar Belakang
Water Seal Drainage ( WSD ) atau yang disebut dengan Chest-Tube atau pipa
dada adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan
tujuan untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya
pus pada empisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura
misalnya pneumotoraks.
Tindakan WSD berbeda dengan tindakan punksi atau thorakosintesis karena
pemasangan kateter atau selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan
dengan suatu botol penampung.
Kebutuhan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) misalnya pada trauma
( luka tusuk di dada ), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung
biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan
kuat ataupun suatu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya selain terjadi perdarahan
dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam ronga paru-paru. Oleh karena itu,
paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika
bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang
( Kartono, 1991 ).
Pasien yang terpasang WSD adalah pasien dengan pneumotoraks,hematototraks,
efusi pleura dan emfiema sehingga memerlukan perawatan yangtepat. Perawatan WSD
merupakan salah satu tindakan keperawatan. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi, memantau kepatenan selang WSD serta mengetahui kondisi di sekitar
area pemasangan WSD.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
2. Apakah Tujuan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
3. Apakah Jenis-jenis WSD ( Water Sealed Drainage ) Beserta
Keuntungan dan Kerugiannya ?
4. Bagaimana Persiapan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan WSD (Water Seal
Drainage)?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami Pengertian WSD ( Water Seal Drainage ).
2. Memahami Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).
3. Memahami Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta
Keuntungan dan Kerugiannya.
4. Memahami Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).
5. Memahami Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal
6. Drainage).
BAB II
PEMBAHASAN
B. Prinsip-prinsip dasar
Meknisme pernafasan normal bekerja atas prinsip tekanan negative; yaitu,
Tekanan dalam rongga dada adalah lebih rendah dari tekanan atmosfer,sehingga
menyebabkan udara untuk bergerak ke dalam paru selama inspirasi. Bila mana dada di
buka untuk alasan apa saja,terjadi kehilangan tekanan negative,yang dapat mengakibatkan
kolaps paru. Penumpukan udara,cairan,atau substansi lain dalam dada dapat mengganggu
fungsi kardio pulmonal dan bahkan menyebabakan paru koleps. Substansi patologi yang
terkumpul dalam spasium pleura termasuk fibrin,atau bekuan darah; cairan (cairan
serosa,darah,pus,kilus;dan gas-gas ( udara dari paru,pohon trakeo bronkeal,atau
esophagus). Tempat pemasangan WSD :
1. Bagian apeks paru ( apikal ).
2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal.
3. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus ).
Kerugian :
Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan.
Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang
membatasi garis pengukuran drainase.
Kerugian :
Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke
dalam area pleura.
Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
Kerugian :
Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya
kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi.
6. Paru
a. Dengan WSD paru diharapkan paru mengembang.
b. Control pengembangan paru dengan pemeriksaan fisik dan radiologic.
c. Latihan nafas ekspirasi dan inspirasi yang dalam.
d. Latihan batuk yang efisien .
e. Pemberian antibiotika
f. Ekspektoran cukup obat batuk hitam (OBH).
8. Mengangkat WSD
a. Disediakan alat-alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril.
b. Kain kassa steril.
c. Zalf steril.
d. Teknik :
1) Angkat jahitan.
2) Pasien disuruh bernafas dalam.
3) Pada waktu ekspirasi dalam dan menahannya, WSD di angkat dengan
menutup kain kassa steril yang mengandung zalf steril.
b. Nyeri
Subyektif :
Nyeri dada sebelah
Serangan sering tiba-tiba
Nyeri bertambah saat bernafas dalam
Nyeri menyebar ke dada, badan dan perut
Obyektif
Wajah meringis
Perubahan tingkah laku
c. Respirasi
Subyektif :
Riwayat sehabis pembedahan dada, trauma
Riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
Kesulitan bernafas
Batuk
Obyektif :
Takipnoe
Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal.
Fremitus fokal
Perkusi dada : hipersonor
Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
d. Rasa Aman
Riwayat fraktur / trauma dada
Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi
e. Pengetahuan
Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.
Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan.
2. Diagnosa
1. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan :
Penurunan ekspansi paru
Penumpukan sekret / mukus
Kecemasan
Proses peradangan
Ditandai dengan :
Dyspnoe, takipnoe
Nafas dalam
Menggunakan otot tambahan
Sianosis, arteri blood gas abnormal ( ABGs )
Kriteria evaluasi
Pernafasan normal / pola nafas efektif dengan tidak adanya sianosis, gejala
hipoksia dan pemeriksaan ABGs normal.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi Independen
a. Identifikasi faktor presipitasi, misal :
- Kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi dari mekanik pernafasan.
Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk mempersiapkan WSD
pada ( hemo/pneumotoraks ) dan menentukan untk terapi lainnya.
b. Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya/pergerakan dada, dispnoe, kaji
kebutuhan O2, terjadinya sianosis dan perubahan vital signs.
Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital signs merupakan indikasi
terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri.
c. Auskultasi bunyi pernafasan
- Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya lobus, segmen,
dan salah satu dari paru-paru
- Pada daerah atelektasis suara pernafasan tidak terdengar tetapi bila hanya
sebagian yang kolaps suara pernafasan tidak terdengar dengan jelas.
- Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada tidaknya
atelektasis paru.
d. Catat pergerakan dada dan posisi trakea
Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi tidak sama
dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan peumotoraks.
e. Kaji fremitus
Suara dan fibrasi fremitus dapat membedakan antara daerah yang terisi cairan
dan adanya pemadatan jaringan
f. Bantu pasien dengan menekan pada daerah yang nyeri sewaktu batuk dan nafas
dalam dengan penekanan akan membantu otot dada dan perut sehingga dapat
batuk efektif dan mengurangi trauma
g. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari kaki
Miringkan dengan arah yang sesuai dengan posisi cairan / udara yang ada di
dalam rongga pleura
Bantu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuannya secara bertahap dan
beri penguatan setiap kali pasien mampu melaksanakannya.
Mendukung untuk inspirasi maksimal, memperluas ekspirasi paru-paru dan
ventilasi.
i. Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan /ketakutan dengan mempertahankan
sikap tenang, membantu pasien untk mengontrol dengan nafas dalam.
Kecemasan disebabkan karena adanya kesulitan dalam pernafasan dan efek
psikologi dari hipoksia.
4. Implementasi
a. Penatalaksanaan
1) Mengisi bilik bilik waterseal dengan air steril dengan ketinggian yang sama
dengan 2 cm H2O.
2) Jika di gunkan penghisap,isi bilik control penghisap dengan air steril dengan
ketiggian 20cm atau sesuai yang di haruskan.
3) Sambungkan kateter drainase dari ruang pleural (pasien) keselang yang datang
dari bilik pengumpul dari system water seal. Plester dengan baik.
4) Jika di gunakan penghisap,hubugkan selag bilik control penghisap ke unit
penghisap. Nyalakan unit peghisap dan naikan tekanan sampai timbul
gelembung secara lambat namun tetap dalam bilik control penghisap.
5) Tandai ketinggian cairan awal pada bagian luar unit dreinase. Tandai
peningkatan setiap jam/hari (taggal dan waktu) pada ketiggian dreinase.
6) Pastikan bahwa selang tidak meggulung atau mengganggu gerakan pasien.
7) Berikan dorongan pasien untuk mencari posisi yang nyaman. Berikan
dorongan untuk mengambil posisi kelurusan tubuh yang baik. Jika pasien
berbaring dalam posisi lateral,pastikan bahwa selang tidak terteka oleh berat
badan pasien. Berikan dorongan pada pasien untuk mengubah posisi degan
sering.
8) Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dan bahu dari sisi yang sakit
beberapa kali sehari. Obat nyeri tertentu mungkin diperlukan.
9) Dengan perlahan perah selang dengan arah bilik drainase sesuai kebutuhan.
10) Pastikan adanya fluktuasi dari ketinggian cairan dalam bilik water seal.
11) Fluktuasi cairan dalam selang akan berhenti bila
a. Paru telah terekspansi
b. Selang tersumbat oleh bekuan darah atau fibrin, atau selang kusut
c. Terjadi loop dependen
d. Motor pengisap atau dinding tidak bekerja dengan baik
12) Amati terhadap kebocoran udara dalam system drainase sesuai yang
diindikasikan oleh gelembung konstan dalam bilik water seal.
13) Observasi dan laporkan dengan segera pernapasan dangkal, cepat; sianosis;
tekanan dalam dada; emvisema subkutan; gejala-gejala hemoragi; perubahan
yang signifikan dalam tanda-tanda vital.
14) Berikan dorongan pada pasien untuk napas dalam dan batuk pada interval
yang teratur. Berikan obat yeri yang adekuat. mintakan pesanan untuk
pompa PCA jika diperlukan. Instruksikan dalam penggunakan spirometri
insentif.
15) Jika pasien harus dipindahkan ke area lain, letakan system drainase di bawah
ketinggian dada, jika pasien berbaring pada brankar. Jika selang terlepas,
gunting ujung yang terkontaminasi dari selang dada dan selang, pasang
konektor steril dalam selang dada dan selang, sambungkan kembali ke
system drainase. Jangan mengklem selang dada selama memindahkan
pasien.
16) Ketika membantu dokter bedh dalam melepaskan selang:
a. Instuksikan pasien untuk melakukan maneuver valsalva dengan lambat
dan bernapas dengan tenang
b. Selang dada diklem dan dengan cepat dilepaskan
c. Secara bersamaan, balutan kecil dipasangkan dan buat kedap udara
dengan menutupkan kasa petrolaktum dengan bantalan kasa 10x10 cm, dan
tutupi dan rapatkan secara menyeluruh dengan plester adesif
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakam suatu tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara atau cairan ( darah, pus ) dari rongga pleura, rongga thoraks dan
mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
DAFTAR PUSTAKA