Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan berupa darah atau pus dari rongga pleura , rongga thorax,
dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut ( Arif. 2008 ). Dalam keadaan normal rongga pleura
memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura.

B. Tujuan Pemasangan
Tujuan pemasangan Water Seal Drainage adalah sebagai berikut :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorax.
2. Mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura.
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps.
4. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( refluks drainage ) yang dapat
menyebabkan pneumothoraks.
5. Mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut.

C. Indikasi Pemasangan
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah suatu penumpukan dada diantara pleura viseralis dan
parietalis yang menyebabkan rongga pleura sebenrnya, bukan rongga pleura
potensial ( Ward, dkk. 2006 ). Pneumothoraks adalah kumpulan udara atau gas
lain di rongga pleura yang menyebabkan paru kolaps ( Kozier, 2003 ).
Ciri-ciri pneumothoraks antara lain :
a. Spontan > 20% oleh karena rupture bleb.
b. Luka tusuk tembus.
c. Klem dada yang terlalu lama.
d. Kerusakan selang dada pada sistem drainase.
2. Hemothoraks
Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan di rongga pleura, biasanya
akibat trauma atau pembedahan ( Kozier, 2003 ).
Keadaan hemothoraks biasa terjadi pada kondisi :
a. Robekan pleura.
b. Kelebihan antikoagulan.
c. Pasca bedah thoraks
3. Thorakotomi
a. Lobektomi
b. Pneumoktomi
4. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam
rongga pleura ( Soemantri, 2008 ).
5. Emfiema
Emfiema adalah keadaan terkumpulnya pus di dalam rongga pleura. Pus dapat
mengisi satu lokasi pleura atau mengisi seluruh rongga pleura ( Muttaqin, 2008).
a. Penyakit paru serius.
b. Kondisi inflamasi.

D. Kontraindikasi Pemasangan
1. Infeksi pada tempat pemasangan.
2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

E. Komplikasi
1. Komplikasi primer
a. Perdarahan
b. Edema paru
c. Tension pneumothoraks
d. Atrial aritmia
2. Komplikasi sekunder
a. Infeksi
b. Emfiema
3. Komplikasi lainnya
a. Laserasi yang mencederai organ
b. Perdarahan
c. Emfisema subkutis
d. Tube terlepas
e. Tube tersumbat

F. Prinsip Water Seal Drainage


Menurut Aziz (2011) prinsip yang digunakan pada water seal drainage adalah
sebagai berikut :
1. Gravitasi
Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih
rendah .
2. Tekanan negatif
Udara atau cairan dalam rongga dada menghasilkan tekanan positif ( 763 mmHg
atau lebih ) dalam rongga pleura. Udara dan cairan pada water seal pada selang
dada menghasilkan tekanan positif yang kecil ( 761 mmHg ). Sebab udara dan
cairan bergerak dari tekanan yang lebih rendah, maka udara dan cairan akan
berpindah dari tekanan positif yang lebih tinggi pada rongga pleura ke tekanan
positif yang lebih rendah yang dihasilkan oleh water seal.
3. Suction
Yaitu suatu kekuatan tarikan yang lebih kecil daripada tekanan atmosfir
(760 mmHg). Suction dengan kekuatan negatif 20 cmH2O menghasilkan tekanan
subatmosfer 746 mmHg sehingga udara arau cairan berpindah dari tekanan lebih
tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
4. Water seal
Tujuan utama dari water seal adalah membiarkan udara keluar dari rongga pleura
dan mencegah udara dari atomsfer masuk ke rongga pleura. Botol water seal diisi
dengan cairan steril yang di dalamnya terdapat selang yang ujungnya terendam 2
cm. cairan ini memberikan batasan antara tekanan atmosfer dengan tekanan
subatmosfer (normal 754 mmHg – 758 mmHg). Selang yang terendam 2 cm itu
menghasilkan tekanan positif sebesar 1,5 mmHg semakin dalam selang water
seal terendam air semakin besar tekanan positif yang dihasilkan. Pada saat
ekspirasi, tekanan pleura lebih positif sehingga uadar dan air dari rongga pleura
bergerak masuk kebotol. Pada saat inspirasi tekanan pleura lebih negatif
sehingga water seal mencegah udara atmosfer masuk ke rongga pleura.

G. Tipe Sistem Drainage


1. Sistem WSD Botol Tunggal
Sistem ini merupakan sistem drainase dada yang paling sederhana. Terdiri dari
botol steril rapat udara yang berisi 100 ml air steril atau saline. Bagian penutup
botol memiliki dua lubang. Selang udara yang pendek merupakan lubang udara,
yang memungkinkan udara dari ruang pleura keluar dan untuk mencegah tekanan
yang terbentuk pada rongga pleura. Satu lubang dengan ujung selang yang
panjang masuk ke air sekitar 2 cm, sehingga ia bertindak sebagai water seal.
Ujung selang tersebut dihubungkan ke tubing drainase dada pasien. Botol
bertindak sebagai ruang pengumpul dan ruang water seal. Undulasi pada sistem
mengikuti irama pernapasan, meningkat saat inspirasi dan turun saat ekspirasi.
a. Keuntungan
1) Penyusunan sederhana.
2) Memudahkan untuk mobilisasi pasien.
b. Kerugian
1) Saat melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar dari ekpansi
dada untuk mengeluarkan cairan atau udara.
2) Untuk terjadinya aliran ke botol tekanan pleura harus lebih tinggi dari
tekanan dalam botol
3) Campuran darah drainage dan udara menimbulkan campuran busa dalam
botol yang membatasi garis pengukuran drainage.
2. Sistem WSD Dua Botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang
kedua bekerja sebagai water seal. Botol pertama bersambungan dengan selang
drainage. Botol ini mulanya kosong dan hampa udara. Selang udara yang pendek
pada botol pertama bersambungan dengan selang yang panjang pada botol kedua,
yang menimbulkan water seal pada botol kedua. Cairan dari ruang pleura
mengalir masuk ke dalam botol pertama dan udara dari ruang pleura ke water
seal pada botol kedua.
a. Keuntungan
1) Mampu mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan.
2) Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage yang
keluar dengan baik.
3) Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama.
b. Kerugian
1) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
2) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi
kebocoran udara.
3. Sistem WSD Tiga Botol
Pada sistem tiga botol, botol pertama menampung drainage dari ruang pleura,
botol kedua bertindak sebagai water seal dan botol ketiga merupakan botol
pengontrol suction. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang
dibawah air pada botol ketiga. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan botol
ketiga harus cukup untuk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam
botol. Gelembung yang kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan
penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan.
a. Keuntungan
1) Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan.
2) Tingkat water seal stabil.
3) Suction terkontrol.
b. Kerugian
1) Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada
perakitan dan pemeliharaan.
2) Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi.
4. Sistem WSD Sekali Pakai
Sistem WSD sekali pakai memiliki jenis-jenisnya antara lain :
a. Pompa Penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti
penghisap di dinding. Pompa penghisap emerson ini dapat dirangkai
menggunakan sistem dua atau tiga botol.
1) Keuntungan
a) Bahan dari plastik sehingga tidak mudah pecah.
b) Bersifat dispossible, bentuk tunggal, ringan dan mudah dibawa-bawa.
2) Kerugian
a) Mahal
b) Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit
terbalik.
b. Fluther Valve
1) Keuntungan
a) Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.
b) Kurang satu ruang untuk mengisi.
c) Tidak ada masalah dengan penguapan air.
d) Penurunan kadar kebisingan.
2) Kerugian
a) Mahal
b) Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra
pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.

H. Monitoring dan Perawatan Pasien yang Terpasang Sistem Water Seal Drainage
Menurut Indriono ( 2011 ) perawatan pasca pemasangan WSD antara lain :
1. Monitoring tanda-tanda vital khususnya kecepatan, kedalaman dan pola nafas
setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan, kaji kesimetrisan suara nafas.
2. Observasi selang water seal
Selama inspirasi, cairan dalam botol terhisap masuk ke selang water seal
beberapa sentimeter sebab adanya penurunan tekanan intrapleura. Sebaliknya
selama ekspirasi peningkatan tekanan intrapleura memaksa cairan balik ke
selang. Fluktuasi atau pergerakan cairan bolak balik ( tidalling ) dalam selang
water seal menunjukkan pergerakan ventilasi seseorang. Oleh karena itu saat
tidalling terjadi, selang drainage dalam keadaan paten dan sisem drainage
berfungsi semestinya. Tidalling stop saat paru telah mengembang kembali atau
jika selang drainage terdapat obstruksi.
Jika tidalling tidak terjadi maka lakukan hal-hal berikut ini :
a. Cek untuk meyakinkan bahwa selang tidak tertekan.
b. Ubah posisi pasien.
c. Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan batuk.
3. Observasi selang udara ( selang yang pendek )
Yakinkan bahwa selang ini tetap terbuka ke atmosfer untuk memungkinkan
udara intrapleura keluar dari botol. Jika selang udara tersumbat, udara intrapleura
yang terperangkap dalam botol penampung, meningkatkan tekanan dalam botol.
Jika tekanan menjadi cukup besar, ia mencegah drainage udara dan cairan dari
rongga pleura, mempercepat terjadinya tension pneumothoraks dan
mengakibatkan pergeseran mediastinal.
4. Observasi cairan dalam botol water seal
Gelembung dalam botol water seal disebabkan oleh udara yang keluar dari
rongga pleura masuk ke dalam cairan dalam botol. Gelembung yang intermiten
adalah normal. Ini mengindikasikan bahwa sistem melakukan satu dari tujuannya
seperti mengeluarkan udara dari rongga pleura. Gelembung yang intermiten bisa
terjadi saat ekspirasi normal seseorang karena ekspirasi meningkatkan tekanan
intrapleura dan mendorong udara melalui selang.
Gelembung yang terus menerus selama inspirasi dan ekspirasi mengindikasikan
bahwa udara bocor masuk ke dalam sistem drainage atau rongga pleura. Situasi
ini dapat dikoreksi yaitu dengan mencari lokasi kebocoran udara dan lakukan
perbaikan jika dapat dilakukan. Gelembung yang terjadi cepat pada kondisi tidak
terdapat kebocoran udara mengindikasikan kehilangan udara yang bermakna
seperti dari insisi atau sobekan pada pleura.
5. Cek patensi selang setiap 2 sampai 4 jam, karena adanya obstruksi pada selang
dada, mempengaruhi re ekspansi paru.
6. Monitor jumlah dan tipe dari drainage pada selang dada. Kehilangan volume
yang besar dapat menyebabkan hipovolemi. Penurunan atau tidak adanya
drainage dengan kondisi distress respiratory mengindikasikan adanya sumbatan.
Penurunan atau tidak adanya drainage tanpa distress respiratory mengindikasikan
paru sudah mengembang kembali.
7. Beri tanda atau batas drainage pada sisi luar tabung pengumpul setiap jam,
sebagai acuan untuk pengukuran selanjutnya. Drainage secara bertahap berubah
dari warna darah ke warna pink kemudian warna merah kecoklatan. Aliran yang
tiba-tiba dan warna darah merah pekat terjadi karena perubahan posisi yang
sering berupa darah yang lama yang dapat keluar ke selang dada. Laporkan
drainase lebih dari 200 ml/jam, penurunan atau tidak ada drainase secara tiba-
tiba, perubahan karakteristik dari drainase.
8. Pertahankan posisi selang dada
Tempatkan selang secara horizontal di tempat tidur dan ke arah bawah ke tabung
pengumpul. Akumulasi drainase pada selang yang terjepit menghambat drainase
ke sistem pengumpul dan meningkatkan tekanan paru, berikan area yang cukup
untuk pergerakan pasien.
9. Selalu tempatkan sistem WSD lebih rendah dari dada pada posisi vertical untuk
mencegah aliran balik cairan ke rongga pleura.
10. Kolaborasi dalam pemberian analgetic untuk mengontrol rasa sakit, karena rasa
sakit bisa mempengaruhi keefektifan pernapasan.
11. Kaji daerah tusukan dan kulit sekitar daerah tusukan akan adanya subcutaneous
air dan tanda-tanda infeksi atau inflamasi dengan mengganti balutan setiap hari.

I. Tempat Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)


1. Bagian apeks paru (apikal)
Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
2. Bagian basal
Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari
rongga pleura.

J. Cara Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)


a. Persiapan
a. Pengkajian
1) Memeriksa kembali instruksi dokter
2) Mengecek inform consent
3) Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
b. Persiapan pasien
1) Siapkan pasien
2) Memberi penjelasan kepada pasien mencakup:
3) Tujuan dan prosedur tindakan
4) Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD (Water Seal
Drainage).
5) Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti napas dalam,
distraksi.
6) Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu dan lengan.
c. Persiapan alat
1) Sistem drainase tertutup
2) Motor suction
3) Selang penghubung steril
4) Cairan steril : NaCl, Aquades
5) Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6) Kassa steril
7) Pisau jaringan
8) Trocart
9) Benang catgut dan jarumnya
10) Sarung tangan
11) Duk bolong
12) Spuit 10 cc dan 50 cc
13) Obat anestesi : lidocain, xylocain
14) Masker
d. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik, dan perawat memberi dukungan moril pada
pasien.
1) Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di
linea aksilaris anterior dan media.
2) Lakukan analgesia atau anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3) Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam
sampai muskulus interkostalis
4) Pada saat inspirasi:
a) Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di
dalam WSD
b) Paru- paru mengembang
5) Pada saat ekspirasi:
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam
WSD
6) Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan.
Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai
rongga pleura atau menyentuh paru.
7) Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps.
8) Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada.
9) Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan.
10) Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan

K. Tindakan setelah prosedur


1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain:
a. Motor suction tidak berjalan
b. Slang tersumbat dan terlipat
c. Paru-paru telah mengembang
d. Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi
system drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
e. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
f. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
g. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui
jumlah cairan yg keluar.
h. Observasi tanda vital : pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
i. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan.
j. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan
sampai slang terlipat.
k. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
l. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
m. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan
yang dibuang.
n. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
o. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan.
p. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif.
q. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
r. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
s. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.

L. Perawatan WSD (Water Seal Drainage)


1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari
sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya
slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat
akan diberi analgetik oleh dokter.
3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
b. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di
bawah lengan atas yang cedera.
c. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2) Latihan napas dalam.
3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
5) Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
d. Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.
Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
Suction harus berjalan efektif :
1) Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan
setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
2) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna
muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau
di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru.
4) Perawatan “slang” dan botol WSD atau Bullow drainage.
a) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan
yang keluar kalau ada dicatat.
b) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
c) Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk
yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
d) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol
dan slang harus tetap steril.
e) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan. \
5) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,
misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water
Seal Drainage)

M. Cara mengganti botol WSD (Water Seal Drainage)


1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.
2. Selang WSD diklem dulu
3. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
4. Amati undulasi dalam selang WSD

N. Indikasi Pelepasan WSD (Water Seal Drainage)


1. Produksi cairan <50 cc/hari
2. Bubling atau gelembung sudah tidak ditemukan
3. Pernafasan pasien normal
4. 1-3 hari post cardiac surgery
5. 2-6 hari post thoracic surgery
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak
adanya cairan atau udara pada rongga intra pleura
7. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan Spooling atau pengurutan
pada selang.

Anda mungkin juga menyukai