Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

SEORANG WANITA P0A0 16 TAHUN DENGAN ABNORMAL


UTERINE BLEEDING (LEIOMYOMA)

Disusun oleh :
Abdurrahman Aufa G991905001
Adilla Shafryantyo P G991905002
Alisa Sharen Assyifa G991903004
Afifah Husnun G991905004

Pembimbing :

dr. Eriana Melinawati, Sp.OG(K)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI 2019

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AUB merupakan gangguan menstruasi yaitu gangguan lama dan jumlah
darah haid, gangguan siklus haid, gangguan perdarahan di luar siklus haid serta
gangguan lain yang berhubungan dengan haid. Abnormal Uterine Bleeding (AUB)
atau perdarahan uterus abnormal ditandai dengan gangguan menstruasi yang
keluhannya bervariasi dari ringan sampai berat. Beberapa negara industri
menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan dilaporkan pernah mengalami
menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar
haid dan 6% perdarahan pasca senggama. 1 AUB dapat menurunkan kualitas hidup
wanita sebab, AUB memiliki dampak negatif baik secara fisik, emosional, seksual
maupun aktivitas sehari-hari dari seorang wanita.
Evaluasi faktor risiko yaitu usia lebih dari 35 tahun, siklus anovulasi, obesitas
dan nulipara merupakan dasar untuk evaluasi lebih lanjut AUB terhadap kejadian
kanker endometrium. Angka kejadian kanker endometrium jarang didapatkan pada
perempuan usia 15-19 tahun dan meningkat dua kali pada kelompok usia 35-39 tahun,
sehingga American College of Obstetricians and Gynecologist merekomendasikan
evaluasi endometrium pada perempuan usia diatas 35 tahun yang mengalami
perdarahan uterus abnormal.
Penyebab AUB tercakup dalam sembilan kategori utama yang disepakati
dengan singkatan PALM-COEIN, kategori PALM (Polip, Adenomyosis, Leiomyoma,
Malignancy) merupakan kelainan struktural sedangkan kategori COEIN
(Coagulation, Ovulatorik, Endometrium, Iatrogenik, Not-yet classified) merupakan
kelainan non-struktural. 1
1

2
BAB II
STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. LS
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sragen
Status Perkawinan : Belum menikah
Tanggal Masuk : 4 November 2019
No. RM : 0148xxxx
2. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien P0A0 usia 16 tahun datang dengan keluhan menstruasi yang lama
dan banyak sejak 3 tahun yang lalu. Sekali menstruasi kurang lebih selama 1-3
bulan dan belum berhenti, ganti pembalut 2-4x per hari dan penuh. Keluhan
semakin memberat. Pasien merupakan rujukan RSUD Gemolong dengan
keterangan AUB (O, E). Nyeri perut disangkal, benjolan di perut disangkal,
perut terasa sebah, perdarahan dari jalan lahir (-), demam (-), keputihan (-),
mual (-), muntah (-), BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat menstruasi pertama kali umur 10 tahun. Pasien sudah pernah
pemeriksaan ginekologi dan diusulkan untuk pemeriksaan dengan sub FER.
Pasien belum menikah. Pasien juga tidak memiliki riwayat menggunakan alat
kontrasepsi.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : 3 tahun yang lalu
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal

3
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/ makanan : disangkal
Riwayat mondok : mondok dari usia 13 tahun
2x di RSU Assalam transfusi 2
kolf.
1x di RS Kasih Ibu transfusi 3
kolf.
4x di RSUD Gemolong
transfusi 2, 2, 3 ,1 kolf.
Terakhir kali mondok bulan
Mei 2019 dengan transfusi 2
kolf.
Riwayat kuret : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat jantung : disangkal
Riwayat alergi obat/ makanan : disangkal
6. Riwayat Haid
Baik
7. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
8. Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan Umum : Baik, Composmentis

4
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Frekuensi Napas : 20x/menit
Suhu : 36,70C
2. Kepala
Mesocephal
3. Mata
Konjungtiva anemis (+ / +)
Sklera ikterik (- / -)
4. Thorax
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak membesar
Auskultasi: bunyi jantung I > II iregular, murmur (-), bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler(+/+), ronki basah halus(-/-),
Wheezing(-/-)
5. Abdomen
Inspeksi : dinding perut > dinding dada
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani (+), pekak (+) quadran hipogastrik
Palpasi : Supel, Nyeri Tekan (-), tidak teraba massa

6. Genital
Darah (+), discharge (-)
Inspekulo dan VT : tidak dapat dilakukan

5
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. LABORATORIUM (5/11/2019)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 10.6 g/dl 12.3-15.3
Hematokrit 36 % 33-45
Leukosit 18.7 ribu/ul 4.5-14.5
Trombosit 333 ribu/ul 150-450
Eritrosit 4.84 juta/ul 3.80-5.80
Golongan Darah AB
Golongan Darah Rh Positif
Hemostasis
PT 14.6 Detik 10.0 – 15.0
APTT 31.6 Detik 20.0 – 40.0
ELEKTROLIT
Natrium Darah 137 mmol/L 136-145
Kalsium Darah 3.4 mmol/L 3.3-5.1
Klorida Darah 108 mmol/L 98.106
2. Kesimpulan Hasil USG :
 VU terisi cukup
 Uterus bentuk & ukuran dalam batas normal (7 x 7 x 5 cm) dengan
gambaran whole like appearance ukuran 6 x 5 x 5 cm
 Kesan menyokong gambaran myoma

D.SIMPULAN
Seorang P0A0, usia 16 tahun datang ke RSDM dengan keluhan
menstruasi yang lama dan banyak sejak 2-3 bulan yang lalu dan belum
berhenti. Keluhan disertai perut terasa sebah, BAK dan BAB dalam batas
normal.
Riwayat menstruasi sebelum keluhan, dalam 1 bulan selama 5-7 hari,
dalam sehari ganti 2-4 pembalut penuh, nyeri saat haid disangkal. Belum
menikah. Pasien tidak mempunyai riwayat menggunakan KB. Pada
pemeriksaan fisik didapat kesan umum baik dan compos mentis. Tanda – tanda

6
vital dalam batas normal. Regio kepala, mata tampak konjungtiva anemis.
Thoraks didapatkan bunyi jantung I > II irreguler, abdomen supel, terdengar
bising usus dan tidak teraba massa.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan hemostasis didapatkan
penurunan pada hemoglobin dan kenaikan leukosit. Pada pemeriksaan USG
didapatkan gambaran whole like appearance ukuran 6 x 5 x 5 cm

E. DIAGNOSIS
AUB (L) + anemia (5.6)
F. PROGNOSIS
Dubia
G. TERAPI DAN PLANNING
1. Perbaikan KU
2. Transfusi s/d hb > 10 gr/dL
3. Transfusi 4 PRC
4. Injeksi deksametason 1 ampul sebelum kolf 1
5. Injeksi furosemide 1 ampul setelah kolf 3
6. Injeksi ca glukonas 1 ampul setelah kolf 4
7. Crk GDT
8. Pasang DC
9. O2 3LPM nasal kanul
10. Injeksi asam tranexamat 1 ampul/8 jam

H. FOLLOW UP
1. 4 November 2019
06.00
P0A0, 16 tahun,
S : perdarahan jalan lahir (+)
O :
Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
Thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Genital : darah (+) discharge (-)

7
Ekstremitas : Edema (-/-)/(-/-), akral dingin (-/-)/(-/-)
Hasil Lab (04/10/19)
Hb 5.6 Ht 33 Al 17.2 At 360 Ae 4.10

A : AUB (L) + anemia (5,6)


P : - transfusi PRC 4 kolf
- Injeksi dexamethasone 1 amp
- Sebelum kolf III injeksi furosemide
- Setelah kolf IV injeksi Ca Glukonas
T : Hb > 10

2. 05 November 2019
05.00
P0A0, 16 tahun,
S : Pasien mengeluh tidak nyaman karena kateter. Terdapat flek-flek (+),
transfusi kolf hari kedua
O :
Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital :
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 77 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,0 oC
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
Thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Genital : darah (+) discharge (-)
Ekstremitas : Edema (-/-)/(-/-), akral dingin (-/-)/(-/-)
Hasil Lab :
05/11/19 jam 09.43
Hb 10.6 Ht 36 Al 18.7 At 333 Ae 4.84

A : AUB (L) + anemia (5,6)

P : - Cek DR3 6 jam post transfusi PRC 4 kolf


- Injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam

T: Hb > 10

3. 6 November 2019
06.25
P0A0, 16 tahun,
S : Tidak ada keluhan

8
O :
Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 75 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,2 oC
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
Thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Genital : darah (+) discharge (-)
Ekstremitas : Edema (-/-)/(-/-), akral dingin (-/-)/(-/-)

A : AUB (L) + anemia (10,6)

P : - injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam


- Pemeriksaan SCWF FER
T : BLPL kontrol poli

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan


untuk menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan dalam
jumlah yang banyak atau sedikit, dan haid yang memanjang atau tidak
beraturan.4

B. Klasifikasi berdasarkan pola perdarahan

Penggolongan standar dari perdarahan abnormal dibedakan menjadi 7


pola:
1) Menoragia (hipermenorea)

Perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak danlatau durasi


lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara klinis
menoragia didefinisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml
per siklus dan durasi haid Iebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan
jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa
bila ganti pembalut 2 - 5 kali per hari menunjukkan jumlah darah haid
normal. Menoragia adalah bila ganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.
Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus. terjadi
defisiensi komponen tersebut sehingga menyebabkan terjadi menoragia.
Gangguan anatomi juga akan menyebabkan terjadi menoragia, termasuk
di antaranya adalah mioma uteri, polip dan hiperplasia endometrium
2) Hipomenorea (kriptomenorea)

10
Perdarahan menstruasi yang sedikit atau durasi lebih pendek, dan
terkadang hanya berupa bercak darah. Terdapat beberapa penyebab
hipomenorea yaitu gangguan organik misalnya pada uterus pascaoperasi
miomektomi dan gangguan endokrin. Hipomenorea menunjukkan bahwa
tebal endometrium tipis dan perlu evaluasi lebih lanjut.
3) Metroragia (perdarahan intermenstrual)

Perdarahan yang terjadi pada waktu kapanpun diantara kedua siklus


haid seseorang. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan
karsinoma serviks adalah penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun
administrasi estrogen eksogen menjadi penyebab umum pada perdarahan
tipe ini.
4) Polimenorea

Siklus haid yang lebih pendek (<21 hari), sehingga haid jadi lebih
sering. Hal ini biasanya berhubungan dengan anovulasi dan adanya
gangguan hormonal mengakibatkan pemendekan fase luteal pada siklus
menstruasi sehingga menstruasi menjadi lebih sering.
5) Menometroragia

Perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular. Jumlah dan


durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan
perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset
yang tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya
keganasan atau komplikasi dari kehamilan.
6) Oligomenorea

Periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari sehingga


seseorang akan mengalami haid lebih jarang. Biasanya berhubungan
dengan anovulasi, baik itu dari faktor endokrin (kehamilan, pituitari-
hipotalamus) ataupun faktor sistemik (penurunan berat badan yang
terlalu banyak). Tumor yang mengekskresikan estrogen menyebabkan
oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang lain.

11
7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus)

Harus dianggap sebagai tanda dari kanker leher rahim sebelum


dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab lain dari perdarahan
kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi
serviks atau vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan
sitologi negatif tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks invasif,
kolposkopi dan biopsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.5

C. Etiologi
International Federation of Obstetric and Gynecology (FIGO) telah
membuat klasifikasi PALM-COEIN untuk mengekompokan etiologi dari
Perdarahan uterus abnormal ini. PALM merupakan klasifikasi pada
penyebab struktural, sedangkan COEIN merupakan klasifikasi penyebab
non struktural.4,6
1. Sebab Struktural (PALM)
a) Polip (AUB-P)
Pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal mungkin
tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai
sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan
pembuluh darah endometrium. Lesi polip biasanya jinak, namun ada
sebagian kecil lesi atipikal yang dapat berkembang menjadi ganas.
Diagnostik polip endometrium dapat menggunakan histeroskopi. Lokasi
polip endometrium dapat berasal dari adenoma (adenofibroma), mioma
submukosum, ataupun plasenta.
b) Adenomiosis (AUB-A)
Adenomiosis merupakan pertumbuhan jaringan endometrium atau
invasi endometrium ke lapisan myometrium. Hal ini harus dibedakan
dengan endometriosis, karena endometriosis merupakan tumbuhnya
jaringan endometrium diluar dari uterus. Perkiraan jumlah penderita
adenomiosis berkisar antara 5-70%. Lesi adenomiosis berupa
pembesaran uterus yang bersifat difus, dengan dinding posterior lebih

12
tebal, namun ukurannya tidak lebih besar dari uterus pada hamil 12
minggu. Kelainan adenomiosis sering dijumpai bersamaan dengan
mioma uteri. Secara histopatologis, akan tampak pulau-pulau jaringan
endometrium ditengah-tengah otot uterus, dapat ditemukan juga kista-
kista kecil berisi darah tua di tengahnya. Keluhan pasien dengan
adenomiosis berupa perdarahan uterus abnormal dengan jumlah darah
haid yang banyak setiap harinya (menoragia), dismenorea, dan
pembesaran uterus.
c) Leiomioma (AUB-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan
myometrium. Kelainan yang terletak pada uterus, dapat berupa
submucosa, intra mural ataupun subserosa. Leimioma atau mioma
terbagi atas 3 klasifikasi, yaitu mioma submukosum, intramural dan
subserosum.
1) Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke
dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan
dipanggil myomgeburt.
2) Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium
3) Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma
subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut wandering/parasitic fibroid.
d) Malignancy/ keganasan (AUB-M)
Hiperplasia endometrium adalah suatu kondisi dimana lapisan
endometrium tumbuh secara berlebihan. Hiperplasia endometrium
merupakan lesi prakanker pada organ endometrium. Kejadian hiperplasia
endometrium lebih sering pada perempuan perimenopouse akibat
ketidakseimbangan hormone estrogen yang meningkat dan tidak
diimbangi dengan sedikitnya kadar progesterone dalam darah yang

13
menyuplai organ, khususnya endometrium. Pasien dengan hiperplasia
endometrium dapat memiliki keluhan perdarahan uterus abnormal, baik
berupa perdarahan dengan jumlah banyak (menoragia) ataupun
metroragia.
2. Sebab Non Struktural (COEIN)
a) Coagulopati (AUB-C)
Kelainan sistemik harus selalu dipikirkan dan disingkirkan untuk
mengevaluasi pasien dengan perdarahan uterus abnormal. Kelainan
hemostasis, khususnya penyakit gangguan pembekuan darah, sebagai
contoh von willlbrand disease dapat mempengaruhi hemostasis local
endometrium saat siklus menstruasi, sehingga dapat terjadi perdarahan
pervaginam.
b) Gangguan Ovulasi (AUB-O)
Gangguan ovulasi dapat menjadi perdarahan uterus abnormal yang
memiliki berbagai variasi, dapat berupa perdarahan yang tak terduga
waktunya ataupun menoragia. Banyak kasus dengan gangguan ovulasi
ini telah dieksklusikan berbagai macam etiologi, kebanyakan adalah
endokrinopati (Sindrom Polikistik Ovarium, hipotiroid,
hiperprolaktinemia, obesitas). Penyakit ini juga sering dihubungkan
dengan penyakit metabolic lainnya seerti obesitas, penyakit gula dan
darah tinggi.
c) Endometrial (AUB-E)
Ketika terjadi perdarahan yang siklik, yang biasanya pada siklus
ovulasi serta tidak diketahui penyebabnya, kemungkinan besar
merupakan kelainan local pada endometrium. Apabila keluhan pasien
adalah heavy menstrual bleeding (menoragia) maka gangguan
hemostasis local endometrium dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Namun penyebab lain yang dapat terjadi seperti infeksi Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan inflamasi local pada endometrium
(endometritis).
d) Iatrogenik(AUB-I)

14
Konsumsi obat-obatan dapat menjadi penyebab perdarahan uterus
abnormal, seperti obat-obatan antikoagulan, anti platelet serta pil KB
yang mengandung estrogen.
e) Not yet classifeid (AUB-N)
Penyebab lain yang masih belum bisa diklasifikasikan seperti
enometritis dan penyebab lainnya. 7

D. Patofisiologi

Untuk perdarahan uterus abnormal, patofisiologi perdarahan tersebut


terbagi atas 3 macam, yaitu :
1) Siklus ovulasi

Biasanya terjadi akibat gangguan hemostasis pada endometrium.


Haid yang terjadi pada pasien dengan perdarahan pada siklus ovulasi
memiliki ciri khas haid teratur dan banyak (21-35 hari siklus), terutama
pada 3 hari pertama siklus. Perdarahan biasanya terjadi > 7 hari atau
jumlah darah yang keluar banyak. Pasien dengan perdarahan pada siklus
ovulasi biasanya dapat dipikirkan sebabsebab gangguan hemostasis,
hipotiroid, gangguan fungsi hati tingkat lanjut (sirosis), gangguan
struktural (polip, fibroid)
2) Siklus anovulasi

Haid yang terjadi pada siklus anovulasi biasanya tidak teratur dan
siklus menjadi memanjang. Pasien dengan perdarahan siklus anovulasi
terjadi akibat ketidakseimbangan estrogen-progesteron, dimana kadar
estrogen yang tinggi (dominan), sedangkan progesterone yang rendah,
sehingga terjadi proliferasi endometrium yang berlebihan, namun terjadi
hipoperfusi jaringan endometrium yang akhirnya menyebabkan nekrosis
dan terjadi perdarahan. 14% pasien dengan perdarahan siklus anovulasi
akan berkembang menjadi kanker atau hiperplasia. Penyebab tersering
perdarahan uterus abnormal dengan siklus anovulasi adalah penyakit

15
sistemik (DM), eating disorder, hiper atau hipotiroid, hiperprolaktinemia,
perimenopause, Sindrom Polikistik ovarium, serta efek obat (Anti
epilepsy dan anti psikosis), namun kehamilan tetap harus dipikirkan.
3) Kontrasepsi

Perdarahan yang terjadi biasanya berupa perdarahan bercak


(Spotting). Kontrasepsi yang sering menyebabkan perdarahan adalah Pil
Kontrasepsi Kombinasi (PKK) dan AKDR. PKK mengandung estrogen
dan progestin. Estrogen dalam PKK meyebabkan penurunan integritas
endometrium, sedangkan progestin memiliki efek atrofi pada
endometrium. AKDR dapat menyebabkan perdarahan karena
endometritis yang disebabkan oleh AKDR tersebut. Namun, secara lebih
jelas patofisiologi dari berbagai macam penyebab perdarahan uterus
abnormal memiliki berbagai macam cara. Ketidakseimbangan hormone
estrogen dan progetseron dipercayai sangat berperan dan berpengaruh
terhadap terjadinya kejadian perdarahan jenis ini.

E. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada sifat perdarahan ditanyakan apakah pasien mengalami
perdarahan setelah berhubungan seksual atau perdarahan terjadi secara
tiba-tiba; Waktu terjadinya perdarahan, ditanyakan apakah perdarahan
terjadi saat sedang menstruasi dalam bentuk perdarahan berlebih atau
perdarahan terjadi diantara siklus haid atau saat pasien sudah
menopause. Jumlah darah haid; kemungkinan adanya kelainan uterus;
penambahan dan penurunan BB yang drastis; serta kalianan hemostatis
pada pasien dan keluarga.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perdarahan adalah abortus,
plasenta previa, kehamilan ektopik, dan lain-lain. Pada riwayat konsumsi
obat ditanyakan apakah pasien sedang menggunakan obat-obatan yang
mengganggu sistem hormon seperti penggunaan KB hormonal,
tamoxifen atau obat-obat yang mengganggu proses pembekuan darah.

16
Riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit sistemik dari pasien
juga perlu ditelusuri untuk mencari penyakit yang dapat berperan dalam
terjadinya perdarahan uterus abnormal seperti defisiensi faktor
pembekuan darah, diabetes mellitus, gangguan tiroid, dan lain-lain.
Keganasan pada genitalia juga dapat memicu terjadinya perdarahan
uterus abnormal. 4

2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis maka pemeriksaan fisik dilakukan
untuk mencari tanda dari penyebab perdarahan uterus abnormal.

Pemeriksaan fisik untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik

Memastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak
berhubungan dengan kehamilan

Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT), tanda hiperandrogen,
pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid / hipertiroid,
galaktorea (hiperprolaktinemia) gangguan lapang pandang (adenoma
hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.8,9
Pemeriksaan ginekologi perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap
smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip,
hiperplasia endometrium atau keganasan.8
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mencari penyebab dari
perdarahan uterus abnormal. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan adalah darah lengkap serta faktor pembekuan darah untuk
menilai adanya gangguan koagulasi, kadar TSH untuk menilai adanya
gangguan tiroid, kadar β-hCG untuk pemeriksaan kehamilan, kadar
estrogen, FSH, prolaktin juga perlu diperiksa untuk menentukan apakah
perdarahan uterus abnormal berasal dari gangguan hormonal.
Pencitraan pada umumnya menggunakan ultrasonography (USG)
transvaginal untuk melihat adanya kelainan struktural pada organ
genitalia atau untuk mencari adanya tumor atau anomali lainnya yang
dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal yang dialami oleh

17
pasien.
Biopsi jaringan endometrium dilakukan apabila pasien berusia diatas
35 tahun atau berusia dibawah 35 tahun tetapi dengan faktor risiko
karsinoma endometrium yaitu:

Siklus anovulasi kronis

Obesitas

Nulipara

Diabetes mellitus

Penggunaan tamoxifen.5

F. Tatalaksana
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional
sangat banyak: dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi
transfusi darah. Perdarahan akut dan banyak sering terjadi pada 3 kondisi
yaitu pada remaja dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma
uteri, dan pada pemakaian obat antikoagulansia. Ditangani dengan 2
cara, yaitu dilatasi kuret dan medikamentosa:
1. Dilatasi dan kuretase
Tidak mutlak dilakukan, hanya bila ada kecurigaan keganasan dan
kegagaian dengan terapi medikamentosa. Perdarahan utenrs abnormal
dengan risiko keganasan yaitu bila usia > 35 tahun, obesitas, dan siklus
anovulasi kronis.
2. Medikamentosa
a. Kombinasi estrogen progestin: Perdarahan akut dan banyak biasanya
akan membaik bila diobati dengan kombinasi estrogen dan progesteron
dalam bentuk pil kontrasepsi. Dosis dimulai dengan 2 x 1 tablet selama 5
- 7 hari dan setelah perdarahan berkurang dilanjutkan 1 x 1 tablet selama
3 - 5 siklus. Dapat pula diberikan dengan dosis tapering 4 x 1 tablet
selama 4 hari, diturunkan dosis menjadi 3 x 1 tablet selama 3 hari, 2 x 1
lablet selama 2 hari, 1 x 1 tablet selama 3 minggu kemudian berhenti
tanpa obat selama 1 minggu, dilanjutkan pil kombinasi 1 x 1 tablet
selama 3 siklus. Pemakaian pil kontrasepsi kombinasi akan mengurangi

18
jumlah darah haid sampai 60% dan patofisiologi terjadinya kondisi
anovulasi akan terkoreksi sehingga perdarahan akut dan banyak akan
disembuhkan.
b. Estrogen : dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat
dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan Pemberian estrogen oral dosis
tinggi cukup efektif untuk mengatasi perdarahan uterus abnormal, yaitu
estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau l7beta estradiol 2 mg
setiap 6 jam selama 24 jam
c. Progesteron : Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti
tanpa obat selama 14 hari, diulang selama 3 bulan. Biasanya progestin
diberikan bila ada kontraindikasi terhadap estrogen. Saat ini tersedia
beberapa sediaan progesrin oral yang bisa digunakan yaitu Medroksi
progesteron aserat (MPA) dengan dosis 2 x 10 mg, Noretisteron asetat
dosis 2 x 5 mg, Didrogesteron dosis 2 x 10 mg dan Normegestrol asetat
dosis 2 x 5 mg.4,9
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional
timbul lagi, dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja
kurang bermanfaat karena sebagian besar perdarahan disfungsional
disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian progesteron saja berguna
apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan
dengan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan progesteron
dalam kombinasi dapat dianjurkan; untuk keperluan ini pil-pil
kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke-5
perdarahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk
7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid.
Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan
disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan
daripada terapi suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg sehari;
dalil dalam terapi androgen ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya
dan sependek mungkin.
Terapi dengan klomifen, yang bertujuan untuk menimbulkan ovulasi
pada perdarahan anovulatoar, umumnya tidak seberapa banyak

19
digunakan. Terapi ini lebih tepat pada infertilitas dengan siklus
anovulatoar sebagai sebab.
Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan
disfungsional terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan
beberapa kali, dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah
histerektomi.9

20
21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. AUB (L) merupakan salah satu bagian dari perdarahan uterus abnormal
ditandai dengan terdapat temuan hiperplasia atipik mengarah pada
keganasan, jarang terjadi ada usia reproduksi .
2. Penegakkan diagnosis AUB dapat dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
3. Tujuan terapi AUB adalah untuk menghentikan pendarahan dan
mengurangi gejala klinis.
B. Saran
1. Edukasi kepada pasien mengenai pengetahuan tentang penyakit,
gejala, penatalaksanaan dan komplikasinya.
2. Melakukan follow up berkelanjutan saat pasien datang untuk
kontrol berikutnya

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.
2. Pinto CLB, Ana CJS, Daniela AY, José MSJ. Abnormal Uterine Bleeding. Rev
Bras Glinecol Obstet. 2017; 39(7): 358-68.
3. Mahayasa PD. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ke-7 Obgin Bali 2015
Update in Obstetrics and Gynecologic from Theories to Practice. Denpasar:
FK UNUD/RSUP Sanglah.2015.
4. Simanjuntak Pandapotan. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam :
Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kandungan.
Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2005 : pp.
223-228
5. Silberstein Taaly, Complications of Menstruation; Abnormal Uterine
Bleeding. Dalam : DeCherney Alan H; Nathan Lauren, Current Obstetric &
Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th Edition, Los Angeles:Lange
Medical Books/McGraw-Hill; 2003 : pp 623-630
6. Bulun E Serdar, et al, The Physiology and Pathology of the Female
Reproductive Axis, dalam William Textbook of Endocrinology, 10th Edition,
Elsevier 2003 : pp 587-599
7. Munro MG, Critchley HOD, Fraser IS. The FIGO classification of causes of
abnormal uterine bleeding in the reproductive years. Fertility and
Sterility.2011.( 95) 7.
8. Sweet MG, Schmidt-Dalton TA, Weiss PM, Madsen KP. Evaluation and
management of abnormal uterine bleeding in premenopausal women. Am Fam
Physician. 2012;85(1):35–43.
9. Affandi B et al. Konsensus Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena
Efek Samping Kontrasepsi. Jakarta: HIFERI & POGI.
10. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.
11. Pinto CLB, Ana CJS, Daniela AY, José MSJ. Abnormal Uterine Bleeding. Rev
Bras Glinecol Obstet. 2017; 39(7): 358-68.

23
12. Mahayasa PD. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ke-7 Obgin Bali 2015
Update in Obstetrics and Gynecologic from Theories to Practice. Denpasar:
FK UNUD/RSUP Sanglah.2015.

24

Anda mungkin juga menyukai