Anda di halaman 1dari 6

SNAKE BITE

PENDAHULUAN
 Banyak terjadi di daerah tropis
 Paling sering pada daerah pekerja pertanian
 Kepercayaan masyarakat seringa da kepercayaan untuk pengobatan mistis sehingga terjadi
keterlambatan penanganan

ULAR BERBISA TERBANYAK DI INDONESIA


 Welang
- Corak hitam kuning
- Nama latin Bungarus fasciatus
 Weling
- Corak berlang hitam putih
- Tubuh lebih kecil dari welang
- Biasanya ditemukan di daerah Cirebon-indramayu
- Ia mnyukai lokasi hutan kering dan panas spt hutan mangrove, semak belukar, perkebunan,
atau lahan pertanian
 Kobra jawa
- Habitat  sawah, padang rumput, sungai, hutan tropis
- Banyak ditemukan di pulau jawa
 King kobra
- Habitat asli  dataran rendah, hutan tropis, padang rumput hingga ketinggian 1800 meter
di atas permukaan laut
- Banyak ditemukan di pulau jawa, sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan
- Memiliki jenis racun Postsynaptic neurotoxins  pasien mual, muntah, sakit kepala,
perdarahan, pusing atau vertigo, pingsan, kematian

DIAGNOSIS
 Lokasi gigitan
- paling sering di kaki
- jika tanda memiliki 3 titik  ular berbisa
- jika tanda memiliki 2 atau 1 titik  ular tidak berbisa
 Waktu kejadian  mengetahui sejauh apa efek bisa ular
 Karakteristik ular  untuk mengetahui apakah ular ini berbisa atau tidak
 Gejala yang timbul
- Gejala local  hanya melihat tempat gigitan ular
- Gejala sistemik  menentukan grading

CIRI ULAR BERBISA DAN TIDAK BERBISA


BERBISA TIDAK BERBISA
Kepala berbentuk segitiga Kepala berbentuk bulat
Memiliki taring Tidak punya taring
Pupil elipis Pupil bulat
Buntut  single row Buntut  dual row

PATOFISIOLOGI
 Ular yang sehat, lapar, dan terustik lebih banyak mengeluarkan bisa dari pda ular yang kenyang
dan terkejut
 makin banyak bisa yang dikeluarkan maka gejala lebih hebat

 sifat bisa ular


- neurotoxic  menyerang saraf
- hematotoxic  menyerang darah
- cardiotoxic  menyerang jantung
- myotoxic  menyerang otot

MANIFESTASI KLINIS
 gejala local
- perdarahan menetap di lokasi gigitan  bisa ular bersifat hematotoxic sehingga darah
sukar membeku
- tanda fang
- perubahan warna
- sensasi rasa terbakar
- pembengkakan
- kulit melepuh
 gejala sistemik  periksa head to toe
GRADING (PARRISH)

COMPARTMENT SYNDROME
 Bekas gigitan ular menyebabkan pembengkakan sehingga terjadi penekanan pembuluh darah
 darah tidak bisa mengalir  compartment syndrome
 Agar tidak bengkak dan menghindari compartment syndrome  dibuka atau dibelah saja lokasi
pembengkakan

DIC
 Ular yang menyerang darah  hematotoksik
 Sehingga terjadi perdarahan dimana-mana  ptekie, ekimosis, hematom, subkonjungtival
bleeding perdarahan GI tract, mimisan

PERTOLONGAN PERTAMA  “R I G H T”
 R  reassure  yakinkan pasien bawhwa 70%
kasus snake bite bersifat tidak berbisa
 I  immobilize  bebat tempat gigitan spt bebat
fraktur agar bisa ular tidak mengikuti aliran darah
 G H  get to hospital  langsung bawa ke rs,
jangan berikan obat tradisional
 T  tell  ceritakan ke dokter mengenai apa
yang terjadi dan gejala yang sudah dialami

HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN


 Jangan pasang tourniquet
 Jangan buat sayatan/insisi pada luka/sekitar luka
 Jangan gunakan kejut listrik
 Jangan bekukan/ memberi suhu terlalu dingin pada bekas gigitan
 Jangan hisap bisa dengan mulut anda
 Jangan berikan alcohol/obat-obatan terlarang pada korban
 Jangan mencoba menangkap/membunuh ular
 Jangan membawa pasien ke dukun atau pengobatan tradisional

HOSPITAL MANAGEMENT
 Evaluasi ABCDE
- Airway  pasien merespon dengan baik Ketika dipanggil, perbaiki dengan manuver jaw
thrust
- Breathing  hitung RR pasien
- Circulation  periksa nadi (harus dihitung persis 1 menit) dan tensi
- Disability  menilai kesadaran pasien dengan GCS
- Exposure  dilihat scr keseluruhan apakah ada luka di bagian tubuh pasien yang lain
 Temukan tanda dan gejala bisa ular
 Pemeriksaan darah untuk melihat fungsi organ
- APTT
- PT
- INR
- Fibrinogen
- D-dimer
- SGOT/SGPT
- Ureum/kreatinin  biasanya bisa bersifat hematotoksik dan neurotoksin
- Elektrolit
- Analisis gas darah
- Laktat
- EKG
 Pemeriksaan urine (myoglobinuria)  akibat bisa bersifat myotoxic

SERUM ANTI BISA ULAR (ABU)


 1 vial = 5 cc
 Sblm pemberian ABU harus lakukan skin test dulu untuk melihat reaksi pada pasien karena
serum terbuat dari serum kuda
 Indikasi  dilihat brdsrkan grade: diberikan mulai dari grade 2
- Terbukti adanya toksisitas sistemik
- Hemodinamik atau respiratorik tidak stabil
1. Hipotensi
2. Respiratory distress
- Hemotoxicity  perdarahan yang signifikan atau pembekuan abnormal
- Neurotoxicity  ketidaknormalan sistem saraf, paralisis
- Local  progressive soft tissue swelling
 Cara pemberian SABU
- Pemberian sabu scepat mungkin sesuai indikasi klinis
- Pemberian 2 vial dilarutkan dalam NaCl 0.9% 500 ml atau dextrose 5% dan diberikan scr
IV dgn 40-80 tetes per menit
- Dosis selanjutnya dapat diberikan 6 jam berikatnya
- Maksimal 100 ml atau 20 vial
 Dosis SABU
- Derajat 0 dan I tidak diberikan kecuali dalam 12 jam terjadi kenaikan derajat
- Derajat II  3 – 4 vial SABU
- Derjaat III  5 – 15 vial SABU
- Derajat IV  ditambahkan 6-8 vial SABU

MANAGEMENT SNAKE BITE


 Nyeri
- Berikan PCT atau tramadol
- Jangan berikan golongan NSAID karena akan menyebabkan perdarahan di saluran cerna
 DIC  hematotoksik
- Cryoprecipitate
- Fresh frozen plasma
- Vit k
- dexamethasone
 luka local
- pembersihan luka
- berikan ATS
- dressing
- elastic bandage
- antibiotic broad spectrum
- debridement
 compartment syndrome  fasciotomy
 gagal ginjal  hemodialisis
 syok, anemia  kardiotoksik
- dopamine
- norepinefrin
- epinefrin
 neurotoksik
- respiratory paralysis ventilator
- atropine sulfate
- nesotigmine

Anda mungkin juga menyukai