Anda di halaman 1dari 21

PENATALAKSANAAN PASIEN

DENGAN PEMAKAIAN WSD (WATER


SEAL DRAINAGE / CHEST TUBE)
PENGERTIAN

 Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu


sistem drainage yang menggunakan water
seal untuk mengalirkan udara atau cairan
dari cavum pleura (rongga pleura)
PATHOFISIOLOGI
 Alat pernafasan normalnya bekerja atas dasar perbedaan
tekanan udara (tekanan udara dalam rongga lebih rendah
daripada tekanan udara luar  udara bergerak masuk ke
dalam paru-paru selama menarik nafas.
 Bilamana rongga udara terbuka, sebab apapun 
perbedaan tekanan udara akan hilang yang dapat
menyebabkan paru-paru menjadi tidak berfungsi
(collapse).
 Terkumpulnya udara, cairan, dan benda-benda lain di
dalam rongga dada  bahaya dari fungsi jantung dan
paru-paru. Bahkan menyebabkan paru-paru tidak
berfungsi lagi karena benda-benda tersebut memenuhi
rongga paru-paru.
 Benda-benda / zat-zat yang mengumpul di dalam paru-
0paru harus dikeluarkan  megosongkan rongga dada.
TUJUAN

 Mengalirkan zat berupa cairan, dan gas /


udara keluar dari rongga dada atau
mediastinum. Cairan : serous, nanah, darah,
gas atau cairan yang lain.
 Membuat pengembangan kembali dari paru-
paru dan memperbaiki fungsi cardiopulmoner
setelah pembedahan, trauma, atau sebab
lain.
INDIKASI

 Hemotoraks, efusi pleura


 Pneumotoraks (>30%)
 Profilaksis pada pasien trauma dada yang
akan dirujuk
 Flail chest yang membutuhkan pemasangan
ventilator
 Pasca bedah torakotomi
KONTRA INDIKASI PEMASANGAN WSD

 Infeksi atau superinfeksi pada tempat


pemasangan
 Perdarahan atau gangguan pembekuan darah
yang tidak terkontrol
PRINSIP KERJA WSD
 Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari
tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah.
 Tekanan positif: Udara dan cairan dalam kavum
pleura ( + 763 mmHg atau lebih ). Akhir pipa
WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761
mmHg )
 Suction
Yaitu suatu kekuatan tarikan yang lebih kecil dari
pada tekanan atmosfir (760 mmHg). Suction dengan
kekuatan  negatif  20 cmH2O menghasilkan tekanan
subatmosfer 746 mmHg sehingga udara atau cairan
berpindah dari tekanan lebih tinggi ke tekanan yang
lebih rendah
WATER SEAL
 Tujuan utama dari water seal adalah membiarkan udara
keluar dari rongga pleura dan mencegah udara dari
atmosfer masuk ke rongga pleura. Botol water seal diisi
dengan cairan steril yang  didalamnya terdapat selang
yang ujungnya  terendam 2 cm. Cairan ini memberikan
batasan antara tekanan atmosfer dengan tekanan
subatmosfer (normal 754-758 mmHg). Selang yang
terendam 2 cm itu menghasilkan tekanan positif sebesar
1,5 mmHg semakin dalam selang water seal terendam air
semakin besar tekanan positif yang dihasilkan. Pada saat
expirasi, tekanan pleura lebih positif sehingga udara dan
air dari rongga pleura begerak masuk ke botol. Pada saat
inspirasi tekanan pleura lebih negatif sehingga water
seal mencegah udara atmosfer masuk ke rongga pleura
TEMPAT PEMASANGAN WSD
 Bagian apeks paru ( apikal )
 Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk
mengeluarkan udara bagian basal
 Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk
mengeluarkan cairan ( darah, pus ).
SISTEM DRAINASE / BENTUK-BENTUK WSD
1. WSD dengan satu botol
 Merupakan sistem drainage
yang sangat sederhana.
 Botol berfungsi selain sebagai
water seal juga berfungsi
sebagai botol penampung.
 Drainage berdasarkan adanya
Terdiri dari botol steril rapat
grafitasi. udara yang berisi 100 ml air
 Umumnya digunakan pada steril atau saline.

pneumotoraks Satu lubang dengan ujung


selang yang panjang masuk ke
air sekitar 2 cm, sehingga ia
bertindak sebagai water seal.
WSD
2. WSD dengan dua botol
a. Botol pertama sebagai
penampung / drainase.
b. Botol kedua sebagai water
seal.
Keuntungannya adalah water Botol pertama bersambungan dengan
seal tetap pada satu level selang drainase. Botol ini mulanya
kosong dan hampa udara. Selang
dan dapat dihubungkan udara yang pendek pada botol
pertama bersambungan dengan
dengan suction control. selang yang panjang pada botol
kedua, yang menimbulkan water seal
pada botol kedua. Cairan dari ruang
pleura mengalir masuk kedalam botol
pertama dan udara dari ruang pleura
ke water seal pada botol kedua.
3. WSD dg 3 botol :

a. Botol pertama sebagai penampung / drainase.


b. Botol kedua sebagai water seal.
c. Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan
dikontrol dengan manometer.
KOMPLIKASI

 Emfisema kutis
 Kerusakan jaringan paru dan organ visceral
abdonimal
 Infeksi local, empiema, osteomielitis
 Edema paru dan hipotensi
 Pendarahan local akibat laserasi a interkostalis
 Penempatan kateter pada posisi yang salah
 Alergi terhadap bahan anestesi
 Kontusio paru karena hisapan kontinyu
 Distres pernafasan akibat hisapan kontinyu pada
pneumotoraks dengan bronkopleural fistel yang
besar
INDIKASI PENGANGKATAN
SELANG WSD (CHEST TUBE)
 Paru sudah mengembang / tidak kollaps
 Drainage / cairan kurang 50 – 100 cc / 24 jam
 2-3 hari pasca bedah Thorax
PERAWATAN PASCA
PEMASANGAN CHEST TUBE
 Berikan posisi semifowler bila memungkinkan
 Mobilisasi sedini mungkin
 Latihan nafas dalam
 Pemberian analgesic
 Pertahankan kepatenan sistim drainage dengan cara angkat
selang WSD sesering mungkin untuk mengalirkan cairan ke
dalam botol penampung. Jangan meletakkan slang WSD /
botol penampung diatas dada karena drainage akan kembali
ke dada. Slang WSD jangan sampai tertekuk / awasi adanya
obstruksi selang WSD.
 Observasi air pada segel botol / tabung sesuai yang
diindikasikan, observasi tekanan penghisap / continues
suction. Oleh karena itu perlu untk memeriksa seluruh
system terhadap adanya alat yang terlepas. Termasuk juga
observasi terhadap produksi cairan
PROSEDUR PEMASANGAN

1. Persiapan Alat
 Anastesi local
 Duk lubang steril
 Kasa steril
 Klem
 Pisau untuk insisi
 Trocar
 Botol drainase + air steril
 Kateter toraks
 Pipa plastic dan penyambung
 Pompa penghisap kontinyu
2. Persiapan Penderita
 Pada insersi di daerah aksila, pasien
disandarkan dengan kemiringan 30 sampai 60
derajat. Tangan pada sisi dimana insersi akan
dilakukan, diletakkan di atas kepala. Penderita
dapat dibaringkan dengan tangan pada kedua
sisi badan jika insersi dilakukan pada interkosta
II mid clavicular line.
3. Penentuan Tempat Insersi
 Ruang antar iga IV atau V, anterior dari mid
axillary line atau ruang antar iga II anterior,
midclavicular line.
4. Persiapan Operator
 Operator mengunakan tutup kepala, tutup
mulut, skot plastic, alas kaki, dan sarung
tangan steril.
5. Disinfeksi
 Menggunakan povidone iodine 10 %,
kemudian diulangi dengan alcohol 70 %.
Caranya dengan menggunakan kasa steril dan
pinset, dari dalam kea rah luar. Pasang duk
steril dengan lubnag pada tempat dimana
akan dilakukan insersi kateter.
6. Anestesi
 Pada tempat dimana akan dilakukan insersi
kateter, diberikan anestesi local likodain 2 % 2-4
cc (40 – 80 mg) dengan spuit 5 cc steril.
Suntukkan bahan anastesi intradermal sampai
terjadi benjolan. Tunggu sesaat kemudian
anestesi dilanjutkan ke arah dalam sampai
mencapai pleura parietalis. Jarum dimasukkan ke
kavum pkeura dan dilakukan aspirasi. Jika tidak
ditemukan cairan atau udara, lokasi insersi dapat
diubah. Penyuntikan pada daerah interkosta ini
hendaknya menghindari daerah subkosta.
7. Insersi
 Sebelum insersi dimulai, panajang kateter yang akan masuk ke rongga pleura
diperkirakan terlebih dahulu.
 Insisi kulit sepanjang 2 sampai 4 cm, kemudian diperdalam secara tumpul
sampai pleura parietalis
 Disiapkan jahitan matras mengelilingi kateter dengan menggunakan benang
sutera ukuran 0 atau 1-0
 Satu tangan mendorong dan tangan lainnya mengfiksir trocar untuk
membatasi masuknya alat ke dalam rongga pleura. Setelah trocar masuk ke
rongga pleura, stilet dicabut dan lubang trocar ditutup dengan ibu jari.
Kateter yang sudah diklem pada ujung distalnya diinsersi secara cepat melalui
trocar ke dalam rongga pleura. Kateter diarahkan ke anteroapikal pada
pneumotoraks dan posterobastal pada cairan pleura / empiema. Trocar
dilepaskan dari dinding dada. Kateter diklem di antara dinding dada dan
trocar. Klem bagian distal dilepas dan trocar dikeluarkan
 Kateter dihubungkan dengan botol WSD
 Jahitan matras disimpul secara surgeon knot (ikatan
berputar ganda). Selanjutnya ujung bebas jahitan
matras ini dilingkarkan secara berulang pada
kateter sambil sekali-kali dibuat simpul surgeon
knot.
 Dipasang kasa bentuk “Y” untuk menutupi luka,
kemudian ditempelkan plester lebar untuk
membantu fiksasi kateter.

Anda mungkin juga menyukai